ums.ac.id, SURAKARTA – Lembaga Dakwah Komunitas (LDK) Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah mengadakan Bimbingan Teknis (Bimtek) untuk Dai Pengabdian Pondok Hajjah Nuriyah Shabran Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) pada Selasa, (8/10) secara daring melalui Zoom Meeting.
Bimtek ini diselenggarakan agar para dai pengabdian Pondok Shabran UMS bisa meningkatkan keterampilan juga persiapan untuk dakwah, khususnya dakwah komunitas. Selain itu, LDK memperkenalkan sistem pelaporan dan reportase secara nasional dan dokumentasi dakwah.
Bimtek Dai Pengabdian Pondok Shabran UMS dihadiri oleh Ketua LDK PP Muhammadiyah, Muchamad Arifin, S.Ag, M.Ag. dan Wakil Sekretaris LDK PP Muhammadiyah, Dr. Tohirin Sanmiharjo, M.Pd. I. Kegiatan ini dipandu moderator oleh Wakil Bendahara LDK PP Muhammadiyah, Kamarul Zaman, S.E.
Bimtek diawali materi terkait pengenalan lebih dengan LDK Muhammadiyah. Ketua LDK PP Muhammadiyah menjelaskan bahwa dakwah komunitas bukanlah hal yang baru dalam Persyarikatan Muhammadiyah.
“Dakwah komunitas yang sebelumnya bernama Dakwah Khusus bukanlah hal yang baru bagi Persyarikatan Muhammadiyah, bahkan merupakan cikal bakal dari gerakan dakwah hingga sekarang ini,” jelasnya.
Arifin juga menambahkan sekilas terkait sejarah dakwah dalam Persyarikatan Muhammadiyah. Sejak Muktamar ke-39 Padang, Muhammadiyah dengan tegas mendeklarasikan konsep dakwah komunitas.
“Jadi, seiring berjalannya waktu, tepat pada Muktamar Muhammadiyah ke-39 di Padang 1974, dengan tegas dan jelas, Muhammadiyah mendeklarasikan konsep dakwah masa kini, yaitu dakwah komunitas,” tambahnya.
Kemudian dilanjutkan dengan materi kedua disampaikan oleh Wakil Sekretaris LDK PP Muhammadiyah, Dr. Tohirin Sanmiharjo, M.Pd. I., menjelaskan bahwa menjadi dai merupakan bagian dari orang yang beruntung.
“Teman-teman bagian daripada orang yang beruntung, akan berangkat ke tempat perjuangan yang disana kita akan mendapatkan pengalaman yang sangat banyak dan menempa diri menjadi seorang dai yang sesungguhnya,” ungkap Tohirin memberi semangat kepada para dai pengabdian Pondok Shabran UMS.
Untuk mengawali pengabdian, Tohirin mengingatkan harus kembali dengan niat yang tulus untuk berdakwah. Perjuangan harus dilalui dengan niat pengabdian yang tulus.
“Ini bukan hanya sekedar tugas, tapi ini adalah tugas di hadapan Allah. Ketika melesat ke sana (tempat pengabdian) maka sudah harus sepenuh hati,” jelasnya.
Tohirin menggarisbawahi bahwa keterampilan berkomunikasi dengan masyarakat juga merupakan hal yang penting. Demikian juga tampilan attitude kepada masyarakat pun harus yang baik ditampilkan.
“Skill komunikasi teman-teman itu harus dikuasai. Harus menampilkan attitude yang baik, komunikasi menjadi kunci pertama agar membuat orang senang,” Tohirin menjelaskan.
Sebelum mengakhiri materinya, Tohirin menyampaikan beberapa kompetensi yang harus dimiliki para dai. Seperti menguasai materi, memahami karakteristik kelompok orang-orang dan mampu mengelola komunitas.
Sebelum ditutup, diadakan sesi tanya jawab dan diskusi mengenai LDK Muhammadiyah. Risdi, salah satu dai pengabdian Pondok Shabran menanyakan terkait target-target dari LDK kepada para dai pengabdian Pondok Shabran UMS ketika bertugas selama 1 tahun.
Ketua LDK PP Muhammadiyah, Arifin menyampaikan tidak ada target secara khusus. Namun, para dai pengabdian Pondok Shabran UMS memiliki target agar bisa menjadi teladan di tempat pengabdian. Mendidik dan membina warga setempat dengan ajaran islam yang baik dan benar.
“Menjadi contoh kepada mualaf bahwa orang islam itu orang yang enak dipandang, enak dilihat. Dai LDK hadir memperlihatkan dakwah islam yang menggembirakan, dakwah yang mencerahkan. Tidak sampai kepada memaksa orang lain untuk masuk islam,” pungkasnya. (Fika/Najihus/Humas)