ums.ac.id, SOLO – Serangkaian pembelajaran dengan buku bahasa Inggris berfasilitas barcode telah dilaksanakan di beberapa TK Aisyiyah di Surakarta serta di TK Islam Mardisiwi. Penggunaan buku dengan fasilitas barcode ini merupakan salah satu terobosan yang luar biasa untuk memudahkan guru dan anak dalam berujar dengan menggunakan bahasa Inggris secara mudah dan benar.
Terobosan tersebut dilakukan oleh tim pengabdian Pendidikan Guru PAUD UMS. Tim pengabdian tersebut beranggotakan Sri Slamet, Markhamah, Heriyanti, Choiriyah Widyasari, Sri Katoningsih, Salma Zhafirah Yasri, dengan guru TK Islam Mardisiwi yaitu Aisyah Rahmah I dan Hilyatul Millah.
Sri Slamet menerangkan, buku bahasa Inggris berfasilitas barcode adalah buku yang dilengkapi dengan suatu kumpulan data optik yang dibaca mesin. Barcode mengumpulkan data dari lebar garis dan spasi garis paralel dan dapat disebut sebagai kode batang atau simbologi linear atau 1D (1 Dimensi).
“Barcode dapat menyimpan banyak karakter informasi. Dalam hal pronunciation, barcode dapat meminimalisir kesalahan. Dengan fasilitas barcode akan mempercepat proses pengecekan karena cukup dipindai saja. Barcode bekerja dengan menggunakan kombinasi garis dan spasi dengan lebar yang bervariasi untuk mewakili rangkaian angka atau huruf yang unik untuk setiap produk,” terangnya pada Sabtu, (25/5).
Proses membaca barcode melibatkan dua komponen utama: pemindai dan HP android. Dengan kelebihan-kelebihan yang ada pada barcode, maka buku ajar bahasa Inggris mudah melatih pengucapan, baik oleh guru maupun anak didik.
“Buku ajar ini digunakan dalam pembelajaran di TK Islam Mardisiwi. Pada awal kegiatan, guru mengenalkan bagaimana cara menggunakan barcode yang ada di dalam buku. Selain guru dapat mengetahui cara menggunakannya, murid juga mengetahui bagaimana buku itu digunakan. Setelah mengetahui cara pemakaian, guru mengajarkannya kepada anak-anak. Dalam hal ini, guru berperan sebagai model pengucapan dengan ilustrasi area mulut,” tambah Sri.
Pada pembelajaran hari pertama, guru mengenalkan kosakata macam-macam profesi kepada anak kelompok A. Ada empat kosakata yang dikenalkan adalah doctor, pilot, teacher, dan farmer. Pada hari pertama, guru mengenalkan dua kosakata yakni, doctor, dan pilot. Guru memberikan contoh bagaimana ketiga kata tersebut diucapkan dengan cara mengulang.
“Setelah anak terlihat dapat mengucapkan secara benar, guru memberikan penguatan dengan cara meminta anak untuk menebalkan kosakata yang telah dikenalkan pada lembar buku ajar yang telah disiapkan. Setelah selesai menebalkan, anak diminta untuk membaca berulang-ulang kosakata yang telah ditebalkan,” terang Dosen FKIP UMS itu.
Pada hari kedua, guru mengenalkan dua kosakata baru kepada anak-anak. Pada awal pembelajaran, guru mengulang materi yang telah diberikan hari sebelumnya. Pada kesempatan ini metode drilling diberikan kepada anak-anak. Mereka di minta untuk mengulang kosakata tersebut secara bersamaan lalu diucapkan secara mandiri. Setelah di rasa cukup bagus hafalannya, guru meneruskan pemberian kosakata baru kepada anak-anak. Ada dua kosakata baru yang diberikan saat itu yakni, farmer, dan soldier. Guru memberikan penekanan cara pengucapan serta mengulang-ulang sampai anak di rasa sudah mengingat. Pada hari kedua ini penguatan yang diberikan kepada anak adalah menghubungkan antara gambar dengan tulisan. Pada aktivitas ini, anak melihat gambar yang ada di lembar buku kemudian menghubungkannya dengan tulisan yang sesuai dengan gambar tersebut. Setelah selesai mengerjakan tugasnya, anak diminta untuk mengucapkan kosakata yang ada pada buku dengan cara berulang-ulang.
Pembelajaran pada hari ketiga, pada awalnya anak-anak dikondisikan dalam keadaan yang menyenangkan. Setelah itu, anak-anak diminta untuk mengulang enam kosakata yang telah diberikan di hari-hari sebelumnya dengan cara main tebak-tebakan. Guru menunjukkan gambar kepada anak, kemudian mereka menjawab dalam bahasa Inggris. Cara seperti ini diberikan anak agar mengingat keempat kosakata yang telah diberikan. Guru juga memberikan perhatian kepada anak-anak yang sesekali di rasa masih lupa. Pada akhir dari kegiatan ini, guru meminta anak secara bergantian untuk menyebutkan semua gambar dalam bahasa Inggris.
Terlihat bahwa kemampuan anak dalam mengingat keenam kosakata cukup bagus. Hal ini bisa dibuktikan bahwa hampir 70% dari jumlah anak, sejumlah 7 anak, yang ada di kelompok A.
“Dengan menggunakan buku yang berfasilitas barcode, anak-anak dapat mengucapkan sejumlah kosakata dengan baik dan benar pronunciation atau pelafalannya. Ini menunjukkan bahwa buku ini efektif apabila digunakan untuk mengenalkan kosakata bahasa Inggris kepada anak-anak di TK,” pungkas Sri Slamet. (Maysali/Humas)