SOLO-Prof Din Syamsuddin, tokoh senior Muhammadiyah menyampaikan dalam kemerdekaan Indonesia terdapat banyak jasa dari para ulama, termasuk seorang tokoh Muhammadiyah dalam mengusulkan proklamasi Indonesia.
Webinar Series Kajian AIK Sivitas Akademika Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) yang diadakan oleh Biro Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPSDM), kali ini mengundang Prof. Din Syamsuddin, M.A., Ph.D. sebagai pembicara, dengan tema “Pernyataan Pikiran Muhammadiyah Jelang 1 Abad”.
Din Syamsuddin mengingatkan kepada segenap umat Islam untuk tidak melupakan sejarah, sebagaimana pesan Bung Karno “Jas Merah, jangan lupakan sejarah”, dan juga jangan melupakan jasa para ulama.
Din menyampaikan proklamasi kemerdekaan Indonesia yang terjadi pada 17 Agustus 1945 yang juga bertepatan dengan 9 Ramadhan 1364 H, merupakan usulan dari Kyai Abdul Mukti, seorang tokoh Muhammadiyah asal Madiun.
“Ternyata yang mengsusulkan proklamasi itu Kyai Muhammadiyah, tolong UMS kaji sejarah beliau, Kyai Abdul Mukti, ” ujar Ketua Umum PP Muhammadiyah 2005-2015.
Kyai mukti, lanjut Din merupakan salah satu tokoh Muhammadiyah Madiun, yang juga merupakan bagian dari Pimpinan Pusat Masyumi di Jakarta pada tahun 1943-1944.
Selain Kyai Mukti, dalam sejarah kemerdekaan Indonesia juga terdapat seorang ulama yang menjadi pengusul warna bendera Indonesia merah dan putih, yaitu Pendiri Alkhairaat bernama Al-Habib Idrus bin Salim Al Jufri atau dikenal dengan Guru Tua yang berasal dari Sulawesi Tengah.
Penentuan lambang negara burung Garuda juga tidak luput dari peran ulama, Syarif Abdul Hamid Alkadrie atau dikenal dengan Sultan Hamid 2 yang berasal dari Pontianak. Dia ditunjuk oleh Soekarno menjadi ketua dalam perumusan lambang negara Indonesia.
Pada akhir sesi Din Syamsuddin berpesan, negara ini tidak lepas dari jasa 73 sultan Islam. Dari ujung Aceh hingga Tidore, dengan sukarela bersatu demi kemerdekaan Republik Indonesia. (ATTA/Humas)