You are currently viewing Melawat ke Jepang, Rektor UMS Jajaki Kerjasama dan Permudah Alumninya Kerja di Negeri Sakura

Melawat ke Jepang, Rektor UMS Jajaki Kerjasama dan Permudah Alumninya Kerja di Negeri Sakura

  • Post author:
  • Post category:Berita

Rektor Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), Dr. Sofyan Anif bersama Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Alumni Dr. Taufik Kasturi, serta penanggung jawab program Dr. Muhtadi melakukan kunjungan balasan ke Provinsi Gunma, Jepang. Rombongan dari UMS diterima General Director of Health and Walfare Departement, Yukio Mutoh serta CEO Fuku Cooperatif, Kowada Ikuno, dengan suasana penuh kekeluargaan di Kantor Dirjen Kesehatan dan Kesejahteraan Jepang. Kunjungan ke Jepang berlangsung sejak Senin (1/4/2019) hingga Sabtu (6/4/2019).

Kunjungan ke Provinsi Gunma Jepang tersebut sebagai tindak lanjut untuk membuka peluang bagi alumni UMS bisa bekerja di Jepang. Pemerintah Jepang telah mempersilahkan alumni keperawatan UMS untuk bekerja di rumah sakit-rumah sakit khusus lansia yang ada di Provinsi Gunma khususnya dan seluruh Jepang pada umumnya. “Silahkan, Kami terbuka bagi perawat Indonesia,” kata Yukio.

Dalam lawatannya itu, Sofyan Anif beserta rombongan mengunjungi beberapa rumah sakit lansia untuk melihat langsung kondisi rumah sakit disana. Semua rumah sakit itu, dilengkapi sarana dan prasarana lengkap dengan peralatan pendukung yang serba modern. “Rumah sakit ini, didesain untuk memberikan kenyamanan bagi lansia,” kata Sofyan Anif, Jumat (5/4/2019).

Sebagaimana diketahui, Ketua Lembaga Penjaminan Mutu (LJM) UMS, Muhtadi sebelumnya mengungkapkan UMS telah mengawali kerjasama dengan DMI, yang merupakan instansi mitra di Jepang. Dengan dibantu dengan DMI, UMS melakukan kerjasama dengan Fuku Co.Ltd salah satu konsorsium pengelola rumah sakit lansia di negeri Sakura. “Ini sebagai kunjungan balasan,” jelas Rektor.

Lebih jauh, Yukio mengatakan Provinsi Gunma adalah tempat yang indah dan nyaman. Menurutnya, Dinas Ketenagakerjaan asing Provinsi Gunma sangat welcome untuk tenaga kerja keperawatan asal UMS khususnya, dan Indonesia umumnya untuk bekerja di Jepang.

Disebutkan, usia harapan hidup di Jepang rata-rata, 83 tahun, sehingga banyak penduduk berkategori lansia, bahkan tak sedikit yang berusia lebih dari 90 tahun yg masih tetap produktif. Maka Jepang sekarang mengembangkan rumah sakit lansia yg membutuhkan perawatan secara khusus, perlu sentuhan perawat yang humanis, ramah dan murah senyum, untuk membantu dalam perawatan lansia.

Diantara berbagai negara yg mengirimkan tenaga terampilnya ke Jepang seperti Vietnam, Philipina, Thailand, Myanmar, tenaga kerja Indonesia lebih disukai karena lebih ramah, murah senyum, dan rajin ibadah. “Rajin ibadah memiliki pertimbangan tersendiri karena orang yg rajin beribadah itu punya nilai-nilai kejujuran, disiplin, dan profesional,” papar Sofyan Anif, didampingi Taufiq.

Dengan berbagai pertimbangan tersebut, pemerintah Jepang lebih merekomendasikan untuk merekrut tenaga kerja dari Indonesia. Karena pekerja dari Indonesia dinilai punya ketelatenan, dedikasi dan ketulusan.

Sebagian besar tenaga kerja bidang keperawatan yang bekerja di rumah sakit di jepang berjilbab dan disiplin sholat 5 waktu. Untuk perawat laki-laki juga dipersilahkan sholat Jumat, namun mereka harus mengganti waktu-waktu yg ditinggalkannya di waktu lain.

Disamping itu, Rektor UMS minta kepada pemerintah Jepang agar ke depan tidak saja kerja sama di bidang tenaga kerja keperawatan tetapi tenaga kesehatan bidang lain, bahkan bidang-bidang di luar kesehatan, misalnya teknik, industri, psikologi, ekonomi, pendidikan dan lain lain. “Ke depan, kerjasama ini akan diperluas.” (Risqi)