ums.ac.id, SURAKARTA – Program Doktor Pendidikan Bahasa Indonesia Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) menggelar Kuliah Perdana & Diskusi Ilmiah dengan tema “Bahasa Indonesia sebagai Bahasa UNESCO dalam Lintas Sejarah dan Era Komunikasi Global” pada Kamis, (5/9) di Ruang Seminar Pascasarjana, Lantai 5 Kampus II UMS.
Wakil Dekan I Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) UMS, Mauly Halwat Hikmat, Ph.D., mengungkapkan bahwa peserta kuliah perdana dan diskusi ilmiah ini terdiri dari mahasiswa prodi Bahasa Indonesia dari program sarjana, magister, dan program doktor.
“Kami ini merupakan fakultas yang besar, karena memiliki prodi dari S1, Profesi, S2, dan S3 dengan total 19 program studi. Dengan acara ini kita dapat memperdalam peran Bahasa Indonesia dan dapat mengembangkan serta menguatkan peran di komunitas global,” ungkapnya.
Menurutnya, kuliah semacam ini memberikan kontribusi terhadap kualitas lulusan UMS nanti dan semoga peserta dapat memanfaatkan acara semacam ini.
Welcoming Speech disampaikan oleh Wakil Rektor I UMS, Prof. Dr. Harun Joko Prayitno, M.Hum.
Harun mengucapkan selamat datang di kampus UMS, dan mengatakan topik ini sengaja diangkat karena beberapa kali dibahas di Kuala Lumpur oleh perdana menteri terkait Bahasa Indonesia go international.
“Nanti kita akan diberi nutrisi baru agar bangga terhadap Bahasa Indonesia, dan akan mencari strategi terkait langkah yang akan dilakukan agar bahasa indonesia bisa di akselerasi PBB semakin cepat,” terang WR I UMS itu.
Acara tersebut dipandu oleh moderator Yunus Sulistyono, M.A., Ph.D., dengan menghadirkan narasumber Esie Hanstein dari Humboldt-Universitat zu Berlin, University of Leipzig, Jerman.
Dalam kesempatan tersebut, Esie ditemani juga oleh ibu yang baru pertama kalinya menemani anaknya menyampaikan materi secara langsung hingga ibunda sempat meneteskan air mata.
“Sejak di Jerman, ingin sekali mengajak ibu dan hari ini perdana Ibu bisa mendengarkan kuliah, perdana untuk ibu dan juga menangis perdana di UMS,” ungkapnya dengan penuh haru.
Pada awal pembahasan, Esie membahas bagaimana di negara Jerman ini bagaimana bahasa Indonesia digunakan sebagai mata kuliah di sana.
“Saya sudah menjadi dosen di universitas terkenal yang ada di Jerman, mengajarkan bahasa Indonesia selama 24 tahun,” tuturnya.
Menurutnya, mahasiswa harus belajar dengan sungguh-sungguh dan juga belajar lah penuh motivasi. Tidak ada sesuatu yang ingin berhasil secara instan, semua harus didapatkan dengan proses.
“Percayalah bahwa namanya kesempurnaan dan keberhasilan itu hanya akan dicapai jika memang kita benar-benar meniatkan diri kita untuk mencapai tujuan kita,” tegasnya.
Kemudian untuk mencapai itu, lanjutnya, tidak bisa dicapai sendiri, perlu bantuan dari berbagai pihak yang memiliki tujuan yang sama.
“Bahasa ini bukan hanya mencerminkan siapa kita, tetapi bahasa adalah tolak ukur bagaimana kita beradaptasi terhadap orang di sekitar kita dan masyarakat dunia,” pungkasnya. (Fika/Humas)