ums.ac.id, SURAKARTA – Tim Program Penguatan Kapasitas Organisasi Kemahasiswaan (PPK Ormawa) Pimpinan Komisariat (PK) Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Al Ghozali Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) meluncur ke Desa Kebongulo, Kecamatan Musuk, Kabupaten Boyolali, dengan misi inovatif yakni mengubah limbah kotoran sapi menjadi pupuk organik yang bermanfaat.
Pada kegiatan yang dilaksanakan pada Minggu (4/8) lalu, Tim PPK Ormawa IMM Al Ghozali memberikan pelatihan pengolahan limbah kotoran sapi. Dengan adanya transformasi limbah kotoran sapi tersebut, warga lokal diharapkannya bisa meningkatkan kesejahteraan keluarganya karena kegiatan ini membuka peluang usaha bagi masyarakat desa, terutama para ibu rumah tangga.
“Harapannya, pelatihan pembuatan pupuk organik ini dapat membantu para ibu-ibu di desa untuk memulai usaha sendiri dan meningkatkan pendapatan keluarga,” ujar Dea, Anggota PPK Ormawa IMM Al-Ghozali, Rabu (14/8).
Kegiatan PPK Ormawa ini mendapatkan antusias dari masyarakat desa dengan melihat kesempatan besar dalam pengembangan produk pupuk organik. Ibu-ibu yang berpartisipasi merasa bahwa program ini membuka wawasan baru dan memberikan peluang untuk menambah penghasilan. Dalam Pelaksanaannya, tim PPK Ormawa berkoordinasi dengan aparat desa dan bekerja sama dengan 23 ibu rumah tangga di Desa Kebongulo.
“Tambahan ilmu seperti ini sangat bermanfaat. Selama ini kotoran sapi seringnya dibuang begitu saja, sisanya cuma dipakai di sawah, dan itu juga asal diletakkan aja. Dari yang dipelajari hari ini, pengennya jadi lebih baik. Bahan-bahannya gampang dicari, tapi jumlahnya banyak dan prosesnya memakan waktu lama,” ujar Nurrahma, salah satu peserta pelatihan yang memiliki sapi di desanya.
Pelatihan yang diusung oleh Tim dari Al Ghozali UMS ini memberikan pemahaman menyeluruh tentang cara mengolah kotoran sapi menjadi pupuk organik yang siap pakai, sekaligus membekali para peserta dengan keterampilan untuk memulai usaha home industry.
“Program ini sudah bagus, program ini cocok untuk Kelompok Wanita Tani (KWT),” ujar Bu Sumarni, salah satu anggota KWT Desa Kebongulo. (Maysali/Humas)