Cermin Dari Weleri Itu Bukan Cermin Biasa

Ternyata orang yang membuat ide dan melaksanakan ide yang unik di Kendal itu saya kenal. Bahkan sangat kenal. Aktivis Pers Mahasiswa Pabelan Universitas Muhammadiyah Solo (UMS) dekade tahun 80-an. Arief Budiman namanya. Mahasiswa Fakultas Psikologi angkatan 1984.

Pada dekade 80-an, tepatnya tahun 1986. Saya dan Arief dalam satu aktivitas. Saya Pemimpin Umum dan Penanggungjawab Majalah Pabelan-UMS. Arief Budiman berkhidmat sebagai Redaktur Pelaksana.
Orang tuanya adalah tokoh Muhammadiyah Weleri. Keduanya Penceramah agama. Tokoh yang ikut mendirikan SMA Muhammadiyah Weleri yang maju itu.

Arief Budiman adalah Pendiri dan sekaligus Pemodal Tunggal BUMM (Badan Usaha Milik Masjid) An-Nur Weleri Kendal. Mungkin BUMM di Weleri itu adalah satu-satunya BUMM di Indonesia yang berbadan hukum. Arief telah menyuntik dana cukup besar. Sehingga bidang usahanya luas. BUMM ini mengelola berbagai usaha. Yang menonjol adalah bisnis restaurant. Cabang sub-bisnis lainnya segera menyusul.

Semua aset dan hasil usahanya didedikasikan ke Masjid. Untuk operasional Masjid. Kegiatan dakwah. Santunan Yatim dan fakir & miskin. Beasiswa Santri berprestasi. Dan, sebagainya.
Sehingga masjid menjadi mandiri. Mempunyai dana tetap. Tidak perlu meminta-minta. Karena cashflow BUMM dikelola secara prudent dan profesional.

Arief Budiman sendiri adalah Konsultan dan Pengusaha sarang burung walet. Webside-nya: www.duniawalet.co.id. Bahkan sering ekspor langsung ke China. Pusat produksi waletnya lebih banyak tersebar di Kalimantan Timur. Ada puluhan tempat produksi. Ada yang dikerjasamakan dengan pengusaha lainnya berupa bagi hasil.

Dia sedang mematenkan dua teknologi hasil penemuannya. Pertama, alat yang bisa mendeteksi tempat dimana burung akan senang bersarang jika dibangunkan rumah. Kedua, alat musik untuk mengundang burung datang. Arief juga mempunyai bisnis kuliner. Mempunyai dua otlet berupa restaurant besar di Kendal. Banyak pelanggannya. Ramai sekali. Omset satu restaurant tidak kurang lima belas juta. Setiap hari.

Jika dihitung dari pendapatan sarang walet saja, gaji dan tunjangan seorang Menteri pasti kalah. Jauh kalahnya. Harga sarang walet super satu kilo-nya bisa mencapai dua belas juta di saat-saat tertentu. Satu sarang saja, setiap bulan bisa mencapai lebih dari sepuluh kilogram.

Dua minggu lalu saya menelpon dia. Biasa jawabannya datar. Merendah. Low profile. Memang sejak mahasiswa orangnya tidak suka menonjolkan diri. Tidak pernah meminta jabatan di Pers Mahasiswa. Baik ketika masih di Redaksi. Pun, ketika setelahnya. Jabatan sebagai Redaktur Pelaksana itupun karena dipaksa. Padahal, ketika itu dia sudah mampu menerbitkan satu buku. Judulnya: Kuliah Menjelang Pernikahan.

“Mas Nurkhamid, saya sudah tidak lagi memegang jabatan di Perusahaan. Semuanya saya serahkan ke anak-anak. Hanya kadang-kadang saja mengisi Seminar dan menulis artikel”. Katanya melalui telpon.
“Saya sekarang sedang asyik menjadi Marbot Masjid”. tambahnya.

Kepada saya dia menyatakan bahwa umurnya sudah senja. Hampir 60-an tahun. Tidak ada ambisi lagi yang dikejar. Bahkan, katanya, akan kurang ajar jika masih ada ambisi pribadi. Lebih bahagia dengan mendekatkan diri ke Masjid. Dan, ingin berbuat lebih bermanfaat kepada umat, orang banyak. Itu pengakuannya.

Pengalaman pribadi Arief Budiman adalah cermin. Nasehat kehidupan sesuai dengan dialektika kehidupan.
Pada tahun 1985 masuk dan aktif di Majalah Pabelan. Satu tahun kemudian menjadi Redaktur Pelaksana, sebelum menyelesaikan kuliahnya di Fakultas Psikologi.

Melanjutkan kerja jurnalistik sebagai Wartawan Harian Sore “Surya” di Semarang. Dilakukan Setelah lulus kuliah. Bersamaan itu, dia juga menjadi konsultan psikologi di daerah Kendal. Pengisi Konsultasi Psikologi di sebuah radio di Semarang.

Pada tahun sekian (saya lupa…!) dia menelpon untuk mengajak bisnis kulit sapi yang akan diekspor ke Korea Selatan. Dia minta saya sebagai Pengumpul. Mungkin dia mengira saya tinggal di Pati setelah selesai kuliah. Pati adalah pusat perdagangan daging sapi. Kulit yang masih segar pasti banyak.

Tentu saya berkeberatan karena waktu itu saya di Jakarta. Bekerja di group perusahaan Bakrie. Jabatan saya sudah tinggi: Manager Sektor. Entah bagaimana ceritanya, sehingga dia sukses menjadi Pengusaha Walet. Karena setelah telpon itu, kami lama sekali tidak berkomunikasi.

Lima tahun lalu, di era teknologi HP ini, saya ditelpon. Diberi khabar bahwa dia mempunyai usaha perwaletan. saya tidak percaya. Karena, bayangan saya bahwa Pengusaha Walet adalah orang yang tidak sembarangan.
Baru setelah beberapa ons sarang walet siap saji terkirim ke rumah, saya yakin kalau Arief Budiman adalah Pengusaha Walet.

Tidak kurang dari delapan buku perwaletan dia persembahkan untuk kemajuan bisnis walet di Indonesia. Bukunya tersebar di Gramedia. Bisa anda pelajari jika ingin berusaha di bidang walet.

Wallahu a’lam

Oleh: Nurkhamid Alfi Grandwisata

Sumber : https://langit7.id/read/31399/1/cermin-dari-weleri-itu-bukan-cermin-biasa-1685883972