Oleh Dr. Edy Purwo Saputro, SE., M.Si, selaku Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMS
PEMERINTAH saat ini sedang gencar mendukung usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) untuk go global dan go digital, sebagai salah satu strategi mendukung pemasaran. Argumen yang mendasari, tidak bisa terlepas dari kepentingan produksi, distribusi, dan pemasaran demi memuaskan semua kebutuhan serta keinginan konsumen. Selain itu, digitalisasi telah menjadi bagian utama dalam memenangkan persaingan. Sehingga semua pelaku ekonomi atau bisnis, tidak mampu mengelak dari tuntutan tersebut.
Maka cukup beralasan jika pemerintah di era kekinian memacu keterlibatan UMKM, untuk go global dan go digital. Fakta lain di era kekinian adalah, semakin tingginya tuntutan pemasaran digital. Didukung kecepatan akses internet, tarif yang semakin kompetitif, dan semuanya mendukung terhadap kecepatan layanan. Termasuk juga transaksinya, bisa dilakukan secara real time online, 24 jam sehari dan tujuh hari seminggu tanpa mengenal jeda ruang dan waktu.
Urgensi digital marketing tidak hanya jadi acuan di negara miskin menuju berkembang. Tapi juga jamak dilakukan di negara industri maju. Karena ada tuntutan memenangkan persaingan. Padahal, keunggulan komparatif sudah tidak dapat direalisasikan karena adanya keterbatasan. Sementara keunggulan kompetitif semakin penting dikembangkan.
Sehingga komitmen pemerintah untuk lebih mendukung UMKM go global dan go digital sangat penting. Selaras dengan komitmen pemberdayaan UMKM. Terkait ini, maka Universitas Muhammadiyah surakarta (UMS) ikut mengambil peran. Melalui tim pengabdian kepada masyarakat, yang diketuai Kusdiyanto dengan anggota Edy Purwo Saputro dan Mabruroh.
Pengabdian ini mengambil judul “Model Digital Marketing dalam Pemasaran Emping Melinjo” di Kecamatan Kartasura, Sukoharjo. Setidaknya pengabdian kepada masyarakat yang dibiayai UMS ini, bisa memetakan persoalan dan membangun alternatif atau solusi di balik pemasaran emping melinjo.
Persoalan yang muncul, yakni keterbatasan pemasaran. Karena konsumsi emping melinjo lebih banyak menyasar kegiatan kemasyarakatan tertentu. Semisal hajatan. Padahal, proses produksi emping melinjo harus berkelanjutan. Termasuk mempertimbangkan pasokan bahan baku, serta stok emping jadi sebelum dipasarkan dan yang siap saji.
Permasalahan ini penting untuk dicarikan solusi, supaya tidak terjadi ketimpangan. Ambil contoh saat musim hajatanm, kebutuhan emping meningkat drastis. Sehingga para pengrajin kesulitan memenuhi permintaan. Di sisi lain, saat tidak banyak hajatan, justru terjadi penumpukan produk yang berisiko kedaluwarsa karena lama tidak laku.
UMKM Emping Rajawali jadi mitra pelaksanaan pengabdian kepada masyarakat UMS. Memiliki sejumlah persoalan, yaitu kelebihan pasokan saat sepi hajatan. Serta kekurangan stok, ketika musim hajatan tiba. Padahal produksi emping melinjo cenderung padat karya. Bersifat pemberdayaan warga sekitar.
Fakta ini jadi tantangan bagi para pengrajin di Kartasura, yang selama ini dikenal sebagai sentra produksi emping melinjo. Solusinya, melalui pencerahan dan pelatihan. Termasuk pendampingan pemasaran digital. Karena bisa memacu pemasaran, serta mereduksi situasi lonjakan versus situasi normal terkait kebutuhan pasokan emping melinjo.
Urgensi pemasaran digital dari kasus UMKM Emping Rajawali, tidak hanya memanfaatkan media sosial (medsos) seperti Instagram, TikTok, Twitter, dan Facebook. Tetapi juga website yang saat ini sedang dirancang.
Optimalisasi perangkat medsos, tidak hanya memanfaatkan fungsinya sebagai social networking dan media sharing. Tapi juga media sharing networks dengan memanfaatkan konten berbagi foto dan video. Harapannya, secara tidak langsung bisa membangun bisnis secara visual. Sehingga menarik perhatian calon pembeli.
Maka digital marketing bagi UMKM Emping Rajawali, bisa menjadi pembelajaran untuk mendukung era go global dan go digital. Setidaknya pemasaran di era kekinian tidak lagi sebatas lingkup area lokal semata. Tapi juga nasional dan global. Supaya akses pasar, pemasaran, hingga distribusinya semakin luas.
Fakta ini akan mendukung kontinuitas proses produksi. Pastinya mampu memberdayakan masyarakat, baik buruh tumbuk emping mentah, hingga pengemasan dan aspek pemasarannya. Karena industri emping melinjo merupakan usaha padat karya.
Suksesnya pemasaran digital yang dilakukan UMKM, termasuk komitmen go global dan go digital, secara tidak langsung berdampak sistemik. Karena dari segi pemasaran semakin meluas, proses produksi berkelanjutan, babnyak menyerap tenaga kerja, sekaligus mereduksi pengangguran atau kemiskinan.
Mengingat warga berpenghasilan, termasuk potensi pemberdayaan. Karena kegiatan bisa dilakukan di rumah masing-masing. Misalnya menumbuk emping. Jadi, suksesnya pemasaran digital seperti kasus UMKM Emping Rajawali, memberi peluang dan tantangan bagi UMKM lainnya untuk menerapkan strategi persediaan dan pemasaran.
Sehingga di era global ini, memberikan potensi maksimal untuk keberlanjutan produksi. Hal ini secara tidak langsung akan berdampak sistemik terhadap aspek sosial ekonomi dan bisnis. (*)
Sumber : https://radarsolo.jawapos.com/opini/24/01/2023/umkm-go-global-dan-go-digital/