Oleh Munajat Tri Nugroho, S.T., M.T., Ph.D, selaku Kabiro Renbang UMS
TEKNOLOGI saat ini sudah menjadi bagian penting dari perjalanan waktu, yang tidak bisa dibendung kehadirannya. Teknologi tidak hanya mengubah gaya hidup manusia, tapi juga cara kita bekerja, belajar, dan berinteraksi. Berbagai macam inovasi muncul setiap saat, semakin membuat aktivitas dan pekerjaan kita menjadi lebih praktis dan efektif.
Salah satu teknologi yang belakangan menarik perhatian adalah artificial intelligence (AI). Dengan perkembangan teknologi kecerdasan buatan ini, telah banyak memengaruhi aspek kehidupan. Teknologi yang satu ini memiliki peran penting dalam memudahkan berbagai fungsi pekerjaan, termasuk di bidang pendidikan.
Istilah AI pertama kali dikenalkan pada 1956 oleh John McCharty dari Massachusetts Institute of Technology (MIT). Menurut dia, kecerdasan buatan merupakan proses memodelkan cara berpikir manusia dan mendesain suatu mesin, agar dapat berperilaku layaknya manusia atau istilah lainnya disebut cognitive tasks. Yakni bagaimana mesin bisa belajar secara otomatis, dari data dan informasi yang sudah diprogramkan.
AI diyakini dapat membantu manusia untuk belajar dengan lebih baik. Serta mencapai tujuan pendidikan dengan lebih efektif. Sehingga tidak heran, saat ini banyak inovasi dan terobosan berbasis AI yang sedang dan akan diterapkan dalam menunjang proses pembelajaran. Supaya lebih praktis dan efektif.
Aplikasi IOT, Big Data, AI, dan Block Chain dalam dunia pendidikan, memudahkan penyebaran informasi dan pengetahuan pada tingkat yang belum pernah terpikirkan sebelumnya. Keberadaan teknologi digital tersebut dapat mendisrupsi berbagai lembaga pendidikan tradisional. Karena itulah, Biro Perencanaan dan Pengembangan (Renbang) Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) berupaya mengelar seminar dengan menghadirkan Founder Dron Emprit Ismail Fahmi sebagai narasumber.
Tujuan dari seminar ini sebagai berikut. Pertama, meningkatkan pemahaman civitas akademika UMS tentang pentingnya Block Chain dan AI pada dunia pendidikan. Kedua, meningkatkan kesadaran civitas akademika, akan dampak disrupsi teknologi pada dunia pendidikan. Dampak yang diharapkan, adalah munculnya strategi adopsi AI dan Block Chain bagi UMS. Serta adopsi konsep teknologi AI dan Block Chain dalam penyelenggaraan pendidikan di UMS.
Fungsi dan kegunaan AI dalam dunia pendidikan, di antaranya sebagai mentor virtual, smart content, dan global courses. Sebagai mentor virtual, fungsi AI yang saat ini sudah cukup banyak diterapkan pada berbagai platform teknologi pendidikan. Terutama yang berbasis daring, yaitu sebagai mentor virtual.
AI bisa memberikan umpan balik dari aktivitas belajar dan latihan soal para siswa. Kemudian memberikan rekomendasi materi yang perlu dipelajari kembali, layaknya seorang guru atau tutor.
Kemudian smart content. Merupakan teknologi AI yang berfungsi membagi dan menemukan konten materi dan buku digital, yang sudah diprogram secara virtual dengan lebih mudah dan cepat. Contoh umum penerapan teknologi ini, terdapat di berbagai perpustakaan digital saat ini. Baik di sekolah, perguruan tinggi, maupun perpustakaan umum.
AI bisa menemukan dan mengategorikan buku yang Anda cari, secara cepat dan terstruktur. Bahkan Anda akan diberikan rekomendasi buku dan konten lain, yang relevan dengan apa yang sedang dicari.
Adapun global cource, teknologi AI yang satu ini sudah lumayan banyak diterapkan di bidang pendidikan. Secara sederhana dengan global courses, pengguna atau peserta didik bisa mencari dan mengikuti kursus daring dari seluruh dunia. Platform kursus bisa merekomendasikan ketertarikan dan minat Anda, sesuai kata kunci yang sudah dimasukkan sebelumnya.
Terdapat berbagai kursus gratis dan terbuka yang bisa dicoba saat ini, dengan beragam fitur serta konten menarik, interaktif, dan terstruktur. Ciri khas kursus yang sudah menggunakan teknologi AI adalah, terdapat fitur personalisasi yang memungkinkan Anda mendapatkan pemberitahuan mengenai kemajuan kursus, materi yang perlu dipelajari, akumulasi tes, total nilai, rekomendasi kursus yang relevan, serta berbagai fitur lainnya.
Tetapi yang harus digarisbawahi bahwa, teknologi sampai kapanpun fungsinya hanya sebagai alat. Tidak akan sepenuhnya menggantikan peran seorang guru. Misalnya berkaitan dengan aspek afektif dan moral, yang melibatkan perasaan dan psikologis. Tentu saja hanya bisa dilakukan oleh sosok guru.
Sehingga teknologi AI sepatutnya dimanfaatkan secara optimal, sesuai kapasitas dan fungsinya. Tetapi di sisi lain, peran guru harus tetap diprioritaskan. Sehingga nilai-nilai humanis dan afeksi dalam sebuah proses pendidikan, bisa terus langgeng dan terjaga. Sesuai esensi dari pendidikan itu sendiri, yaitu memanusiakan manusia. (*)
Sumber : https://radarsolo.jawapos.com/opini/10/05/2023/peluang-dan-tantangan-ai-pada-pendidikan-tinggi/