ums.ac.id, SURAKARTA – Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) kembali menambah Guru Besar yang akan dikukuhkan pada Sabtu, (17/2/2024) nanti di Edutorium KH Ahmad Dahlan UMS.
Ketiga Guru Besar tersebut adalah Prof., M. Farid Wajdi, S.E., M. Ph.D, (Guru Besar Bidang Ilmu Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis), Prof., Dr., Zulfikar, S.E., M.Si., (Guru Besar Bidang Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis) dan Prof., Dr. Ihwan Susial, S.E., M.Si., Ph.D (Guru Besar dalam Bidang Ilmu Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis)
Dalam Jumpa Pers itu, Wakil Rektor Bidang IV UMS, Prof., Dr., dr., Em Sutrisna, M.Kes mengungkapkan bahwa UMS akan menambah 3 Guru Besar lagi, dan ada sejumlah 14 dosen yang masih menunggu untuk bisa mendapatkan Guru Besar.
“Di samping itu, kami sedang menyiapkan 15 dosen untuk mengikuti Professorship untuk menyiapkan administrasi dan syarat menjadi guru besar. Ini menjadi capaian yang bermakna bagi UMS, terutama dalam mencapai visi misi kampus,” tambahnya saat Jumpa Pers Kamis, (15/2).
BACA JUGA: UMS Beri Tawaran Beasiswa Bank Indonesia 2024, Jangan Sia-Siakan Kesempatan!
Menurut Dekan FEB UMS Prof. Dr. Anton Agus Setyawan, S.E., M.Si, acara pengukuhan nanti adalah momentum yang paling bahagia bagi Fakultas Ekonomi Bisnis UMS. Hal ini juga semakin memperkuat visi fakultas.
“Tiga Guru Besar yang akan dikukuhkan nanti merupakan lulusan dari S1 FEB UMS, ini menjadi hal yang membanggakan bagi kami. Ini merupakan perjuangan yang luar biasa bagi Prof, Ihwan, Prof. Zulfikar dan Prof. Farid yang telah mencapai gelar akademik sebagai guru besar,” tegasnya.
Dalam kesempatan yang sama, Prof. Ihwan Susila, S.E., M.Si., Ph.D., membahas materi yang akan disampaikan dalam orasi ilmiah dengan tema “Kepercayaan, Harapan, dan Komunikasi Simbolik: Sebuah Kajian Pemilih Muda dalam Perspektif Pemasaran Politik”.
Dalam Pemilu 2024 ini, lanjutnya, anak muda memiliki antusias yang luar biasa.
“Kita baru saja melaksanakan Pemilu 2024 pada tanggal 14 Februari 2024. Para pemilih Indonesia menggantungkan harapan mereka pada calon presiden dan calon wakil presiden beserta para calon legislatif,” papar Guru Besar Ilmu Manajemen UMS itu.
Para pemilih mempunyai harapan yang besar atas mewujudkan Indonesia yang semakin maju dan menaruh kepercayaan pada calon presiden, calon wakil presiden, dan para calon anggota legislatif yang mereka pilih.
“Komunikasi simbolik yang dilakukan para kandidat politik mempunyai resiko ketika janji-janji mereka tidak dilandasi dari program-program riil yang memberikan manfaat bagi para pemilih,” ujarnya.
Sementara Prof. Zulfikar, nantinya akan menyampaikan pidato mengenai “Etika Bisnis dan Profesional Akuntan dalam Perspektif Moral Sustainability”.
“Dalam moral sustainability, keinginan bisnis untuk berlanjut besar dan nantinya akan dihadapkan dengan tindakan, dalam tanda kutip perilaku yang tidak bermoral atau beretika. Sesungguhnya perilaku korupsi di Indonesia ini 99% adalah kerjasama antar pejabat dengan pengusaha,” ungkap Zulfikar.
Menurutnya, itulah pelanggaran etis paling besar yang ada di Indonesia yang berkaitan dengan etika bisnis. Sayangnya, di negara ini sudah di rasionalisasi bentuk korupsi untuk saling mensejahterakan.
“Ini berbahaya dan memprihatinkan. Apabila tidak segera ditindak lanjuti,” ujarnya.
Salah satu bentuk kesadaran yang muncul dalam dunia akuntansi pada beberapa dekade terakhir adalah semangat melakukan perubahan, yaitu semangat untuk memperbaharui atau tajdid meminjam istilah yang biasa digunakan oleh Muhammadiyah (salah satu ormas Islam di Indonesia) dalam rangka memperbaharui praktik keagamaan karena menganggap praktik akuntansi yang sekarang sedang berjalan tidak kompatibel dengan lingkungan penerima.
Disisi lain Prof. Farid, menyoroti kebutuhan manajer dan ilmu manajemen di Indonesia sangat penting dan mendesak. Sekitar 8.000 pengusaha pemula gagal, dan kegagalan disebabkan karena rendahnya pengetahuan dan keterampilan dalam ilmu manajemen. Dalam orasi ilmiahnya nanti, dia akan menekankan bagaimana meraih keunggulan kompetitif yang berkelanjutan yang berorientasi strategis.
“Di samping itu, pengelolaan organisasi maupun perusahaan orientasi strategis untuk keunggulan kompetitif di masa mendatang tidak hanya dicapai sementara, keunggulan kompetitif berkelanjutan,” tekannya. (Fika/Humas)