Gugus Tugas Covid-19 Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) menggelar Webinar yang membahas seputar rapid test dan vaksinasi Covid-19. Webinar menggunakan aplikasi zoom tersebut digelar Sabtu, (16/1/2021).
Tema yang diangkat adalah “Interpretasi Rapid Diagnostik dan Vaksin Covid-19” dengan narasumber Prof. Dr. dr. EM Sutrisna, M.Kes sebagai Ketua Gugus Tugas Covid-19 UMS dan dr. Iin Novita Nurhidayati Mahmuda Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Acara yang dimoderatori oleh Okti Sri Purwanti, S.Kep., M.Kep., Ns. Sp.Kep.M.B. ini berlangsung sejak pagi hingga siang diikuti secara daring oleh dosen dan karyawan di lingkungan Kampus Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS).
Dalam sambutannya, Rektor UMS, Prof Sofyan Anif mengingatkan tidak perlu panik yang berlebihan terhadap Covid-19. “Untuk yang terkena Covid-19 tidak harus dirawat di rumah sakit jika tidak memiliki gejala, namun bisa isolasi mandiri. Isolasi bisa dilakukan di rumah masing-masing atau juga bisa menggunakan fasilitas yang disediakan oleh kampus. UMS juga menyediakan ruangan-ruangan khusus untuk isolasi madiri jika berkenan, kami menyediakan tempat di Gedung Rajiman dan Gedung Ramayana, serta Guest House yang baru saja kemaren diresmikan yang berada di lingkungan Pesma KH Mas Mansur kampus 4 UMS. Semua tempat tersebut sudah sesuai dengan kebutuhan untuk isolasi mandiri.” kata Sofyan Anif.
Dalam webinar tersebut Prof EM Sutrisna dalam paparannya, mengingatkan semua warga UMS untuk tetap waspada terhadap Covid-19 walaupun tidak memiliki gejala.
“Saat keadaan normal kita patut berprasangka baik, namun di saat pandemi seperti ini kita patut waspada terhadap penyebaran virus Covid-19. Salah satunya dengan cara tes massa kita dapat membuktikan bahwa kita ini terpapar atau tidak. Sejauh ini banyak kasus yang tertular namun tidak disadari dari siapa,” kata EM Sutrisna.
Ditambahkannya, sejak tanggal 13 Januari 2021 Indonesia telah resmi melakukan Vaksinasi dengan menggunakan Vaksin Sinovac. Menurut data BPOM, Sinovac memiliki tingkat keamanan yang baik hingga kurang dari 1% dan memiliki efikasi sekitar 65.3%. Namun menurut EM hal tersebut bukan menjadi bentuk pencegahan terhadap Covid-19.
“Pemberian vaksin ini bukan untuk mencegah terpapar dari Covid-19. Kalau mencegah dari terpapar itu namanya isolasi. Pemberian vaksin ini tujuannya adalah agar kita tidak merasa sakit saat kita terpapar Covid-19. Ketika orang itu sudah divaksin dan sudah terbentuk Herd Immunity, maka dia bisa beraktivitas dengan bebas dan jika mereka terpapar maka akan digolongkan ke dalam orang tanpa gejala (OTG),” terang EM Sutrisna.
Sedangkan, dr. Iin Novita Nurhidayati Mahmuda menjelaskan bahwa menjadi penerima vaksin harus bersikap jujur. Menurutnya, semua pertanyaan yang diberikan saat screening harus dijawab semua.
“Tidak perlu melakukan testing sebelum Vaksinasi jika dirasa dalam kondisi sehat. Harus jujur saat ditanya tim medis saat melakukan screening agar pemberian vaksinasi berjalan dengan lancer,”jelas Iin yang juga sebagai Ka. Prodi Profesi Fakultas Kedokteran UMS.
Iin juga menambahkan setelah divaksin diharapkan tetap menjalankan protokol kehesatan. “Tetap ikhtiar menjalankan 5M (Masker, mencuci tangan, menjaga jarak, menghindari kerumunan, mengurangi mobilitas) dilaksanakan penuh kesadaran dan bertanggung jawab agar pandemi ini segera berakhir,” pungkasnya. (Asef/Humas)