ums.ac.id, SURAKARTA – Tim Program Penguatan Kapasitas Organisasi Kemahasiswaan (PPK Ormawa) Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Al-Ghozali Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) kembali mengadakan pengabdian masyarakat di bidang kesehatan mental dengan menggelar Psikoedukasi, Minggu (8/9).
Penyuluhan psikoedukasi tersebut bertemakan “Merangkai Emosi, Menata Jiwa” yang ditujukan untuk warga Desa Kebongulo, Boyolali. Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan pemahaman kepada peserta mengenai pentingnya mengenali dan mengelola emosi untuk kesejahteraan mental yang lebih baik.
Riandini Pawaswari Sapitri, lulusan Psikologi UMS, selaku pembicara utama, mengajak peserta untuk memahami dan mengukur emosi yang dirasakan dengan menggunakan “skala emosi”. Metode ini melibatkan peserta dalam memberi tanda pada emoticon yang sesuai dengan emosi mereka rasakan saat ini, dibagi ke dalam empat zona emosi di antaranya:
1. Zona Biru: energi dan motivasi rendah, misalnya perasaan sedih, lelah, putus asa, dan bosan.
2. Zona Hijau: penuh perhatian dan merasa positif, seperti perasaan tenang, bahagia, fokus, dan nyaman.
3. Zona Kuning: tidak nyaman, terlalu bersemangat, dan mudah terdistraksi, misalnya perasaan antusias, cemas, frustrasi, dan bingung.
4. Zona Merah: penuh dengan emosi negatif, seperti perasaan takut, marah, dan panik.
Riandini menjelaskan bahwa setiap emosi, baik positif maupun negatif, memiliki fungsi dan manfaatnya masing-masing.
“Emosi negatif bukanlah sesuatu yang buruk. Mereka adalah sinyal bahwa ada sesuatu yang perlu diperhatikan,” ujarnya.
Ia juga menekankan pentingnya mengelola emosi dengan baik.
“Ketika kita tidak bisa mengendalikan emosi, banyak kemungkinan dampak buruk yang bisa terjadi. Misalnya, masalah di rumah bisa berujung pada tindakan pelampiasan kepada keluarga jika emosi tidak dikendalikan dengan baik,” jelas Alumni Psikologi UMS itu.
Para peserta juga diajak untuk mempraktikkan teknik mengelola emosi, seperti relaksasi dan pengalihan energi.
“Relaksasi membantu kita mengambil jeda sebelum bertindak, sedangkan pengalihan energi, seperti melakukan olahraga dan kegiatan positif lainnya, dapat membantu menyalurkan emosi secara sehat,” tambahnya.
Kegiatan ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran akan pentingnya kesehatan mental dan membantu peserta dalam mengelola emosi dengan lebih efektif, sehingga dapat menjalani kehidupan yang lebih sehat dan harmonis.
“Dengan mengenali, menerima, dan mengelola emosi, kita dapat memperbaiki hubungan dan kesejahteraan mental,” tutup Riandini. (Maysali/Humas)