You are currently viewing UMS Bantu Mahasiswanya yang Tidak Mudik, dalam Bentuk Voucher Makan untuk Sahur dan Berbuka Puasa

UMS Bantu Mahasiswanya yang Tidak Mudik, dalam Bentuk Voucher Makan untuk Sahur dan Berbuka Puasa

  • Post author:
  • Post category:Berita

Kampus Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) memberikan perhatian kepada mahasiswanya yang tidak mudik ke rumahnya selama Bulan Ramadhan. Bentuk kepedulian tersebut diwujudkan dengan pemberian bantuan voucher makan untuk sahur dan berbuka puasa.

Voucher bantuan untuk makan bagi mahasiswa yang tinggal di kost tersebut sudah mulai dibagikan sejak Selasa (21/4/2020). Pembagian voucher tersebut dilakukan di depan kantor LazizMu UMS di kompleks Kampus 1. Nantinya, mahasiswa akan menukar voucher untuk sahur dan berbuka puasa di warung yang sudah bekerjasama dengan Lazismu UMS.

Ketua LAZISMU UMS, Mahasri Shobahiya, M.Ag. menerangkan, pembagian voucher makan ini merupakan salah satu program dari Gerakan UMS Peduli Covid-19. Sasarannya adalah mahasiswa UMS yang tidak mudik dan masih tinggal di kost, karena sebagai bentuk antisipasi pencegahan penyebaran virus Covid19.

“Pendaftarnya cukup banyak, sampai sekarang sudah ada sekitar 640 mahasiswa. Dari data yang masuk kami seleksi dan cermati. Kami pilih mahasiswa yang menurut kami lebih membutuhkan. Setelah seleksi, mahasiswa yang tervalidasi identitasnya sebanyak 363 mahasiswa berhak menerima bantuan. Kami harap dengan bantuan ini, mahasiswa bisa nyaman menjalankan ibadah puasanya, kuliah juga tenang karena sekarang masih masa kuliah, meskipun secara daring,” ujarnya.

Mahasri menjelaskan, pihaknya telah bekerja sama dengan 10 warung yang telah direkomendasikan oleh mahasiswa melalui pendaftaran online yang sudah dilakukan. Program ini tentu juga membawa manfaat bagi warung makan yang ada di sekitar UMS. Roda pereknomian warung juga bergerak, lantaran sejak mahasiswa tidak ada kuliah tatap muka maka banyak warung yang tutup karena nyaris tidak ada pembelia mengingat sebagian besar pembeli ada;ah mahasiswa UMS.

“Ada 23 warung yang direkomendasikan para pendaftar, tapi kami survei dan kami tawarkan untuk bekerja sama. Ada 10 warung yang siap diajak bekerjasama dan menyediakan makanan sahur dan berbuka puasa,” lanjutnya.

Tahap pertama, LAZISMU UMS memberikan voucer sebesar 10 ribu rupiah untuk satu kali makan, selama satu pekan dari tanggal 24-30 April 2020. Mahasri mengatakan, ada kemungkinan program ini akan diperpanjang pekan berikutnya jika dana sumbangan yang masuk mencukupi. “Sampai sekarang kami masih membuka penggalan dana. Bagi masyarakat baik individu maupun lembaga yang ingin menyalurkan bantuannya bisa transfer ke nomor Rekening Bank Jateng Syariah 601300149 atas nama Lazismu UMS. Atau langsung datang ke kantor LAZISMU di kampus 1 UMS,” tuturnya.

Taufik Kasturi, S.Psi., M.Si., Ph.D, Wakil Rektor Bidang Kemahasiswan, Alumni dan Pengkaderan UMS mengatakan, latar belakang dari program ini karena melihat banyaknya mahasiswa yang tidak mudik akibat wabah virus Corona yang sedang melanda tersebut. “Kita saling berbagi, terutama di bulan Ramadhan. Ini salah satu perhatian UMS kepada mahasiswanya. Ternyata masih banyak yang tidak mudik,” ujarnya.

Dosen Psikologi UMS itu menambahkan, setiap mahasiswa penerima bantuan, akan mendapatkan 15 voucher makan. Satu voucher senilai Rp 10.000. “Mahasiswa akan mendapatkan 15 voucher makan. Setiap voucher senilai Rp 10.000 untuk satu kali makan sahur ataupun berbuka puasa. Untuk ukuran makan Rp 10.000 di Solo dan seputar kampus sudah cukup memadai,” katanya.

Alasan UMS memberikan bantuan vocuher dibandingkan sembako karena jarang mahasiswa yang masak sendiri di kostnya. “Kalau dikasihkan sembako, sementara tidak dimasak, paling-paling dijual. Maka ini terobosan baru, mahasiswa dapat voucher makan,” ungkapnya.

Saat ini masih banyak mahasiswa UMS yang tidak mudik ke daerah asalnya saat pandemi wabah corona ini. Ada yang dikarenakan masih ada urusan di kampus, kesulitan transportasi mengingat sudah banyak transportasi umum yang dibatalkan perjalannya seperti kereta api dan bus antar propinsi. Dan alasan lain karena kalau mudik ke daerah asalnya mereka harus menjalani karantina di daerahnya mengingat mereka pulang dari Solo dan sekitarnya yang ada pasien covid. Untuk itu mereka memilih tinggal di kos-kosannya.

Vanda Yulita Eka Priyatna, salah seorang mahasiswa penerima bantuan mengatakan, program ini sangat bermanfaat bagi mahasiswa perantauan yang tidak mudik. “Tentu kami merasa sangat terbantu. Apalagi kita jauh dari kampung halaman. Tentu juga bisa menghemat pengeluaran kami,” ungkap mahasiswa Teknik Kimia semester 4 itu. (Risqi/Humas)