ums.ac.id, SURAKARTA – Gerakan Cinta Subuh Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) program unggulan dalam pembinaan Al-Islam Kemuhammadiyahan (AIK), kali ini menghadirkan pembicara spesial, Bupati Karanganyar, Drs. H. Juliatmono, M.M di Masjid Hj. Sudalmiah Rais Kampus 2 UMS, Sabtu (10/12).
Berbicara di hadapan jamaah Cinta Subuh, Juliatmono menyampaikan latar belakang mengapa mahasiswa harus belajar dan menuntut ilmu.
“Belajar dan menuntut ilmu sebetulnya akan mengasah kecerdasan otak kita, agar terbiasa dan terus bergerak,” ungkap Bupati Karanganyar itu.
Bupati menyampaikan mahasiswa harus menjadi manusia yang bertaqwa kepada Allah, yang terangkum menjadi 5 poin ciri manusia bertaqwa.
“Ciri pertamanya yaitu senang memohon ampun kepada Allah SWT, waktu yang paling dicintai oleh Allah SWT dan waktu yang tepat untuk memohon ampun yaitu sebelum adzan Subuh.
Kemudian, lanjutnya manusia yang bertaqwa adalah orang yang senang bersedekah. Maka bercita citalah agar dapat bersedekah dengan sebanyak banyaknya. Hal tersebut juga akan memperlancar doa-doa yang kita panjatkan.
“Gimana caranya? Kita harus menjauhi prasangka buruk. Perbanyak prasangka positif, karena tidak ada yang tidak mungkin dihadapan Allah SWT,” tambahnya.
Ciri selanjutnya yaitu menghindari marah, dan memaafkan kesalahan orang lain. Tidak boleh dendam, benci, ataupun mencaci maki. Poin terakhir manusia bertaqwa adalah selalu berbuat baik dan tidak berbuat kerusakan.
“Jangan lelah berbuat baik di manapun, konstruksi mahasiswa UMS harus berfikir positif jauhi prasangka buruk dan memohon ampun kepada Allah,” tegasnya.
Dia berharap mahasiswa UMS menjadi pribadi yang muttaqin. Seperti keinginan dari Muhammadiyah agar mahasiswanya menjadi manusia dengan profil yang unggul. Menyinari siapapun yang ada di lingkungan kita. Islam makin terus menghadirkan rahmat bagi siapapun.
“Terus mendakwahkan Islam yang rahmatamn lil alamin dengan menjadi kader persyarikatan, umat, dan bangsa berdasqarkan nilai Al-Quran dan sunah rasul. Menghadirkan manfaat bagi siapapun,” pungkasnya. (Fika/Humas)