Pakar Pendidikan FKIP UMS: Pembelajaran Online Mematikan Nilai Rasa dan Kepekaan Sosial

  • Post author:
  • Post category:Opini

Pakar Pendidikan dari Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), Prof Dr Harun Joko Prayitno menyoroti dampak buruk terhadap pelaksanaan pembelajaran secara daring (online) yang berkepanjangan di kalangan anak didik.

Menurut Harun, pembelajaran secara online yang berkepanjangan akan berdampak pada menurunnya kepekaan sosial anak-anak. Karena pelaksanaan proses belajar mengajar tidak menyentuh rasa dan bersifat statis.

“Salah satu kelebihan sekaligus lompatan pembelajaran online (daring), pembelajaran yang mampu melampaui batas ruang dan waktu sekaligus, beyond classroom. Namun demikian juga perlu disadari bahwa hakikat pendidikan bukan hanya sekedar memintarkan atau bukan sekedar mengkompetensikan melalui online,” katanya, Rabu (26/8/2020).

Masalahnya, lanjut Harun, pembelajaran online tidak bisa meneyentuh nilai rasa atau mengabaikan kepekaan sosial. Oleh sebab itu, diperlukan strategi-strategi khusus yang lebih dapat menghargai anak sebagai individu sosial yang sedang tumbuh kembang.

Ditambahkan Harun, salah satu hakikat pembelajaran adalah untuk memanusiakan manusia, anak didik. Upaya ini guna untuk memartabatkan kehidupan anak. Pemartabatan anak ini hanya bisa dilakukan melalui proses, bukan hasil yang tiba-tiba.

“Pembentukan manusia seutuhnya dan pemartabatan kehidupan bermasyarakan anak sebagai individu dewasa yang berinteraksi di lingkungan masyarakatnya merupakan tujuan akhir dari sebuah perjalanan panjang proses pendidikan,” ujarnya.

Saat ini saatnya menanamkan dan mengamalkan secara nyata dalam kehipan anak sehari-hari tentang pentingnya kebersihan dan kesehatan. Kebersihan merupakan modal pokok kesehatan. Kesehatan melalui pola hidup sehat merupakan penangkal utama untuk mencegah berbagai penyakit, salah satunya adalah Covid-19.

“Oleh sebab itu, perlu dipertimbangkankan kembali pentingnya pembelajaran dalam skala-skala terbatas, pembelajaran dalam skala-skala yang ramah lingkungan atau pembelajaran di ruang terbuka, prinsipnya pembelajaran yang sehat. Kalau upaya ini tidak segera dilakukan, akan menimbulkan kepunahan pendidikan atau kehilangan satu generasi,” paparnya.

Diakui Harun, pembelajaran daring (dalam jaringan) atau online kini mulai dikeluhkan banyak pihak khususnya pelaku pendidikan, pendidik, anak-anak, orang tua. Mulai ada kebosanan dalam menjalani proses belajar mengajar secara daring. Belum lagi terkendala jaringan internet maupun biaya pembelian kuota.

Harun yang juga Dekan FKIP UMS ini menyarankan berpendapat perlu penyeimbangan antara sekolah daring (dalam jaringan) dan Luring (luar jaringan). Kemudian jangan membuat sekolah terlihat seolah menakutkan, sumber penyakit ataupun sumber Covid 19.

Dia menyarankan pembelajaran harusnya seimbang antara Luring dan Daring. Dengan adanya pembelajaran luring akan menjadi upaya dalam mengurangi tingkat stres di saat pembelajaran daring. “Karena tatap muka bisa menjadi upaya mengurangi stres online,” ujar Harun.

Selain itu, menurutnya perlu pengembangan model pembelajaran baru. Jika biasanya pembelajaran berlokasi di dalam kelas, mungkin bisa dilakukan di tempat yang terbuka. Jadi harus ada model penggabungan antara Daring dan Luring. “Kita dituntut untuk makin kreatif di tengah pandemi ini. Jangan sampai justru anak bosan sekolah. Homeschooling juga jadi alternatif,” paparnya. (Risqi/Humas)