FILBA dan Kebutuhan Tes Bahasa Inggris Buatan Dalam Negeri

Oleh M. Thoyibi, selaku Dosen Prodi Pendidikan Bahasa Inggris, FKIP UMS

SEBAGAI sebuah organisas

i, FILBA secara resmi berdiri pada 3 Desember 2018. Berdasarkan Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor AHU-0015150.AH.01.07 Tahun 2018, tentang Pengesahan Pendirian Badan Hukum Perkumpulan Forum Institusi Layanan Bahasa. Tujuan organisasi ini adalah, untuk mengembangkan dan menjamin mutu layanan pelatihan, pengujian, penerjemahan, dan peneraan bahasa. Termasuk mengembangkan sumber daya manusia (SDM), sarana dan prasarana, pembiayaan, manajemen, serta kelembagaan institusi layanan bahasa.

Mencapai tujuan tersebut, FILBA melakukan serangkaian pelatihan dan workshopWorkshop pertama dilaksanakan di Universitas Andalas, Padang, Sumatera Barat, 25-27 April 2019. Menghasilkan rencana jangka panjang (RJP) hingga 2038, dan terbagi dalam lima rencana jangka menengah (RJM).

RJP mencakup delapan bidang pengembangan, yakni pelatihan, penerjemahan, pengujian, standardisasi dan penjaminan mutu, SDM, kerja sama, kelembagaan, serta sarana dan prasarana.

Bidang pelatihan mencakup kurikulum, bahan pelatihan berbasis daring, dan paket-paket pelatihan instruktur. Kurikulum, bahan pelatihan, dan paket pelatihan instruktur ini meliputi bahasa Inggris, Mandarin, Jepang, Korea, Prancis, Jerman, Itali, Spanyol, dan Arab. Selain bahasa Indonesia bagi penutur asing (BIPA).

Bidang penerjemahan mencakup layanan penerjemahan (translating), penjurubahasaan (interpreting), penerjemahan lisan ke tulis (subtitling), penyuntingan (editing), dan penyelarasan (proofreading).

Bidang pengujian mencakup tes kemahiran bahasa terstandar berbasis internet. Meliputi bahasa Inggris, Mandarin, Jepang, Korea, Prancis, Jerman, Itali, Spanyol, Arab, serta BIPA. Bidang standardisasi dan penjaminan mutu mencakup standar dalam bidang pengelolaan, sarpras, SDM, pembiayaan untuk layanan pelatihan, pengujian, penerjemahan, serta sistem kebijakan evaluasi. Baik internal maupun eksternal.

Bidang SDM meliputi staf administrasi dan staf ahli bahasa Inggris, Mandarin, Jepang, Korea, Prancis, Jerman, Italy, Spanyol, Arab, serta BIPA. Bidang kerja sama mencakup kerja sama internal dan eksternal FILBA.

Bidang kelembagaan berhubungan dengan pengembangan keanggotaan FILBA. Adapun, bidang sarana dan prasarana berhubungan dengan fasilitas perkantoran, sekretariat pusat, hingga cabang operasional FILBA.

Realisasi Program

FILBA mengatur realisasi program ke dalam lima tahap perkembangan. Dimulai tahap perintisan, pengakuan tingkat nasional, internasionalisasi, penguatan produk internasional, serta pengakuan internasional. Sasaran yang ditetapkan sebagai indikator kinerja tahap perintisan ini, terbagi dalam empat tahun kerja.

Indikator kinerja tahun pertama, yakni legalisasi keberdaan organisasi. Disusul ketersediaan data awal sebagai baseline (tahun kedua). Kemudian ketersediaan dokumen kriteria standar pelaksanaan layanan pelatihan, pengujian, penerjemahan, manajemen, SDM, maupun sarpras (tahun ketiga).

Di tahun keempat, mencakup indikator ketersediaan perangkat instrument, standar evaluasi, pelaksanaan layanan pelatihan, pengujian, penerjemahan, manajemen, SDM, maupun sarpras.

Hampir seluruh indikator kinerja pada tahap perintisan ini tercapai. Kecuali target tahun keempat. Karena Indonesia dihantam pandemi Covid-19. Sehingga harus menjadi rapor merah bagi kepengurusan FILBA periode 2018-2022.

Kebutuhan Masyarakat

Salah satu produk yang akan dihasilkan FILBA, adalah layanan tes kemahiran bahasa Inggris, Mandarin, Jepang, Korea, Prancis, Jerman, Itali, Spanyol, Arab, dan BIPA. Berupa tes kemahiran bagi sebagian orang. Target ini barangkali dianggap terlalu ambisius. Mengingat saat ini sudah ada sejumlah provider internasional yang menyediakan layanan serupa.

Namun, bagi sebagian lainnya, target ini merupakan keharusan moral yang harus dipenuhi FILBA karena beberapa alasan. PertamaWorld Englishes. Konsekuensi dari peran bahasa Inggris sebagai lingua franca, adalah muncul berbagai varian bahasa Inggris yang berbeda. Varian ini disebut World Englishes.

Contohnya tampilan bahasa Inggris seorang Ketua Umum FILBA Joko Priyana, tidak harus diukur dengan tampilan bahasa Inggris mantan Presiden Amerika Serikat Donald Trump. Dengan demikian, tes kemahiran yang dibangun oleh orang Indonesia yang memiliki keahlian dalam pengujian bahasa, sama sahnya dengan yang dibangun penutur asli.

Kedua, harga terjangkau. Selama ini kemahiran bahasa Inggrisdiukur dengan tes kemahiran yang ditawarkan provider asing. Harganya terlalu mahal untuk ukuran masyarakat Indonesia pada umumnya. Sementara itu, kebutuhan pengukuran tersebut tidak selalu relevan dengan alat ukur yang digunakan.

Mayoritas perguruan tinggi di Indonesia, menuntut lulusannya memiliki kemahiran bahasa Inggris sampai pada tingkat tertentu. Diukur dengan tes kemahiran bahasa Inggris untuk tujuan tertentu. Misalnya ada produk tes yang digunakan untuk keperluan studi di negara-negara tertentu. Ada juga yang digunakan untuk keperluan kelancaran di ranah pekerjaan bertaraf internasional.

Pertanyaannya, berapa persen lulusan jenjang S1 di Indonesia yang akan melanjutkan studi ke Amerika, Kanada, Inggris, atau Australia? Jika persentasenya kecil, mengapa harus diberlakukan secara umum untuk keseluruhan lulusan? Maka FILBA perlu memberikan solusi, agar kebutuhan pengukuran kemahiran dapat terpenuhi, tetapi dengan biaya terjangkau.

Ketiga, standardisasi penjaminan mutu. Hasil survei FILBA menunjukkan bahwa, mayoritas perguruan tinggi anggota FILBA memiliki perangkat tes kemahiran bahasa Inggris sendiri-sendiri. Model tesnya beraneka ragam. Teknik penilaiannya juga berbeda-beda. Keterampilan yang diukur berbeda-beda, serta tingkat kemampuan yang diukur juga berbeda.

Akibatnya, skor tertentu di perguruan tinggi tertentu mempunyai makna berbeda di perguruan tinggi lainnya. Oleh karena itu, FILBA perlu berkontribusi untuk menjamin mutu produk-produk layanan pengujian bahasa dari institusi layanan bahasa anggota FILBA. (*)