You are currently viewing Buka Pemahaman Tentang Kondisi Umat Islam: PSBPS UMS Gelar Kolokium Diskusi Buku Membela Islam Membela Kemanusiaan

Buka Pemahaman Tentang Kondisi Umat Islam: PSBPS UMS Gelar Kolokium Diskusi Buku Membela Islam Membela Kemanusiaan

  • Post author:
  • Post category:Berita

Permasalahan politik yang ada di Indonesia bahkan di dunia sering membuat umat islam menjadi pihak yang salah dan teraniaya. Dari berbagai permasalahan yang terus bermunculan dan menimpa umat islam tersebut, Fajar Riza Ul Haq kemudian menulis buku tentang “Membela Islam Membela Kemanusiaan”. Melihat isi buku yang relevan dengan keadaan sekarang, Pusat Studi Budaya dan Perubahan Sosial Univeritas Muhammadiyah Surakarta (PSBPS UMS) menggelar Kolokium Diskusi Buku Membela Islam Membela Kemanusiaan, Kamis (18/01/2018).

Kegiatan yang dihadiri oleh sekitar 150 peserta ini dilaksanakan di Ruang Seminar Gedung Induk Siti Walidah UMS. Peserta yang hadir dalam kolokium ini terdiri dari aktivis IMM se-Soloraya, aktivis gerakan mahasiswa UMS, dosen, guru, dan tokoh masyarakat. Pada kesempatan ini, Drs. Muhammad Thoyibi, M.S. selaku koordinator penelitian PSBPS menuturkan bahwa topik yang diangkat dalam kolokium ini sangat relevan dengan konteks saat ini.

“Topik ini menjadi sangat relevan untuk konteks kita pada saat ini ketika ruang publik itu dibanjiri dengan informasi dengan hegemoni ketika orang membela islam itu dimaknai secara sempit,” ungkapnya.

Dia juga menambahkan bahwa makna sempit tersebut diartikan bahwa jika seseorang membela islam, maka dia membela suatu kelompok tertentu. “Membela islam itu berarti membela kelompok, membela islam berarti membela partai tertentu, membela islam itu berarti membela aliran tertentu,” tandasnya.

Dalam kolokium ini mengahadirkan 2 pembicara yang mencoba membahas mengenai isi buku tersebut, yaitu KH. M. Dian Nafi dan Dr. Mutohharun Jinan, M.Ag. Dalam kesempatan ini dibahas bahwa membela islam kini telah menjadi istilah yang populer dalam gerakan politik yang ada di Indonesia.

Dijelaskan pula bahwa membela islam juga telah dinarasikan dengan makna sebuah bentuk perlawanan atas penodaan, penganiayaan, dan perlakuan tidak adil lainnya terhadap umat. Namun juga dimaknai sebagai ketidakberdayaan umat. Sehingga dalam konteksnya sendiri, membela islam bisa berkonotasi defensif dan ofensif.

Dari pemaknaan yang telah terbentuk tersebut, kolokium ini bertujuan untuk mendiskusikan makna membela islam sebagai agama kemanusiaan dan welas asih. Selain itu juga untuk menunjukkan pemahaman mengenai islam berkemajuan yang moderat, toleran, dan produktif di tengah berbagai persolan kemanusiaan, kebangsaan, dan keumatan.

Dr. Sarjito selaku Wakil Rektor 2 UMS menuturkan bahwa menulis adalah pekerjaan yang berat, bahkan dirinya sangat menghargai sebuah tulisan. Selain itu menurutnya buku juga merupakan sumber ilmu pengetahuan yang tidak akan habis.

“Menulis itu pekerjaan yang sangat berat. Berat sekali. Kami sangat menghargai menulis. Sebagai insan yang akademis tentu tidak cukup kita hanya mengandalkan gadget. Buku juga masih menjadi sentral untuk sumber ilmu pengetahuan. Maka ketika masih ada yag menulis buku, insyaallah ilmu pengetahuan itu tidak akan habis,” tuturnya.

Dia juga berharap bahwa kolokium yang menjadi sebuah kajian ini semoga dapat digunakan sebagai media untuk menyumbangkan ilmu. “Ini sebuah kajian. Melalui kajian ini semoga kita bisa menjadi penyambung ilmu seperti yang dilakukan para ulama,” harapnya. (Khairul)