ums.ac.id, SURAKARTA – Viral di media sosial, Mahasiswi beragama Kristen membagikan pengalamannya selama kuliah di Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) dilansir dari IBTimes.ID yang ditulis oleh Muhammad Saleh dengan judul ‘Saya Kristen, dan Saya Muhammadiyah’.
Tidak hanya pada website, tulisan ini juga dimuat di instagram ibtimes.id yang ramai diperbincangkan netizen. Postingan tersebut diberi judul ‘Mahasiswi Kristen Ini Ngerasa Nyaman Banget Ngampus di Muhammadiyah’.
Saat diwawancarai tim Humas UMS, Juliananta Putri Atmadja atau yang akrab disapa Lily merupakan mahasiswa program studi Ilmu Hukum membagikan cerita menarik selama kuliah di UMS.
“Kalau dari pertemanan di UMS asik-asik aja, jadi mereka tidak pernah membeda-bedakan. Awalnya saya mengira nanti gimana ya pas kuliah, tapi ternyata mereka baik-baik semua malahan. Malah sudah sama-sama paham aja,” ungkap Lily Kamis, (18/7).
Terus kalau dari dosennya, lanjutnya, juga perhatian dan tidak membeda-bedakan mahasiswanya.
“Pernah pas dulu itu ada hari raya sama cuti, waktu cuti itu saya sudah kuliah. Malah ditanya kok Lily sudah masuk kuliah. Jujur pas itu saya merasa terharu gitu, dosen masih mengingat itu dan sampai saat ini masih teringat terus. Jadi toleransinya kuat banget,” papar mahasiswa prodi Ilmu Hukum tersebut.
Menurutnya, meskipun hal tersebut mungkin sepele, tetapi itu akan tetap menjadi ingatan yang terkenang. Lily menambahkan dosen UMS itu juga tidak mendiskriminasikan dalam memberikan nilai karena adanya perbedaan tersebut.
“Awalnya saya takut, nanti gimana ya untuk nilai. Tapi sejauh ini nilaiku bagus-bagus aja, sesuai dengan kemampuan dan apa yang dipelajari sebelumnya. Pengalamanku sejauh ini, saya malah merasa lebih berkembang sih terutama dalam menjadi konten kreator. Dari dulu saya memang suka buat video-video gitu. Awalnya dulu random, tapi pas masuk UMS jadi lebih tertata gitu,” kata Lily.
Di UMS, Lily juga belajar tentang bagaimana saling menghargai perbedaan.
“Dalam hal pakaian, UMS tidak mewajibkan mahasiswa non Islam untuk menggunakan hijab, yang penting bebas rapi sopan. Nah yang seru pas bulan Ramadan kemarin, asik banget merasakan suasana berburu takjil di sekitar kampus,” terangnya.
Tak hanya itu, Lily juga mengikuti Tabligh Akbar di Masjid Sudalmiyah Rais yang ternyata isi materi yang disampaikan juga sama, dalam artian sama-sama mengajarkan kebaikan.
“Kalau masalah merayakan kaya gitu, keluarga saya ada yang muslim, ada yang non muslim jadi tidak kaget,” tambahnya.
Mahasiswi Prodi Hukum tersebut berharap, selama kuliah bisa mengembangkan soft skill, berorganisasi dan belajar menjadi konten kreator dan berprestasi.
“Kemudian untuk UMS sendiri, bisa lebih banyak informasi terkait mahasiswa non muslim yang kuliah di UMS. Agar tidak seperti saya dulu, bingung kira-kira gimana ya kalau memilih kampus Muhammadiyah,” terangnya.
Dalam kesempatan yang berbeda, Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan, Prof. Ihwan Susila, SE., M.Si., Ph.D., mengungkapkan Islam itu Rahmatan Lil Alamin, sehingga Muhammadiyah juga sangat terbuka dalam bidang pendidikan tanpa membeda-bedakan.
“Dalam Muhammadiyah itu, ada namanya amar ma’ruf nahi munkar. Jadi siapapun yang masuk UMS, saya kira akan menikmati bagaimana Islam itu diterapkan di kampus kita tercinta ini. Sehingga mereka merasa aman dan nyaman, karena lingkungan UMS mendukung mereka untuk bersemangat dalam belajar,” paparnya.
Keberagaman itu sebuah keniscayaan dan itu pasti akan menjadi bagian dari sesuatu yang tidak terpisahkan dari peradaban global.
“Hal tersebut dapat dilihat dari keragaman UMS, mulai dari keragaman mahasiswa yang memiliki berbagai agama dan negara yang berbeda-beda, dan UMS mewadahi kemampuan dan keterampilan mahasiswanya,” tegasnya.
Berdasarkan data, saat ini di UMS terdapat 31.519 mahasiswa Islam, 43 mahasiswa Katolik, 8 mahasiswa Protestan, 1 mahasiswa Budha dan 22 mahasiswa Hindu. (Fika/Humas)