You are currently viewing Tim DRTPM UMS Berikan Pelatihan Pendidikan Seksual di Lingkup Sekolah Dasar

Tim DRTPM UMS Berikan Pelatihan Pendidikan Seksual di Lingkup Sekolah Dasar

  • Post author:
  • Post category:Berita

ums.ac.id, SOLO – Maraknya kasus di media sosial tentang pelecehan seksual yang dapat terjadi di semua lapisan masyarakat bahkan hingga termasuk di dunia pendidikan sangat miris menyayat hati siapapun yang mendengarnya. Melihat fenomena ini, tim pengabdian DRTPM Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) melaksanakan program pengabdian di SD Muhammadiyah 16 Surakarta yang ditujukan kepada semua guru di sekolah tersebut.

Pengabdian tersebut diketuai oleh Dr. Murfiah Dewi Wulandari, M.Psi., Psi., (Prodi PGSD) dan beranggotakan Okti Sri Purwanti, S.Kep., Ns., M.Kep., Ns., Sp.Kep., MB. (Prodi Keperawatan), Ika Candra Sayekti, M.Pd., (Prodi PGSD) dengan melibatkan dua mahasiswa Rizki Rahma Kusuma dan Retno Fadillah.

Program pengabdian diawali dengan melakukan sosialisasi pengintegrasian pencegahan pelecehan seksual anak ke dalam kurikulum kelas satu dan kelas enam yang telah dilaksanakan pada 5 Juli 2023. Kegiatan dilanjutkan pada 27 Juli 2023 dengan pelatihan dan pendampingan mengembangkan materi pendidikan seks untuk kelas satu dan kelas enam.

Tidak hanya sampai kegiatan tersebut, tim selanjutnya melakukan pelatihan dan pendampingan pengembangan metode pendidikan seks dan pengembangan media pendidikan seks untuk kelas satu dan kelas enam serta kelas enam yang telah dilaksanakan pada Agustus 2023 lalu.

Murfiah Dewi Wulandari, menerangkan pentingnya pendidikan seksual di pendidikan dasar dan kehadiran seorang guru bukan hanya sebatas sebagai pendidik tapi juga sebagai penghubung dalam membangun rasa percaya diri peserta didik. Ketua Tim DRTPM UMS itu juga menyampaikan bahwa pendidikan merupakan kunci mewujudkan generasi yang beradab, beriman, berilmu, terbuka, dan penuh kesadaran.

“Pendidikan seksual dalam konteks sekolah dasar bukanlah tentang mengajarkan hal-hal yang rumit atau tidak sesuai dengan usia. Sebaliknya, ini adalah tentang memberikan pengetahuan yang tepat, dengan bahasa yang sesuai, tentang tubuh, persahabatan, perasaan, serta perubahan yang terjadi pada diri mereka. Guru-guru yang terlibat dalam program ini tidak hanya berperan sebagai pendidik, tetapi juga sebagai penghubung yang membangun rasa percaya diri dan nyaman bagi siswa.”, ujar Murfiah, pada Selasa (7/11).

Murfiah juga mengungkapkan, bahwa program yang disampaikan oleh timnya mendapatkan antusias yang besar. Program tersebut juga menjadi ajang diskusi dan sharing yang luar biasa seperti yang diungkapkan oleh peserta pelatihan.

“Program ini sangat bermanfaat bagi kami, terkadang kami bingung harus mulai dari mana untuk menyampaikan hal-hal berbau pendidikan seksual atau organ reproduksi manusia. Namun dengan materi yang diberikan kami tak lagi ragu dan menjadi mantap untuk menyampaikan tentang pendidikan seks kepada anak. Kami juga diberikan pelatihan tentang metode dan media pendidikan seks yang sangat bermanfaat untuk kami terapkan ke anak-anak di sekolah,” kata Nurul salah seorang peserta pelatihan.

Berdasarkan informasi yang didapatkan, program ini masih akan berlanjut untuk program pelatihan dan pendampingan penerapan media pendidikan seks dan kesehatan berbasis playstore.

“Kami juga berupaya membuat aplikasi yang dapat dimanfaatkan oleh guru dan siswa bertajuk kesehatan reproduksi dan pendidikan seks yang dapat diunduh di playstore, namanya Sex Education Islamic (SEI) yang masih terus kami benahi untuk pengembangan-pengembangan yang lebih baik.”, tambah Okti Sri Purwanti,.

Salah satu anggota tim Ika Candra Sayekti berharap, melalui program pengabdian yang diberikan dapat memberikan manfaat dengan memberikan informasi yang benar tentang kesehatan reproduksi, perlindungan diri dari pelecehan seksual.

Program ini, lanjutnya, juga diharapkan dapat berkontribusi membentuk sikap siswa dalam memahami tubuh, menghormati, serta merawat diri mereka sendiri dan orang lain sehingga siswa belajar menjaga pentingnya batasan pribadi dan mengenal tanda-tanda jika mereka menghadapi situasi yang kurang aman dan nyaman.

“Program ini sangat penting dalam menghadapi tantangan dan perubahan zaman yang dapat menjadi investasi masa depan yang lebih baik. Dengan demikian harapan dari tim adalah zona bebas pelecehan seksual dapat terwujud di SD Muhammadiyah 16 Surakarta,” pungkasnya. (Maysali/Humas)