Gagas Aplikasi Stunting, Kolaborasi Mahasiswa UMS Ini Buahkan Medali Emas di Ajang Global Youth Innovators Competition

ums.ac.id, SOLO – Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) menunjukkan keunggulannya melalui prestasi tingkat internasional di ajang Global Youth Innovators Competition. Kolaborasi mahasiswa dari Prodi Kesehatan Masyarakat dan Teknik Informatika ini membuahkan hasil yang gemilang.

Tim dari UMS yakni Marissa Usie Shania Devi (Kesehatan Masyarakat), Salsabila Khoirun Nisa (Kesehatan Masyarakat), dan Dizzo Violeta (Teknik Informatika) membuat sebuah prototipe aplikasi yang dinamakan StuntApps.

Marisa yang merupakan ketua tim menerangkan bahwa inovasi tersebut dilatarbelakangi dari survei yang telah dilakukan sebelumnya dan menunjukkan bahwa 27% orang mengetahui bahwa hygiene sanitasi termasuk salah satu faktor resiko dari stunting.

“Kami berdiskusi dengan salah satu tim dari informatika lalu mengangkat stone up ini diintegrasikan antara deteksi dini stunting diintegrasikan dengan izin investasi untuk salah satu cara untuk mendeteksi stunting lebih awal,” ujar Marisa, Rabu (17/7).

Hygiene sanitasi dari orang tua itu, lanjutnya, sangat berpengaruh dari perkembangan si anaknya seperti halnya jika hygiene sanitasi dari orang tua itu buruk nanti itu akan mempengaruhi anaknya terkena penyakit infeksi seperti diare contohnya.

“Nah dari penyakit infeksi tersebut akan menghambat penyerapan nutrisi dari sang anak, nanti jadinya itu anaknya itu lebih sulit menyerap nutrisi dan berkembang,” tambah Salsabila.

Pada lomba yang diadakan di Semarang itu, Marisa dan teman-temannya mempresentasikan mengenai prototipe aplikasi tersebut di hadapan para juri. Menurut Marisa, juri juga memberikan beberapa pertanyaan dan masukan untuk aplikasi tersebut meskipun menurut timnya itu masukannya cukup kurang realistis.

Marisa menerangkan, bahwa masukan seperti menambahkan kamera sedikit kurang realistis karena untuk mengukur stunting tidak dapat hanya berdasarkan gambar saja, tetapi ada pengukuran lainnya. Selain itu juri juga menyarankan untuk menambahkan dengan Artificial Intelligence (AI) namun itu juga tetap memerlukan database.

“Terus ada masukan lagi pakai AI mungkin kalau pakai AI kan tetap harus masukin data base seperti kayak tinggi badan tadi,” ungkap Dizzo yang merupakan pembuat prototipe dari aplikasi.

Pada prototipe StuntApps ini terdapat menu home, ada menu screening, konsultasi dan edukasi, serta kuis. Kemudian di bagian bottom bar itu ada team reminder dan profil dari pemilik akun.

Windi Wulandari, SKM, M.P.H selaku dosen pembimbing dari tim ini sangat mengapresiasi ide serta kemampuan yang dimiliki oleh para mahasiswa.

“Mereka ini sangat kreatif sekali ya dengan perkembangan teknologi yang sekarang mereka mereka memiliki ide yang sangat kreatif untuk mengatasi masalah stunting ya di mana kita tahu bahwa masalah stunting di Indonesia sendiri juga masih menjadi satu permasalahan. Nah untuk IDE mereka ini sendiri bagus-bagus sekali dan sangat membantu bagi tenaga pendidik maupun fasilitas pelayanan kesehatan,” ungkap Windi.

Selama proses bimbingan, ketiga mahasiswa aktif untuk bertanya dan memperbaiki dan semangat dalam mengikuti lomba tersebut.

“Harapan saya untuk selaku dosen pembimbing dari tim StuntApps ini mahasiswa ini bisa mengembangkan lagi dari aplikasi yang sudah dibuat dan mereka bisa berkarya lebih bagus lagi kemudian bisa menjadi contoh untuk teman-temannya ataupun untuk adik tingkatnya, sehingga adik tingkatnya juga banyak yang mengikuti ajang-ajang perlombaan baik nasional maupun internasional,” harapnya.

Prodi Kesehatan Masyarakat dan Fakultas Ilmu Kesehatan sangat mendukung mahasiswanya untuk terus berprestasi. Terbukti dengan dibentuknya Gugus Prestasi Mahasiswa di tiap prodi dapat mendorong mahasiswa untuk mengikuti berbagai perlombaan yang diinformasikan kepada mahasiswa. (Maysali/Humas)