Seminar Nasional Prodi PPKn: Kenalkan Peran AP3KnI dalam Mencapai Profesionalisme Guru

Keberadaan sebuah asosiasi sangat penting bagi kelangsungan masa depan suatu program studi. Hal ini dikarenakan asosiasi memiliki fungsi untuk memfasilitasi mahasiswa, dosen, guru, dan praktisi lainnya dalam menjalankan profesi sesuai bidangnya. Salah satu asosiasi yang baru 2011 yang lalu berdiri adalah Asosiasi Profesi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Indonesia (AP3KnI).

Demi mengenalkan apa peran dari AP3KnI kepada mahasiswa, Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Universitas Muhammadiyah Surakarta (Prodi PPKn UMS) menggelar seminar nasional, Kamis (28/06/2018). Seminar digelar di Ruang Seminar Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) UMS ini mengangkat tema “Peran AP3KnI dalam Meningkatkan Profesionalisme Guru PPKn”.

Ketua AP3KnI Jawa Tengah, Dr. Triyanto, M.Hum yang sekaligus menjadi pembicara dalam seminar tersebut menjelaskan bahwa untuk menjadi guru professional harus memenuhi 4 kompetensi. “Guru yang professional itu memiliki 4 kompetensi, yang pertama kompetensi pendagogik (kemampuan mengajar), kedua kompetensi professional dalam materi, ketiga kompetensi kepribadian, dan terakhir kompetensi sosial,” jelasnya.

Keempat kompetensi tersebut diharapkan dimiliki oleh seluruh mahasiswa yang ke depan akan berprofesi sebagai guru. Lebih lanjut dia menerangkan hal tersebut diwajibkan karena apabila salah satu dari kompetensi itu tidak ada maka dia tidak akan berhasil dalam menjalankan profesionalismenya sebagai seorang guru.

Triyanto menambahkan bahwa keberadaan AP3KnI memiliki beberapa peran yang mendukung profesi dari Prodi PPKn. Peran-peran tersebut di antaranya sebagai wadah pelatihan dan bimbingan penelitian, penulisan artikel jurnal ilmiah, pendalaman materi PPKn, pelatihan pemanfaatan ICT dalam pembelajaran, pembicara seminar, dan lain sebagainya.

Disamping itu, Dr. Ahmad Muhibbin, M.Si selaku Kaprodi PPKn UMS juga menerangkan bahwa mahasiswa yang sekaligus menjadi calon guru PPKn di masa mendatang harus mulai berinovasi. Inovasi yang dimaksud dalam hal ini adalah mereka harus bisa membuat proses pembelajaran sesuai dengan keinginan generasi milenial. Sebab, apabila tidak begitu maka pembelajaran PPKn akan menjadi gagal dikarenakan minat siswa yang kurang.

Dia juga mengungkapkan pengalamannya bahwa para guru kini banyak yang mengeluhkan soal proses pembelajaran di sekolah. Keluhan atas proses pembelajaran ini lebih mengarah kepada guru mata pelajaran PPKn. “Guru banyak mengeluh kenapa mata pelajaran ini tidak dianggap prioritas, dan dianggap seperti mata pelajaran suplemen saja. Hal tersebut terjadi di sekolah tingkat SMP dan SMA,” ungkapnya.

Selanjutnya dia menuturkan bahwa untuk mengatasi hal tersebut maka guru harus kreatif dan inovatif sehingga pembelajaran akan berhasil. Namun, untuk mencapai hal tersebut ada 2 unsur utama yang harus dilaksanakan, yaitu berkemajuan dan menggembirakan. Ketika 2 unsur tersebut dapat terpenuhi maka pembelajaran dapat berjalan lebih lancar. (Khairul)