You are currently viewing PSBPS UMS Paparkan Penelitian tentang Buku Ajar di MA dan Sikap Para Guru terkait Intoleransi dan Radikalisme

PSBPS UMS Paparkan Penelitian tentang Buku Ajar di MA dan Sikap Para Guru terkait Intoleransi dan Radikalisme

  • Post author:
  • Post category:Berita

Pusat Studi Budaya dan Perubahan Sosial Universitas Muhammadiyah Surakarta (PSBPS UMS) menggelar kegiatan deseminasi hasil penelitian. Hasil penelitian yang dideseminasikan oleh PSBPS UMS mengenai Pemetaan Buku Ajar Pendidikan Agama Islam dan Spektrum Ideologis Guru di Madrasah Aliyah. Penelitian ini dilaksanakan atas kerjasama antara PSBPS UMS dengan Convey Indonesia, PPIM UIN Syarif Hidayatullah, dan UNDP Indonesia.

Deseminasi hasil penelitian yang telah dilakukan sejak Desember 2018 hingga Februari 2019 ini dilaksanakan di Ruang Seminar Lantai 7, Gedung Induk Siti Walidah UMS, Senin (18/2/2019). Kegiatan ini dihadiri kurang lebih 150 peserta yang terdiri dari mahasiswa UMS, dosen, dan tamu undangan.

Direktur Eksekutif PSBPS UMS, Dra. Yayah Khisbiyah, M.A menjelaskan bahwa penelitian ini dilakukan untuk melihat isi kandungan buku Pendidikan Agama Islam dan prespektif agama guru yang mengajar.

“Penelitian kami mau melihat isi buku pendidikan Agama Islam dan perspektif agama guru-gurunya, karena selama ini kita membicarakan bahwa ada kecenderungan radikalisme, pemahaman keagamaan yang keras di sekolah-sekolah,” ungkapnya.

Alasan dari PSBPS melakukan penelitian buku ajar sekaligus gurunya karena mereka berasumsi siswa menjadi konservatif maupun progresif salah satunya karena didikan guru dan juga buku yang dibaca. Hal ini mendorong PSBPS untuk melihat seperti apa guru dan buku yang digunakan, khusus untuk pelajaran Agama Islam.

Direktur Eksekutif PSBPS UMS ini menyampaikan hasil dari penelitian mereka melihat bahwa ternyata konservatisme guru-guru di MA sedikit, tidak banyak seperti anggapan umum. Sebagian besar temuan yang mereka lihat adalah para guru di lingkungan MA cenderung toleran, progresif, dan moderat.

Meski penelitian ini menemukan yang berpandangan konservatisme sedikit, namun hal ini dapat memunculkan benih-benih ekstrimitas. Terutama toleransi kepada umat beragama lain. Hal ini dikarenakan yang sedikit ini posisinya berada di akidah, yaitu sistem keyakinan. Sehingga apabila akidah murid-murid dibentuk secara intoleran, maka akan berpengaruh pada kehidupan sehari-hari mereka.

Yayah juga mengungkapkan rekomendasi yang diberikan dari hasil penelitian ini. Rekomendasi tersebut berupa perbaikan materi kandungan buku ajar. Selain itu juga mengurangi kandungan materi yang dapat menjadi benih intoleran dan ekstrimitas. Namun dibarengi dengan penambahan perspektif keagamaan yang moderat dan progresif.

“Ditambah dengan perspektif keagamaan yang moderat dan progresif. Selain itu agar guru-gurunya mendapat kan penguatan kompetensi, salah satunya wawasan kebangsaan agar bias turut berpartisipasi dalam menjaga keutuhan bangsa, serta wawasan kemanusiaan universal harus ditingkatkan,” ungkapnya

Yayah juga menjelaskan bahwa sebelum penelitian ini dilakukan telah ada penelitian terdahulu yang mengambil objek di SMA serta Perguruan Tinggu Umum. Namun belum ada penelitian yang mengkaji sekolah bernuansa islami, sehingga fokus yang dilakukan PSBPS UMS dalam penelitiannya adalah Madrasah Aliyah (SMA bernuansa Islam).

Dalam penelitian lain yang ditemukan oleh PSBPS kebanyakan dilihat dari pandangan radikalismenya saja. Namun dalam penelitian yang dilakukan oleh PSBPS melihat 3 aspek, yaitu konservatisme (umumnya disebut radikalisme), moderatisme, dan progresifitasnya. (Khairul)