RADARSOLO.COM – Tak terasa Ramadan akan segera berakhir. Di 10 hari terakhir, terdapat amalan yang dianjurkan untuk umat Islam, salah satunya beriktikaf. Seperti apa amalannya?
Pembina Pondok Shabran Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) Ustad Aji Ramadhan menjelaskan, makna dari iktikaf adalah berdiam diri di masjid. Dengan tujuan menambah ketaatan kepada Allah dan meluangkan waktunya untuk ibadah.
”Maksud dan tujuannya juga mencari Lailatul Qadar,” katanya kepada Jawa Pos Radar Solo, Selasa (11/4/2023).
Hukum dari iktikaf adalah sunnah. Untuk waktunya, sejatinya tidak ada batasan. Bisa di awal Ramadan, 10 hari terakhir Ramadan, atau bahkan di luar bulan Ramadan.
”Bisa hanya satu atau dua jam, setengah hari, seharian full, atau beberapa hari, dan lain-lain,” imbuhnya.
Iktikaf sendiri dianjurkan di 10 hari terakhir Ramadan. Hal ini berdasarkan hadist riwayat Aisyah RA yang artinya: ”Bahwa Nabi SAW melakukan iktikaf pada hari kesepuluh terakhir dari bulan Ramadan, (beliau melakukannya) sejak datang di Madinah sampai beliau wafat, kemudian istri-istri beliau melakukan iktikaf setelah beliau wafat.” (HR. Muslim).
”Jika kita sibuk, tidak ada waktu untuk meluangkan waktu untuk iktikaf full di 10 hari terakhir Ramadan. Maka bisa dilakukan di malam hari saja, jika tidak bisa di 10 malam terakhir, maka paling tidak di malam-malam ganjil saja. Jika masih tidak bisa, Maka saat salat Isya dan Tarawih, atau saat kapanpun ketika hendak ke masjid kita bisa niatkan itu sebagai iktikaf,” imbuhnya.
Saat menjalankan iktikaf, lanjut dia, terdapat beberapa amalan yang bisa dlakukan. Seperti membaca Alquran, salat malam, dan berzikir. Iktikaf sendiri memiliki keutamaan.
Ustad Aji menjelaskan ada banyak manfaat yang akan dapatkan jika mengamalkan iktikaf di 10 hari terakhir. Di antaranya, menjumpai malam Lailatul Qadar. Diketahui bahwasanya malam Lailatul Qadar adalah malam yang lebih baik dari 1.000 bulan.
”Artinya amalan-amalan dan ibadah pada malam tersebut lebih baik dari amalan pada 1.000 bulan biasa. Sebagaimana firman Allah di surat Al Qadr ayat: 3,” imbuhnya.
Manfaat kedua, lanjutnya, adalah mendekatkan diri dengan masjid. Iktikaf tidak bisa dilakukan kecuali di masjid, kesempatan yang luar biasa untuk mendekatkan diri dengan masjid. Karena jika hati bergantung pada masjid maka nabi Muhammad SAW janjikan kepada orang-orang tersebut akan mendapatkan naungan Allah SWT dimana tidak ada naungan kecuali naungan Allah di akhirat nanti.
”Kemudian yang ketiga, manfaat sosial yang bisa didapatkan dari iktikaf adalah dapat menyambung ukhuwah islamiah dengan para muktakif (orang beriktikaf), hal ini dapat menjadikan momentum untuk saling bertegur sapa atau bertemu dengan orang baru,” ujarnya. (nis/adi)