You are currently viewing Gelar Launching KJJ, UMS Libatkan Tiga UM Indonesia

Gelar Launching KJJ, UMS Libatkan Tiga UM Indonesia

  • Post author:
  • Post category:Berita

Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) secara resmi me-launching kuliah jarak jauh (KJJ) atau online, di Ruang Seminar Lantai 7 Gedung Induk Siti Walidah pada Kamis, 1 Februari 2018. Launching ditandai kuliah bersama secara live dan disiarkan tiga perguruan tinggi yakni Universitas Muhammadiyah Surakarta, Universitas Muhammadiyah Prof. DR. HAMKA (UHAMKA) dan Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur (UMKT).

Kuliah umum tersebut menghadirkan pembicara Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah periode 2000-2005, Prof. Dr. H. Ahmad Syafii Maarif dan Ketua Umum PP Muhammadiyah periode 2015-2020, Dr. H. Haedar Nashir, M.Si.

“Kuliah online ini kuliah di satu tempat yang bisa diakses banyak orang. Jangkauan wilayahnya tidak hanya nasional bahkan bisa internasional,” kata Dr. Sofyan Anif, M.Si.

Rektor UMS, Dr. Sofyan Anif, M.Si pada kesempatan tersebut memaparkan baru tiga Perguruan Tinggi Muhammadiyah (PTM) yang sudah melakukan konsorsium untuk KJJ, yakni UMS, UHAMKA, dan UMKT. Ia berharap, ke depan KJJ yang diinisiasi UMS ini bisa diterapkan di seluruh PTM. “Tidak semua mata kuliah bisa dibuat KJJ, hanya yang mata kuliah umum saja dan di masing-masing perguruan tinggi ada,” paparnya.

Pelaksanaan KJJ ini menurut Dr. Sofyan, sebagai bentuk upaya antisipasi terhadap rencana masuknya Perguruan Tinggi Asing (Asing) ke Indonesia. Dikatakan, regulasi masuknya atau berdirinya PTA di Indonesia telah disiapkan oleh pemerintah. “Maret atau April ini sudah ada regulasinya. Ketika mereka (PTA) masuk, PT Indonesia mendapat saingan baru. Sebelum PTA masuk, PT dalam negeri saja kualitasnya masih rendah, apalagi kalau mereka masuk,” ungkapnya.

Pada kesempatan yang sama, Ketua Umum PP Muhammadiyah periode 2015-2020, Dr. H. Haedar Nashir, M.Si. mengemukakan bahwa metode KJJ dengan mengunakan teknologi informasi yang lebih canggih ini menjadi efisien dan efektif. Pertama, ini fase awal dari Muhammadiyah ingin melakukan suatu proses internasionalisasi gerakan lewat media pendidikan. Kedua, kita ingin masuk dalam fase pos-modern. “Muhammadiyah sebagai pelopor gerakan modernisme Islam yang memperbaharui alam pemikiran dan melahirkan karya-karya kemajuan. Saat itu dianggap tabu, tentu di era informasi yang canggih ini Muhammadiyah akan terus belajar menjadi terdepan,” jelasnya.

Dr. Haedar menambahkan, Muhammadiyah saat ini memiliki 176 perguruan tinggi. Sehingga bisa melakukan pembelajaran online seperti ini, jarak tidak menjadi masalah. (Eko/Ahmad)