ums.ac.id, SURAKARTA – Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Tengah (Jateng), Dr. KH. Tafsir, M.Ag., menyampaikan Pendayagunaan Wakaf dan Pengembangan Ekonomi di Pesantren Muhammadiyah: Pengalaman Pimpinan Wilayah Jawa Tengah, yang disampaikan pada Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) ke-7 Pesantren Muhammadiyah yang diadakan oleh Lembaga Pengembangan Pesantren (LP2) Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah di Ruang Seminar Lt.2 Gedung Edutorium KH Ahmad Dahlan Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), Selasa, (27/8).
Ia menjelaskan bahwa Muhammadiyah harus hadir di tengah kesengsaraan masyarakat yaitu memberikan lapangan pekerjaan. Salah satu upaya yang sudah dilakukan oleh PWM Jateng adalah mendirikan Amal Usaha Muhammadiyah (AUM) di bidang perekonomian.
“PWM Jateng sudah selesai dalam mendirikan AUM sosial. Saat ini kita sedang berfokus ke pendirian AUM yang mengarah ke pertumbuhan ekonomi,” jelasnya.
Selain alasan tersebut, Tafsir juga menyebutkan alasan lain yaitu supaya terjadi perputaran uang di PWM. Ia menjelaskan bahwa perputaran uang Muhammadiyah saat ini hanya berputar di tiga tempat saja yaitu Rektor, Direktur, dan Lazismu. Saat ini, Tafsir menggandeng Rektor UMS dan Universitas Muhammadiyah Semarang (Unimus) masuk ke 13 PWM Jateng untuk mempermudah proses pengajuan pendanaan.
Ketua PWM Jateng tersebut kembali menyampaikan upaya lain yang bisa dilakukan untuk membangun perekonomian yaitu dengan mendidik anak muda untuk terjun ke dunia perekonomian.
“Semangat hijrah ini mari kita bawa ke anak didik kita untuk tidak hanya semangat pergi ke masjid dan ke tahfidz, melainkan juga semangat pergi ke pasar untuk membangun perekonomian Muhammadiyah,” tuturnya.
Saat ini perekonomian di Indonesia sudah dikuasai oleh pengusaha non muslim. Tafsir menyebutkan bahwa Muhammadiyah belum bisa menyaingi mereka.
“Kita punya potensi tapi kenapa orang lain yang memanfaatkan potensi itu. Kalo bicara soal modal, kita sama-sama tidak punya modal. Yang membedakan hanyalah mereka berani kalau kita tidak,” jelas Ketua PWM Jateng tersebut.
Tafsir merasa bahwa Muhammadiyah sudah tertinggal sangat jauh. Ia menyampaikan bahwa periode ini, dia berharap Muhammadiyah berani untuk mulai merintis industrialisasi.
“PWM Jateng sudah memulai industrialisasi Muhammadiyah dari SMK (Sekolah Menengah Kejuruan) Muhammadiyah 1 Sukoharjo yaitu membuat industri alat kesehatan berupa bed pasien dan menjadi SMK Center of Excellent yang sekarang berubah menjadi SMK Program Keunggulan,” jelas Tafsir.
Tafsir menyebutkan bahwa tidak perlu takut untuk berhutang untuk melakukan pembangunan untuk menghindari pasar yang akan sepenuhnya dikuasai oleh orang asing. (Dewi/Humas)