You are currently viewing Berdayakan Petani, UMS Beli Beras Semi Organik dari Petani Muhammadiyah

Berdayakan Petani, UMS Beli Beras Semi Organik dari Petani Muhammadiyah

  • Post author:
  • Post category:Berita

Dalam rangka berkontribusi meningkatkan kesejahteraan petani, Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) membeli beras kepada petani Muhammadiyah di Kabupaten Sragen yang tergabung dalam Lembaga Usaha Kelompok Unggul (LUKU). Beras yang dibeli dari petani Muhammadiyah ini akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan dosen dan karyawan UMS.

Program ini merupakan kerjasama antara UMS dengan Majelis Pemberdayaan Masyarakat Pimpinan Pusat (MPM PP) Muhammadiyah dan Lembaga Usaha Kelompok Unggul (LUKU) petani Muhammadiyah. Launching kerja sama itu dilakukan Sabtu (26/4/2019) di Gedung Induk Siti Walidah Kampus UMS, Pabelan Surakarta. Dalam kesempatan ini sekaligus menjadi acara peluncuran Beras Sehat Petani Muhammadiyah.

“Tunjangan beras yang semula diberikan dalam bentuk uang, sekarang diwujudkan secara fisik. Ini salah satu upaya agar petani tak lagi diombang-ambingkan tengkulak. Karena UMS membeli langsung ke petani. Dengan demikian diharapkan program ini akan memberikan kesejahteraan kepada petani,” jelas Ir Sarjito, M.T, Ph.D, Wakil Rektor II UMS saat peluncuran beras sehat.

UMS dengan Majelis Pemberdayaan Masyarakat (MPM) PP Muhammadiyah membina petani yang tersebar di 20 pengurus cabang Muhammadiyah. Setiap karyawan baik dosen maupun tendik di UMS, memiliki hak untuk menerima tunjangan beras. Tunjangan ini diberikan kepada suami dan istri, serta anak maksimal 3 orang. Sehingga tunjangan yang diberikan maksimal untuk 5 orang dalam 1 keluarga.

“Agar semua aspek itu dapat terakomodasi, maka rektor bersama jajaran pimpinan setelah berkonsultasi dengan Badan Pembina Harian UMS, melaunching satu kebijakan bahwa salah satu dari tunjangan beras yang berbentuk uang itu diberaskan. Umumnya adalah barang diuangkan, tetapi kali ini kebijakan UMS adalah uang diberaskan,” ungkapnya.

Sarjito menambahkan, beras tersebut dibeli dari LUKU Petani Muhammadiyah. Pembelian beras ini bukan semata-mata mencari untung membeli saja dari pasar dan kemudian dijual, namun pembelian beras mengambil arti bahwa dari beberapa dimensi.

Beberapa dimensi tersebut di antaranya (1) sesungguhnya manusia memakan nasi berasal dari beras, sehingga tidak bisa dielakkan beras menjadi makanan pokok sehari-hari, (2) beras dibeli bukan sekedar beli dari bakul (bulog), namun beras ini dibeli dari petani Muhammadiyah yang merupakan beras sehat (semi organik), dan (3) kebijakan pimpinan UMS memberikan jatah beras ini ada unsur memberdayakan, yaitu mengangkat harkat para petani yang kini dalam keadaan terpojok. Terpojok dalam hal ini ketika musim panen datang harga jatuh, namun ketika musim garap datang bahan untuk mengelola pertanian naik melambung tinggi.

Wakil Rektor II UMS juga menjelaskan, beras tersebut dikatakan semi organik sebab pengelolaannya dilakukan secara organik, namun terdapat aspek-aspek lain yang tidak dapat diprediksi. “Kita tidak berani mengatakan 100 persen organik, memang pengelolaannya sudah dilakukan secara organik, tetapi ada aspek-aspek yang tidak bisa kita prediksi. Misalnya saja air yang kita alirkan ke sawah kita itu tidak sepenuhnya murni tidak kena zat kimia. Maka jika ada sedikit zat yang masuk itu jadinya sedikit halangan saja, kita tidak bisa menolak air masuk ke dalam sawah kita,” jelasnya.

Ketua Jamaah Tani Muhammadiyah, Suranto menceritakan masalah panen yang dirasakan oleh mereka adalah ketika harga beras jatuh saat panen. Selain itu juga adanya beras impor yang masuk pada saat musim panen terjadi. Hal ini membuat para petani merasa terpojokkan oleh keadaan. “Petani kita itu selalu terpojokkan, karena petani kita itu selalu terkalahkan dengan beberapa hal. Dengan biaya yang tinggi, harga rendah, pupuk menjadi mahal,” jelasnya.

Suranto juga mengatakan, mereka pernah mengirim beras ke beberapa Amal Usaha Muhammadiyah (AUM) di Yogyakarta. Selain itu juga pernah di Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Solo dan kini di UMS. “Kami sudah prnah mengirim beras kami ke UMY, pernah juga mengirim ke Aisyiyah Yogyakarta, di Mualimin, tapi hanya satu dua kali sudah tergantikan oleh orang lain. Di PDM Solo sudah setiap bulan, di UMS alhamdulillah kami sudah kirim sekitar 4 ton,” katanya.

Suranto berharap agar nantinya kerjasama dalam pembelian beras ini dapat terus berlanjut dan tidak berhenti sampai disini. “Mudah-mudahan kiriman dari kami nanti bukan yang pertama dan terakhir. Mudah-mudahan selalu berlanjut,” harapnya. (Khairul)