You are currently viewing Harga Beras Kian Melambung Ada Apakah? Ini Komentar Pakar Ekonomi UMS

Harga Beras Kian Melambung Ada Apakah? Ini Komentar Pakar Ekonomi UMS

KIAN MENJERIT: Distribusi beras di Pasar Legi Solo masih lancar, namun harga ke konsumen masih melambung tinggi, Kamis (15/2/2024). (ARIEF BUDIMAN/RADAR SOLO)

RADARSOLO.COM – Melambungnya harga beras dalam beberapa waktu terakhir dinilai merupakan hasil kombinasi perubahan iklim dan permainan mafia pangan.

Selain itu, pembelian beras besar-besaran sebelum pemilu juga memiliki dampak terhadap suplai di pasaran.

Pakar ekonomi Universitas Muhammadiyah Surakarta Anton Agus Setyawan mengatakan, masalah fluktuasi harga komoditas pertanian sudah lama terjadi.

Hampir setiap tahun terjadi kenaikan harga dengan komoditas yang berbeda, mulai dari cabai, bawang putih, hingga daging sapi.

Dia menyebut perubahan iklim berdampak terhadap penurunan hasil pertanian termasuk beras.

“Perubahan iklim dengan pergeseran musim memengaruhi musim panen. Selain itu, perubahan iklim juga menyebabkan perubahan pola dan perilaku hama tanaman,” ujar Anton kepada RadarSolo.com, Selasa (27/2/2024).

“Sehingga dalam menghadapi perubahan iklim dibutuhkan inovasi teknologi pertanian,” imbuhnya.

Anton menambahkan, penurunan pasokan beras juga dipengaruhi perubahan fungsi lahan. Terutama di Pulau Jawa hampir berkurang sekali sehingga tidak cukup untuk memenuhi stok beras.

Kemudian ada kebijakan food estate atau pemindahan lokasi tanaman pangan di luar Jawa atau wilayah yang secara umum distribusi ke Jawa lebih gampang.

Selain itu, Anton menilai pembelian beras sebelum pemilu memiliki dampak terhadap pasokan beras di pasar.

“Sebelum pemilu ada pembelian beras besar-besaran dengan kualitas medium dan premium untuk dibagikan menjadi bansos. Itu juga ada dampaknya terhadap suplai beras di pasar,” ujar dia.

Mengenai adanya permainan dalam distribusi beras, Anton membenarkan hal tersebut.
Dia mendasarkan ini pada riset yang dilakukan pada 2017. Hasil temuannya menunjukkan beras adalah salah satu komoditas yang dipakai untuk spekulasi.

“Jadi beberapa perusahaan besar atau orang punya duit menggunakan beras. Di masa tertentu mereka akan membeli dan disimpan. Nanti dilihat harganya, kalau mulai naik mereka akan lepaskan,” paparnya.

Dia menegaskan risetnya tetap relevan dengan kondisi saat ini dengan melihat pola dan tidak adanya ketegasan dari pemerintah untuk mengontrol para pedagang.

“Saat ini ada operasi pasar, kemungkinan mereka akan berhenti dulu. Tapi dekat-dekat puasa atau lebaran mereka memainkan harga lagi,” lanjutnya.

Menurutnya, diperlukan solusi jangka menengah dan jangka panjang dalam menghadapi situasi tersebut.

Dia mendorong pemerintah untuk melakukan reformasi besar-besaran di sektor pertanian.

Mulai dari teknologi pertanian yang menyesuaikan dengan kondisi perubahan iklim, hingga menciptakan titik-titik penghasil beras.

Kemudian, memperbaiki tata niaga sehingga tidak terjadi fluktuasi. Ketika panen raya turun drastis harganya dan ketika suplai beras kurang harganya naik.

“Lembaga yang mengatur stabilitas harga. Harga yang diatur dari pemerintah punya akses ke pedagang-pedagang besar. Nah, kemudian di mana dan berapa stoknya. Sehingga ketika ada yang memainkan harga paling tidak pemerintah memberi sanksi,” lanjutnya. (zia/bun)

Sumber: https://radarsolo.jawapos.com/ekonomi/844379771/harga-beras-kian-melambung-ada-apakah-ini-komentarpakar-ekonomi-ums