ums.ac.id, PABELAN – Pimpinan Komisariat (PK) Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Shabran dan Pesantren Mahasasiwa (Pesma) Internasional K.H Mas Mansur Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) mengadakan bedah buku yang bertujuan untuk memberikan impuls dan semangat literasi kepada kader-kader IMM di Sukoharjo, terlebih kepada kader-kader PK IMM Shabran dan Pesma K.H Mas Mansur UMS.
Acara yang berlangsung di Ruang Sidang Pesma UMS pada Rabu, (12/6/24), membedah buku “Simpul Romantika Ikatan; Teks, Interpretasi, dan Kontekstualisasi” yang dipantik oleh Nauval dan Najihus Salam yang masing-masing sebagai Ketua Bidang Riset Pengembangan dan Keilmuan PK IMM Shabran dan Pesma UMS. Acara ini dihadiri oleh kader-kader IMM se-Sukoharjo.
Dalam rangka menjaga tradisi keilmuan dalam konteks ke-IMM-an, Ketua Umum Cabang IMM Sukoharjo, Izzul Khaq, S. Ag., memberikan pengantar dan semangat kepada kader-kader IMM untuk selalu menjaga nalar kritis dan nalar romantis.
“Buku ini adalah buku yang berisikan nalar kritis dan juga nalar romantis dengan pedoman akal dan juga sesuai dengan rambu-rambu pedoman keimanan,” ungkapnya, Kamis (13/6).
Izzul menegaskan bahwa dalam aspek ilmu pengetahuan itu dinamis dan terus berubah maka dibutuhkan forum-forum di luar kelas semacam diskusi dan bedah buku seperti ini dengan tujuan merangsang daya berfikir untuk memaksimalkan akal tersebut.
BACA JUGA: Tambah Kuota Mahasantri, Berikut Mekanisme dan Persyaratan Pesma KH Mas Mansur UMS
Ketua Bidang RPK IMM Pesma UMS, Nauval menjelaskan bahwa kader-kader IMM tidak boleh memisahkan masing-masing dari Tri Kompotensi Dasar dalam tubuh IMM, namun keseluruhan hal tersebut adalah satu-kesatuan.
“Tri Kompotensi Dasar itu, secara hakikatnya berjalan secara beriringan dan saling berkaitan satu dengan yang lainnya, tidak bisa dipisahkan,” tanbah Nauval.
Najihus Salam, Editor buku tersebut menyampaikan bahwa dalam buku tersebut memberikan refleksi untuk kader-kader Muhammadiyah, untuk kembali mengingat pemikiran-pemikiran tokoh terdahulu, seperti Djazman Al-Kindi dan K.H Ahmad Dahlan.
“Dengan konsep amal- ilmiah dan ilmu-amaliah memberikan kita sindirah bahwa pak djazman menginterpretasikan ulang pemikiran kiai Dahlan, bahwa menjadi kader terlebih dalam konteks ke-IMM-an harus menjadi manusia pemikir sekaligus juga menjadi manusia yang beramal,” ujar Ketua Bidang RPK IMM Shabran UMS itu Kamis, (13/6).
Selain itu, dalam bedah buku ini, para peserta juga antusias untuk diskusi dan bertanya. Salah satunya dari IMMawati Ida, selaku kader IMM Pesma UMS menyampaikan keresahannya bahwa pembelajaran di ruang kelas belum mencukupi sebagai bekal intelektual kader. (Fika/Humas)