ums.ac.id, SOLO – Tim Pengabdian Masyarakat dari Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) kembali melaksanakan program kedua dalam skema Pengembangan Pendidikan Dosen dan Akademisi Indonesia (P2DAI) di Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah Program Khusus 1 (MIM PK 1) Sindon, Ngemplak, Boyolali. Program ini merupakan kelanjutan dari kegiatan sebelumnya yang berfokus pada simulasi jual beli.
Kegiatan kali ini difokuskan pada penanaman bibit sayuran seperti bayam, kangkung, selada, dan sawi menggunakan galon plastik bekas sebagai media tanam. Program ini bertujuan untuk mengenalkan konsep ramah lingkungan kepada siswa sekaligus memperkenalkan pentingnya menanam sayuran untuk kesehatan.
Sebanyak 36 siswa dari kelas 2 Program Khusus dan Reguler berpartisipasi dalam kegiatan yang diselenggarakan pada Kamis, (3/10) dengan penuh semangat dan antusiasme. Setiap siswa membawa galon plastik bekas yang telah dipotong sebelumnya. Galon-galon tersebut digunakan sebagai pot tanaman, yang kemudian diisi dengan media tanam berupa campuran tanah dan pupuk organik. Setelah bibit sayuran ditanam, siswa menyiram tanaman mereka dengan air, yang menandai awal dari proyek penanaman di sekolah.
Dhany Efita Sari, Ketua Tim P2DAI UMS, menyampaikan bahwa program ini merupakan langkah awal dalam upaya menciptakan lingkungan sekolah yang lebih hijau dan sehat.
“Melalui kegiatan ini, kami ingin memperkenalkan kepada siswa bahwa menanam sayuran bukan hanya sekadar aktivitas berkebun, tetapi juga sebagai bagian dari gaya hidup yang lebih sehat dan ramah lingkungan. Kami berharap siswa bisa mempraktikkan kegiatan ini di rumah dan terus melanjutkan kebiasaan baik ini,” tutur Dhany, Kamis (17/10).
Program ini, lanjut Dhany, juga bertujuan untuk mengajarkan siswa tentang daur ulang dan pemanfaatan barang bekas. Galon plastik yang biasanya dibuang setelah digunakan, diubah menjadi pot yang berguna untuk menanam sayuran.
Dengan cara ini, siswa diperkenalkan pada konsep keberlanjutan dan pentingnya menjaga lingkungan melalui aksi sederhana seperti mendaur ulang barang-barang yang tidak terpakai.
Anggota tim dari Prodi Pendidikan Biologi UMS, Dr. Santhyami, menekankan pentingnya kegiatan ini bagi perkembangan pengetahuan siswa.
“Dengan menanam sendiri, siswa tidak hanya belajar tentang proses pertumbuhan tanaman, tetapi juga memahami pentingnya menjaga kesehatan dan lingkungan. Proses menanam sayuran sendiri juga bisa meningkatkan kepedulian mereka terhadap pola makan sehat serta mengurangi ketergantungan pada bahan pangan yang dibeli dari luar,” ujarnya.
Santhyami juga menambahkan bahwa pengetahuan ini diharapkan dapat menjadi bagian dari keseharian siswa dan mendorong mereka untuk lebih peduli terhadap kelestarian lingkungan.
Selain dukungan dari tim dosen dan mahasiswa, kegiatan ini juga melibatkan lima mahasiswa yang membantu jalannya program. Tiga mahasiswa dari Prodi Pendidikan Akuntansi dan dua mahasiswa dari Prodi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) UMS.
Ririn Rusmiyanti, Guru Kelas 2 Reguler di MIM PK 1 Sindon, memberikan apresiasi yang tinggi terhadap pelaksanaan program ini.
Menurutnya, kegiatan penanaman sayuran tidak hanya bermanfaat untuk menambah pengetahuan siswa, tetapi juga memberikan pengalaman langsung yang positif.
Rokhmadi, Kepala Madrasah MIM PK 1 Sindon, juga turut memberikan dukungan penuh terhadap program ini. Ia menyatakan bahwa program penanaman bibit sayuran ini adalah langkah yang sangat penting dalam mewujudkan sekolah yang lebih hijau dan ramah lingkungan.
“Kami sangat mendukung program ini karena selaras dengan visi sekolah untuk menciptakan lingkungan belajar yang tidak hanya akademis, tetapi juga mendidik siswa tentang pentingnya menjaga alam. Dukungan dari guru, siswa, dan orang tua sangat besar, dan kami berharap kegiatan ini bisa menjadi bagian dari rutinitas sekolah ke depannya,” jelas Rokhmadi.
Untuk memastikan keberlanjutan dari program ini, Tim P2DAI UMS menghibahkan beberapa peralatan pendukung berkebun kepada pihak sekolah, seperti rak tanaman untuk meletakkan pot tanaman, serta alat-alat berkebun sederhana seperti cangkul kecil, sekop, dan penyiram tanaman. Dengan demikian, sekolah dapat melanjutkan program penanaman sayuran ini sebagai bagian dari kegiatan rutin, baik di dalam kelas maupun di luar ruangan.
Dhany, ketua tim pengusul juga menambahkan bahwa program lanjutan berupa Market Day sudah direncanakan untuk dilaksanakan setelah masa panen sayuran. Program Market Day ini akan memberi siswa kesempatan untuk menjual hasil panen sayuran yang mereka tanam sendiri di sekolah. (Mayali/Humas)