Puisi dengan judul, “Litani dan Toleransi” karya Mahasiswa Prodi Bahasa Inggris Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), Adiba Nikmatul Ulya Suyanto berhasil menyabet juara 2 Lomba Cipta Puisi Mahasiswa Tingkat Nasional Piala Kemendikbud 2020.
Adiba mengatakan, untuk sampai pada posisi itu menurutnya bukanlah hal yang mudah. Ia harus bersaing dengan 712 peserta dari berbagai kampus di Indonesia untuk menjadi juara. Lomba penulisan puisi piala Mendikbud ini mengambil tema “Budaya Toleransi di Tengah Pandemi Covid 19”.
Untuk sistem lombanya, kata Adiba, dilaksanakan secara online, yakni peserta mengirimkan karyanya kepada pihak panitia. Selanjutnya baru dilakukan penjurian.
Adapun dewan juri pada lomba cipta puisi ini yakni ada tiga orang. Mereka adalah Dirjen Kebudayaan, Hilmar Faris. Kedua, Seniman Rieke Dyah Pitaloka, dan yang ketiga yakni Wakil Ketua Komisi X DPR RI, Agustina Wilujeng Pramestuti.
Adiba menambahkan, batas pengumpulan naskah 18 Desember 2020 dan pengumuman juaranya dilakukan pada 31 Desember 2020 lalu. “Alhamdulillah setelah diumumkan ternyata kami salah satu juaranya,” ungkapnya.
Menariknya, kata Adiba, ini adalah kali pertama lomba yang diikuti oleh mahasiswa semester satu tersebut. Kedepan, Adiba ingin berusaha lebih giat lagi dan menekuni dunia cipta puisi.
“Kemarin kan baru juara 2, semoga jika ada kesempatan lagi saya ingin bisa meraih juara pertama. Saya akan berusaha mempersiapkan dengan lebih baik,” tuturnya.
Sementara itu untuk juara 1 diraih mahasiswa dari Undip Semarang dan juara 3 dari mahasiswa dari Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta. Masing-masing juara mendapatkan hadiah Rp 10 juta (juara 1), Rp 7 juta (juara 2), dan Rp 3 juta (juara 3).
Saat penjurian, Dirjen Kebudayaan Kemendikbud Dr. Hilman Farid menyatakan karya-karya yang masuk secara estetis sudah menunjukkan kualitas untuk berlaga di kancah nasional. “Kami harus membaca detail tiap puisi untuk mendapatkan juara, karena kualitas puisi yang nyaris merata,” ujar Hilmar.
Ketua Panitia Lomba, Teguh Hadi Prayitno menyebut lomba ini ditutup pada 18 Desember 2020, dengan total 712 pesera yang masuk, yang masing-masing peserta ada yang mengirim 3 karya puisi. Selanjutnya dilakukan seleksi ada 97 peserta yang tidak memenuhi syarat karena tidak melampirkan kartu mahasiwa atau surat keterangan sebagai mahasiwa.
“Melalui puisi, diharapan didapatkan gambaran bagaimana mahasiswa merespon wabah Covid-19 ini, terutama berkaitan dengan budaya toleransi dan kegotongroyongan. Sikap mahasiswa yang diwujudkan dalam bentuk puisi itu, bagaimana pun adalah cermin dari kenyataan yang sebenarnya. Sehingga dapat juga menjadi ukuran bagaimana di tengah pandemi, generasi muda kita, kaum milenial, merespon hal itu,” kata Teguh. (Bangkit N/Humas).