ums.ac.id, SURAKARTA – Para peneliti dari Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS, Indonesia), University of Punjab (Pakistan), dan University of Leeds (Inggris) berkolaborasi untuk mengembangkan terapi untuk mengatasi gangguan depresi, khususnya untuk masyarakat Muslim. Tim peneliti UMS dipimpin oleh Lusi Nuryanti, M.Si., PhD., Psikolog; dari University of Leeds dipimpin Prof. Dr. Ghazala Mir, dan dari University of Punjab dipimpin oleh Prof. Dr. Saima Dawood.
Tim peneliti ini berangkat dari problem kesehatan mental, termasuk depresi, sebagai masalah yang tak boleh diabaikan. Merujuk data WHO (2023), depresi merupakan masalah psikologis yang paling banyak terjadi dengan prevalensi secara global mencapai 5% pada orang dewasa dan 5,7% pada kelompok usia lanjut. Di negara-negara Muslim, kondisinya pun tidak kalah berbahaya. Di Indonesia prevalensi depresi mencapai 3,7% dan di Pakistan, sebanyak 4,2% populasi mengalami depresi. Depresi ini dapat mengarah pada bunuh diri jika tidak ditangani secara tepat.
Penelitian dirancang berjalan selama 18 bulan, mulai Oktober 2024 sampai dengan Maret 2026 dengan mengangkat tema “Culturally Adapted BA Therapy Education”.
Tim UMS yang dipimpin oleh Lusi Nuryanti, M.Si., PhD., Psikolog dibantu oleh dua asisten riset Bayu Suseno, M.Si., Psikolog dan Husain Ali Assyafii, S. Psi.
Lusi menyampaikan bahwa penelitian kolaborasi ini bertujuan untuk melakukan adaptasi terhadap terapi tersebut agar dapat diterapkan di beberapa negara dengan populasi Muslim terbanyak, terutama Indonesia dan Pakistan.
“Proyek penelitian yang melibatkan tim dari tiga negara ini disokong pendanaannya dari International Strategy Fund (ISF), University of Leeds, Inggris. Pertemuan riset (research meeting) telah dilaksanakan pada 11-16 November 2024 di Lahore, Pakistan,” jelas Lusi, Kamis (21/11).
Lusi melanjutkan, konsep yang dikembangkan dalam penelitian ini merupakan adaptasi dari Behavioral-Activation for Muslim (BA-M), sebuah terapi yang dikembangkan oleh Prof. Dr. Ghazala dan tim untuk membantu mengatasi depresi pada komunitas minoritas Muslim di Inggris.
Kelompok minoritas Muslim di Inggris banyak yang mengalami depresi dan kesulitan mengakses bantuan profesional yang dapat menangani depresi. BA-M menggunakan nilai-nilai Islam yang ada dalam Al Qur’an dan hadits sebagai media untuk mengaktifkan perilaku subjek dalam upaya mengatasi depresi mereka.
“Terapi BA-M sangat cocok diterapkan terhadap klien yang menempatkan nilai-nilai religius sebagai bagian penting dalam kehidupan mereka,” ungkap Dosen Psikologi UMS itu.
Proyek penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan modul BA-M yang sudah terstandar dan siap diterapkan di Indonesia dan Pakistan. Selain itu, di setiap negara juga akan dibentuk komunitas terapis BA-M yang beranggotakan terapis terlatih dan menerapkan BA-M bagi klien mereka. Komunitas ini terkoneksi antarnegara dengan supervisi berkelanjutan dari Prof. Ghazala dan Prof. Saima sebagai master trainers.
Lebih jauh, riset ini juga menetapkan target bahwa terapi BA-M dapat segera diimplementasikan di masing-masing negara untuk membantu komunitas yang lebih luas yang mengalami masalah depresi.
Selain melakukan pertemuan riset dan training di Lahore, Pakistan, tim UMS sekaligus juga membawa misi untuk menguatkan kerja sama dengan University of Punjab, Pakistan melalui perintisan Memorandum of Understanding (MoU). Pembuatan MoU ini diharapkan dapat menjadi dasar dari kerja sama yang lebih kuat dan luas antara Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) dan University of Punjab (UoP). (Maysali/Humas)