You are currently viewing Ramadan Kareem Talk Bersama IKA UMS, Tekankan Daya Juang dan Junjung Kearifan Lokal

Ramadan Kareem Talk Bersama IKA UMS, Tekankan Daya Juang dan Junjung Kearifan Lokal

ums.ac.id, SOLO – Ikatan Keluarga Alumni Universitas Muhammadiyah Surakarta (IKA UMS) mengadakan Ramadan Kareem Talk Edisi ke-4. Kegiatan ini berlangsung secara online melalui zoom meeting, pada Sabtu (6/4) saat menjelang berbuka puasa.

Wakil Rektor V UMS Prof. Supriyono, S.T., M.T., Ph.D., dalam kesempatan tersebut merasa sangat terhormat dan mengapresiasi dengan kegiatan yang dilakukan oleh IKA UMS.

“Alumni menjadi kekuatan bagi sebuah universitas. Yang pertama tentunya alumni itu membangun citra perguruan tinggi,” ungkapnya.

Dalam pemeringkatan perguruan tinggi, alumni masuk pada kriteria ‘employee reputation’ yakni ketika alumni bekerja di sebuah perusahaan dan performanya baik, maka akan meningkatkan citra perguruan tinggi. Ini lah yang diharap-harapkan oleh UMS.

Tidak dapat menutup mata bahwa perguruan tinggi swasta bergantung pada mahasiswanya. Untuk itu, ketika kepercayaan masyarakat meningkat, maka nanti akan banyak atau berbondong-bondong untuk mendaftar ke UMS.

“Tentunya kekuatan alumni ini akan menjadikan UMS di masa mendatang seperti Harvard, Stanford University,” yakinnya.

Dia meyakini suatu saat UMS akan berjaya dan seperti halnya perguruan tinggi swasta tingkat internasional yaitu Harvard ataupun Stanford University.

Pada diskusi Ramadan Kareem Talk edisi ke-4 ini, IKA UMS mengundang alumni dari Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) UMS yang pernah menjadi seorang Kepala Sekolah Taruna Nusantara 2016-2018, yaitu Drs. Usdiyanto, M.Hum. Alumni UMS ini berbagi cerita mengenai perjalanan karirnya saat bergabung di sekolah besutan TNI itu.

Pertama kali mendengar prinsip “Hidup hidupilah Muhammadiyah. Jangan mencari penghidupan di Muhammadiyah”. Kata-kata tersebut menjadi daya juangnya saat menapaki karir di SMA Taruna Nusantara. Dia pernah menjadi PNS dengan golongan terendah di antara lainnya, namun kemudian bisa menjadi seorang kepala sekolah.

“Jadi daya juang yang gigih itu yang saya pakai untuk di SMA. Sehingga saya bekerja di SMA TNI itu tidak pernah menghitung-hitung apakah saya mendapatkan apa tidak,” katanya.

Alumni UMS itu juga memberikan pesannya kepada para alumni-alumni UMS untuk melihat perjuangan dari lumut kerak.

“Kalau kita harus merintis sesuatu yang baru, kita berusaha seperti lumut kerak,” paparnya.

Lumut kerak tumbuh di tempat tandus kemudian daya juangnya ingin membuat tanah bisa ditumbuhi oleh tumbuhan lain. Sebagaimana prinsip hidup di Muhammadiyah.

Dalam perbincangan ini Prof. Dr. Sabar Narimo, M.M., M.Pd., menerangkan bagaimana ‘Membangun Harkat dan Persahabatan Berbasis Pada Nilai-Nilai Kearifan Lokal’. Kearifan lokal yang bisa diarahkan yang bisa dijadikan sarana untuk berdakwah.

Guru Besar UMS itu juga mengutip pada QS. Al-Isra Ayat 7.

“Barangsiapa berbuat baik, sesungguhnya kebaikan itu akan kembali kepada dirinya. Dan barangsiapa berbuat jahat sesungguhnya kejahatan itu juga akan kembali kepada dirinya,” ujar Sabar Narimo.

Ketika ditarik ke filosof Jawa, lanjutnya, menjadi Ngundhuh Wohing Pakarti.

“Pakarti itu menuai apa yang kita perbuat,” ungkapnya. (Maysali/Humas)