UMS Kembali Melantik 82 Ners Baru

ums.ac.id, SOLO – Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan (FIK) Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) kembali menyelenggarakan Sumpah Profesi Ners XXVII untuk mahasiswa yang mengambil program Profesi Ners, Kamis (15/8).

Pengambilan sumpah dilakukan oleh Dekan FIK UMS Dr. Umi Budi Rahayu, S.ST.FT., M.Kes., yang dilanjutkan dengan penyematan pin dilakukan oleh Sekretaris Dewan Pengurus Wilayah (DPW) Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Dr. Ns. Abdul Wakhid, M.Kep., Sp.Kep.J.

Kaprodi Profesi Ners Vinami Yulian, Ns., M.Sc., Ph.D melaporkan bahwa pada kali ini, mahasiswa yang mengikuti sumpah profesi sejumlah 82 ners baru.

“Dengan demikian jumlah total alumni program Profesi Ners FIK UMS sampai saat ini sebanyak 1.596 orang. Kami informasikan bahwa mahasiswa yang mengikuti upacara pengambilan sumpah pada hari ini adalah mahasiswa program Profesi Ners angkatan 27 yang dinyatakan lulus setelah menempuh 36 SKS yang sebelumnya merupakan praktik klinik di rumah sakit dan pusat pelayanan kesehatan lainnya,” ungkapnya di Auditorium Mohammad Djazman UMS.

Dia melanjutkan, Alhamdulillah 100% mahasiswa Profesi Ners Angkatan 27 ini lulus uji kompetensi nasional baik Computer Based Test dan Objective Structured Clinical Examination (OSCE).

Sekretaris DPW PPNI Jateng, Abdul Wakhid, mengungkapkan kebanggaannya karena pada hari ini, anggota dari PPNI bertambah lagi.

“Kelak beliau-beliau akan mengabdikan dirinya di seluruh wilayah Indonesia bahkan ada yang sampai ke luar negeri karena yang disumpah hari ini sudah terbukti kompeten dalam melaksanakan uji kompetensi sebagai seorang ners,” ungkapnya.

Di hadapan para ners baru, dia berpesan bahwa mereka harus menjadi contoh dan figur yang baik di lapangan pada saat memberikan pelayanan kepada masyarakat.

Ciri profesional ners itu yang pertama syaratnya itu adalah memiliki kompetensi yang tinggi. Berbagai proses tentu akan menunjukkan kapasitas dan kualitas lulusan. Ciri yang kedua adalah memiliki tanggung jawab moral yang baik.

“Tanggung-jawab moral itu bukan kaitannya dipertanggungjawabkan kepada, masyarakat, bukan dipertanggungjawabkan kepada pimpinan, kepada bapak ibu dosennya, bukan. Tetapi tanggung-jawab moral itu dipertanggungjawabkan langsung kepada Tuhan yang Maha kuasa, menyangkut perilaku baik dan buruk,” pesannya.

Rektor UMS, Prof. Dr. Sofyan Anif, M.Si., mengingat ceritanya saat berkunjung ke Jepang. Saat itu, perawat di Jepang yang berasal dari Indonesia mendapatkan perlakuan tugas yang berbeda. Dia menyoroti bahwa setelah kuliah 4 tahun ditambah dengan ners dan mungkin sudah berpengalaman, tetapi ketika di Jepang tidak boleh menangani pasien.

“Maka saya diberikan waktu untuk memberikan masukan kepada kementerian tenaga kerja Jepang. Langsung saya dengan beberapa teman, langsung saya datangi kantor tenaga kerja Jepang,” ungkapnya.

Kemudian Sofyan Anif diajak berdialog untuk menyampaikan sarannya mengenai perlakuan perawat Indonesia dibandingkan dengan perawat asli Jepang.

Sofyan Anif kemudian berharap agar para ners baru ini bisa mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan passionnya.

Salah satu ners baru yang saat ini telah mendapatkan tawaran pekerjaan untuk menjadi perawat di Jerman adalah Ns. Dian Paramitha, S.Kep. Dia bercerita, untuk dapat mengikuti program profesi ners, Dian harus menabung dengan bekerja terlebih dahulu di kedai kopi.

“Hingga akhirnya di perjalanan menuju akhir Semester 2 profesi ini saya mendapatkan tawaran-tawaran untuk bisa bekerja di Jerman,” tuturnya.

Tawaran tersebut dia dapatkan ketika sedang menjadi barista di kedai kopi yang kemudian dia bertemu dengan warga Jerman. Orang Jerman tersebut mengatakan kepada Dian bahwa sebenarnya mereka mencari perawat yang telah berpengalaman, namun karena Dian ramah, itu memberikan kesempatan kepadanya dengan syarat untuk mengikuti ujian bahasa terlebih dahulu.

“Kita mencari orang-orang yang sudah berpengalaman tapi karena kita kemarin sudah bertemu dan kamu orangnya sangat ramah dan menarik. Jadi saya ingin kamu gabung dengan klinikku,” ujar Dian menirukan percakapannya dengan orang Jerman itu.

Dia kemudian berpesan di hadapan teman-temannya itu bahwa pekerjaan apapun, pelayanan itu mencerminkan bagaimana kualitas yang dimiliki seseorang. Menurutnya itulah yang mungkin dikenal dengan personal value. (Maysali/Humas)