Mahasiswa PPG UMS Gelar Pameran Karya di SD Muhammadiyah 24 Gajahan Surakarta

SOLO, MENARA62.COM – Pendidikan di Indonesia terus berkembang dengan berbagai inovasi yang berakar pada filosofi pendiri pendidikan nasional, Ki Hadjar Dewantara. Salah satu nilai utama yang ditekankan oleh Ki Hadjar Dewantara adalah pentingnya pembelajaran yang berpihak pada peserta didik. Filosofi ini menekankan bahwa pendidikan harus menyesuaikan dengan kebutuhan, minat, dan bakat setiap siswa, memastikan bahwa setiap anak mendapatkan kesempatan terbaik untuk berkembang secara optimal.

Di SD Muhammadiyah 24 Gajahan Surakarta, implementasi dari filosofi ini dapat dilihat melalui pendekatan pembelajaran berdifferensiasi. Pembelajaran berdifferensiasi adalah strategi di mana guru menyesuaikan metode pengajaran untuk memenuhi kebutuhan belajar yang beragam dari setiap siswa. Dengan memahami bahwa setiap anak unik, baik dari segi gaya belajar, minat, maupun bakat, serta guru dapat menciptakan lingkungan belajar yang inklusif dan efektif.

Sebagai bagian dari penerapan filosofi Ki Hadjar Dewantara, SD Muhammadiyah 24 Gajahan Surakarta juga rutin mengadakan gelar karya. Gelar karya adalah sebuah kegiatan di mana siswa dapat memamerkan hasil karyanya, baik itu dalam bentuk seni, sains, teknologi, maupun keterampilan lainnya. Kegiatan ini memberikan ruang bagi siswa untuk mengekspresikan bakat dan minat mereka, serta memberi kesempatan bagi mereka untuk merasakan apresiasi dari komunitas sekolah.

Gelar karya ini bukan hanya sekadar ajang pamer, tetapi juga merupakan bagian integral dari proses pembelajaran. Melalui kegiatan ini, siswa belajar merencanakan, mengorganisasi, dan mempresentasikan karya mereka. Mereka juga dilatih untuk bekerja sama dalam kelompok, mengembangkan keterampilan komunikasi, dan meningkatkan rasa percaya diri. Pendekatan ini sejalan dengan prinsip pendidikan Dewantara yang mengedepankan “Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madyo Mangun Karso, Tut Wuri Handayani” yang berarti guru harus memberi contoh, membangun kemauan, dan mendukung dari belakang. Dengan demikian, guru berperan sebagai fasilitator yang mendampingi siswa dalam mengeksplorasi minat dan bakat mereka.

Kegiatan gelar karya ini dimulai dengan pembukaan dari Fety Fatimah mahasiwa PPG kemudian mengingat kembali budaya yang ada di Jawa Tengah, dilanjutkan melihat video budaya Indonesia. Penampilan siswa siswi dengan menampilkan puisi, pantun, menyanyi serta fashion show, dan kegiatan ditutup dengan melihat madding budaya yang berisi kebudayaan seluruh Indonesia, serta cara melestarikanya dan hasil karya siswa.

Menurut Fety Fatimah Mahasiswa PPG UMS, implementasi pembelajaran berdifferensiasi dan gelar karya ini telah menunjukkan hasil yang positif. Siswa tidak hanya lebih termotivasi dan bersemangat dalam belajar, tetapi juga menunjukkan peningkatan dalam kemampuan berpikir kritis, kreativitas, dan kolaborasi. “Saya membuat gelar karya ini untuk memfasilitasi para siswa agar lebih mengeksplor budaya Indonesia dan minat bakatnya,” jelasnya.

Dengan memamerkan hasil karya mereka seperti mewarnai gambar rumah adat, menyanyikan lagu daerah, berpuisi dan berpantun serta fashion show baju adat Jawa. Gelar pameran karya ini diikuti oleh kelas 4 A dan B dengan jumlah siswa 52 orang sebagai kegiatan proyek lanjutan dari materi IPAS Budayaku Indonesia.

“Saya sangat senang dengan kegiatan hari ini, bisa menampilkan fashion show dengan menggunakan baju kebaya,” ungkap Ghaitsa siswa kelas 4 A.

Ternyata Pendidikan di Indonesia semakin bertransformasi dengan inovasi yang berakar pada filosofi Ki Hadjar Dewantara, yang menekankan pembelajaran berpihak pada peserta didik., Dengan tujuan membentuk profil Pelajar Pancasila yang beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berakhlak mulia; mandiri; bergotong-royong; berkebinekaan global; bernalar kritis; dan kreatif. Melalui budaya Indonesia, cerita rakyat, nilai-nilai spiritual dan moral.

Pembelajaran berdiferensiasi memungkinkan siswa mengeksplorasi minat mereka secara mandiri, sementara kolaborasi dalam proyek budaya menekankan gotong-royong. Penghargaan terhadap keberagaman diajarkan melalui pengenalan berbagai budaya daerah dan global. Siswa diajak berpikir kritis dan kreatif dalam mempelajari dan mengekspresikan budaya Indonesia. Implementasi filosofi Dewantara melalui pendekatan ini telah efektif dalam membentuk profil Pelajar Pancasila, menciptakan generasi yang beriman, mandiri, gotong-royong, menghargai kebinekaan, kritis, dan kreatif, sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. (*)

Sumber: https://menara62.com/mahasiswa-ppg-ums-gelar-pameran-karya-di-sd-muhammadiyah-24-gajahan-surakarta/