UMS Adakan Diskusi SDGs, Bicarakan Kualitas Pendidikan

ums.ac.id, SURAKARTA – Tim Sustainable Development Goals Center Universitas Muhammadiyah Surakarta (SDGs Center UMS) menggandeng pemerintah daerah, sekolah umum dan Muhammadiyah, beberapa perguruan tinggi, serta pusat studi dan program studi yang ada di lingkungan UMS untuk melaksanakan bincang keberlanjutan terutama dalam ranah pendidikan.

Kegiatan ini mengusung tema “Sinergi Pendidikan Nasional dan SDGs Menuju Indonesia Emas 2045: Memperkuat Peran Institusi Pendidikan dalam Pengembangan Berkelanjutan”, pada Rabu (31/7), bertempat di Ruang Seminar Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB UMS).

Kegiatan diisi oleh Ketua Majlis Diktilitbang Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Prof. Bambang Setiaji, M.Si., dan Vice Chairman of UNESCO-IHP IX on EH and Water Quality, Prof. Ignasius D.A. Sutapa, M.Sc., untuk membahas SDG’s atau Tujuan Pembangunan Berkelanjutan pada poin “Quality Education” yang dimoderatori oleh Rama Rizana, M.Sc. selaku Direktur SDGs Center UMS.

Bambang menyebutkan perkembangan pendidikan yang sudah memasuki Era Blokchain dan Artificial Intellegence (AI), setidaknya menghadapi empat masalah, di antaranya, problem kualitas, support, religiusitas, dan terabaikannya swasta. Tetapi ada setengah dari anak-anak Indonesia berada di bawah lembaga swasta di tengah keterbatasan ekonomi.

“Di tengah krisis ini harus mencari jalan dan terobosan bagi Muhammadiyah. Kita lemah pada Saintek. Dengan itu Muhammadiyah tidak perlu menunggu pemerintah, kita mulai dari Solo,” ucap Bambang yang juga mantan Rektor UMS tersebut.

Ignasius melengkapi pernyataan Bambang, yang menyebutkan bahwa Muhammadiyah memiliki perjalanan panjang dalam kontribusi Pendidikan di Indonesia. Melalui materinya yang berjudul “Refleksi Tata Ulang Sistem Pendidikan Nasional di Era Distrupsi Teknologi”, Ignasius menjelaskan terdapat empat komponen utama yang tercakup dalam sebuah kurikulum, di antaranya, tujuan pendidikan yang ingin dicapai; pengetahuan, data, aktivitas dan pengalaman; metode mengajar dan bimbingan; serta metode penilaian dalam mengukur proses Pendidikan.

“Sepertinya kita belum bergerak dari apa yang kita harapkan, kalo dari sisi usia. Negara kita hampir memasuki 8 dekade, dan titik awal negara maju membutuhkan sekitar 50 tahun. Itupun kalau disetting dengan baik dari awal,” jelas Ignasius.

Dia melanjutkan bahwa lembaga pendidikan harus menyadari dinamika kehidupan yang terus berubah, sehingga menjadi parameter penting dalam menyusun dan memproyeksikan sistem pendidikan lima puluh hingga seratus tahun ke depan.

Dalam sambutannya, Prof. Supriyono, S.T., M.T., Ph.D., selaku Wakil Rektor V UMS, menyebutkan dengan usianya yang lebih tua dari Indonesia, Muhammadiyah telah memiliki Lembaga Pendidikan mulai dari Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), hingga universitas.

“Pengalaman Muhammadiyah yang sudah berusia 112 tahun, ternyata pendidikan di Muhammadiyah masih bertahan. Nah, ini akan menjadi best practice kita untuk membawa sistem pendidikan Muhammadiyah hingga nasional,” harap Supriono.

Supriyono juga berharap bincang tersebut dapat berperan dalam rangka pengembangan pendidikan sebagai upaya menciptakan Indonesia Emas 2045. (Eva/Humas)