ums.ac.id, SURAKARTA – Tim Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) yang diketuai Dr. Arif Widodo, Ketua Prodi Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan (FIK) mengungkapkan banyak remaja mengaku bahwa kecemasan akademik dan tekanan sosial menjadi tantangan utama dalam menjalani aktivitas belajar.
Sebagai respons terhadap situasi ini, tim PKM UMS merancang dan melaksanakan program pembinaan motivasi belajar untuk membantu remaja menghadapi tekanan mental yang berpotensi mengganggu kesejahteraan jiwa mereka.
“Dari hasil survei yang dilakukan tim, terungkap bahwa sebagian besar remaja sering kali merasa tertekan untuk mencapai standar akademik yang tinggi, baik dari pihak sekolah maupun keluarga,” ungkap Ketua Tim PKM UMS itu Jumat, (1/11).
Temuan lain, lanjutnya, menunjukkan bahwa banyak remaja menghadapi kesulitan dalam mengelola perasaan cemas saat gagal mencapai target, yang dalam jangka panjang dapat menurunkan motivasi belajar mereka.
Tim PKM UMS bekerjasama dengan Direktorat Riset, Teknologi, dan Pengabdian Masyarakat (DRTPM), Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset dan Teknologi (Kementrian Pendidikan – Budaya, Riset dan Teknologi / Kemendikbudristek), mengambil langkah strategis melakukan PKM di SMK Muhammadiyah Kartasura.
DRTPM melalui Program Pengabdian Masyarakat Skema Pemberdayaan Berbasis Masyarakat Ruang Lingkup Pemberdayaan Kemitraan Masyarakat membiayai PKM dalam rangka membantu remaja mengembangkan motivasi belajar yang sehat. Tim PKM UMS menerapkan beberapa pendekatan, yaitu; 1) pengelolaan kecemasan yang dimulai dari skrining kesehatan jiwa, 2) konsultasi kesehatan jiwa, 3) promosi kesehatan jiwa, 4) melatih pengelolaan kecemasan, dan 5) pembentukan kader kesehatan jiwa di sekolah tersebut.
“Target Pemberdayaan Kemitraan Masyarakat (PKM) yang kami tawarkan ini diharapkan dapat menciptakan sistem pengelolaan masalah kesehatan jiwa dan kecemasan yang berkelanjutan pada siswa di SMK Muhammadiyah Kartasura, dan terciptanya kehidupan siswa yang aman dan nyaman untuk belajar maupun berinteraksi dengan lingkungan sekitar SMK Muhammadiyah Kartasura,” paparnya.
Sesi pelatihan manajemen stres dan teknik relaksasi seperti meditasi dan teknik pernapasan diperkenalkan untuk membantu remaja menghadapi tekanan. Aktivitas ini membantu menciptakan keseimbangan antara aktivitas belajar dan waktu santai, sehingga siswa dapat memulihkan kondisi mental mereka.
Tim PKM UMS juga memberikan edukasi tentang pentingnya kesehatan mental melalui sesi interaktif dan penyuluhan di sekolah. Para remaja didorong untuk terbuka mengenai perasaan mereka dan memahami bahwa kesehatan mental sama pentingnya dengan kesehatan fisik.
“Kegiatan ini melibatkan pembentukan kelompok dukungan teman sebaya hingga terbentuknya kader kesehatan jiwa di SMK tersebut. Kader Kesehatan Jiwa akan menjadi wadah bagi siswa untuk saling berbagi dan memberi dukungan emosional. Melalui cara ini, remaja merasa lebih termotivasi dan menyadari bahwa mereka memiliki dukungan dalam mengatasi tantangan belajar,” terang Dosen UMS itu.
Selain itu, lanjut Arif Widodo, penting bagi lingkungan sekitar, terutama keluarga dan sekolah, untuk mendukung perkembangan mental yang sehat bagi remaja. Tim PKM UMS juga berupaya menjalin komunikasi dengan pihak sekolah dan keluarga untuk memastikan bahwa dukungan yang diberikan kepada remaja konsisten dan berkesinambungan.
Dukungan yang diberikan oleh tim PKM UMS berhasil memberikan dampak positif dalam membangun motivasi belajar remaja di tengah tantangan kecemasan yang dihadapi. Tim PKM UMS yang mendapatkan dana bantuan dari DRTPM juga memberikan bantuan tekonologi berupa Closed Circuit Television (CCTV) di 16 titik di SMK tersebut.
Guru dan Karyawan dalam mengawasi siswa – siswinya dapat melalui CCTV, apabila ada kejadian yang melibatkan siswa siswa dalam kontek adanya permasalahan kesehatan jiwa dan kondisi keamanan lingkungan sekolah, maka dapat segera dilihat melalui CCTV dan dapat segera dicari solusinya.
Dengan lingkungan yang mendukung dan upaya kolaboratif antara sekolah, keluarga, serta tenaga pendidik, remaja dapat belajar dengan lebih semangat dan optimis. Kegiatan ini menjadi langkah nyata dalam menjaga kesehatan mental remaja sekaligus meminimalkan risiko keputusasaan di masa depan. (Fika/Humas)