ums.ac.id, SOLO – Lembaga Pengembangan Pondok, Al-Islam dan Kemuhammadiyahan (LPPIK) Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) menggelar Seminar Nasional Call For Paper Risalah Islam Berkemajuan dalam Dakwah dan Pendidikan dengan tema “Membangun Masa Depan Pendidikan Berkualitas: Reaktualisasi Institusi dan Pola Kaderisasi Muhammadiyah”.
Kegiatan seminar ini berlangsung di Auditorium Mohamad Djazman UMS, Kamis (6/6) dan disiarkan secara langsung di akun resmi youtube universitas.
Pada kesempatan tersebut menyampaikan Wakil Rektor IV UMS Prof. Dr. dr. Em Sutrisna, M.Kes., menegaskan bahwa AIK menjadi pedoman berperilaku bagi sivitas akademika di kampus.
“Tentu kita semua berharap kaitannya dengan kehidupan Al-Islam Kemuhammadiyahan (AIK) di kampus UMS. Kita sudah mencanangkan AIK itu sebagai ruh dan living value kehidupan sivitas akademika UMS. Sehingga yang terkena kewajiban AIK bukan hanya mahasiswa saja, dosen dan tendik pun juga kena kewajiban AIK,” tutur Em Sutrisna.
Dia juga menyampaikan, di kampus ini AIK menjadi syarat untuk kenaikan pangkat atau jabatan tertentu.
Untuk menjadikan AIK menjadi ruh dari sivitas akademika, beberapa upaya dilakukan. Di antaranya adalah kajian tiap pekan pada hari Selasa yaitu Kajian Tarjih bersama ust Syamsul, Kajian Qiyamul Lail setiap hari Jumat jam 3 pagi, Webinar Kemuhammadiyahan, Baitul Arqam untuk dosen, tendik, dan pimpinan, Munadhoroh, serta Kajian Tafsir Quran.
Wakil Rektor IV UMS itu juga menyampaikan AIK itu adalah usaha-usaha untuk mewujudkan kampus yang islami, bukan hanya kampus yang modern dan mendunia, tetapi juga kampus yang mensyiarkan nilai-nilai Islam.
UMS sendiri bukan merupakan kampus yang eksklusif karena mahasiswanya tidak homogen dari satu agama saja melainkan ada mahasiswa yang dari dari agama lain. Maka kemudian AIK diambil sebagai living value bagi mahasiswa tersebut.
Seminar ini menekankan pada bagaimana institusi pendidikan Muhammadiyah bisa lebih adaptif terhadap perkembangan zaman memastikan nilai-nilai keislaman dan keunggulan akademik tetap terjaga. Selain itu, mengeksplorasi pola kaderisasi Muhammadiyah untuk menghasilkan pemimpin-pemimpin masa depan yang berkualitas dan berintegritas
Pada seminar tersebut kemudian menghadirkan tiga narasumber.Pembicara Pertama adalah Dr. Mohamad Ali, M.Pd yang merupakan Direktur Perguruan Muhammadiyah Kottabarat juga sebagai Wakil Dekan I Fakultas Agama Islam (FAI) UMS. Dia menyampaikan, terdapat empat konstruksi sekolah Muhammadiyah Berkemajuan menurut Risalah Islam Berkemajuan.
Empat kata kunci tersebut adalah Menggembirakan, Berkemajuan, Gerakan Ilmu, dan Inklusif-Multikulturalisme.
“Jadi sekolah berkemajuan itu harus menjadi yang mencerahkan dan menggembirakan. Jadi ketika kita mendirikan sekolah Muhammadiyah itu bukan sekedar untuk mencari uang,” tutur Ali.
Wakil Dekan I FAI UMS itu menegaskan bahwa institusi pendidikan harus menjadi wahana mencari ilmu yang mencerahkan dan menggembirakan. Jadi ketika sekolah itu membuat karyawan dan siswanya itu merasa tercerahkan dan bergembira melakukannya.
Narasumber ke dua adalah Dr. Maskuri, M.Ag Ketua Lembaga Pengembangan Pesantren Muhammadiyah (LP2M) Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah.
“Dengan jumlah perkembangan yang cukup menggembirakan, kita jangan berbangga dengan jumlah. Tapi bagaimana peningkatan kualitas lima tahun ke depan, dan output nya adalah menghasilkan kader lulusan yang unggul,” kata Maskuri.
Dia juga menerangkan kekuatan, kelemahan, peluang, serta tantangan yang dihadapi oleh pesantren-pesantren di bawah Muhammadiyah.
Narasumber ke tiga adalah Bachtiar Dwi Kurniawan, S.Fil.I., M.P.A. yang merupakan Ketua Majelis Pembinaan Kader dan Sumber Daya Insani PP Muhammadiyah. Dia menerangkan kembali cara mewujudkan tujuan Muhammadiyah yang kemudian diharapkannya menjadi amal shaleh dari founding father dan kader. Untuk menguatkan kader, dilakukan dengan reformasi kaderisasi melalui ideologisasi, internasionalisasi, dan diaspora. (Maysali/Humas)