Merdeka Belajar yang digagas Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) RI Nadiem Makarim, menjelma menjadi kebijakan populer di tengah masyarakat. Diyakini mampu mempercepat transformasi pendidikan, dalam upaya menghasilkan sumber daya manusia (SDM) berkualitas dan berdaya saing. SDM yang diharapkan mampu mengoptimalkan tiga modal dasar, sebagai keunggulan Indonesia dibandingkan negara-negara lain. Mulai dari sumber daya alam melimpah, jumlah penduduk yang besar, serta wilayah yang luas, Di mana sampai saat ini, kita masih Tanpa kursus bahasa asing di suatu lembaga tertentu. Melihat berbagai video yang diunggah di kanal YouTubenya, Fiki Naki sangat percaya diri berkomunikasi dengan berbagai orang dari banyak negara di penjuru dunia. Hal ini telah menginspirasi banyak orang yang ingin belajar dan menguasai bahasa asing. Memiliki kemampuan berbicara bahasa asing dengan penuh rasa percaya diri, menjadi dambaan semua orang. Keterampilan ini menjadi sangat penting untuk dimiliki oleh semua usia di era modern saat ini. Terlebih bagi para lulusan perguruan tinggi.
Manfaat terbesar dari kemampuan ini, akan menjadi jalan yang sangat membantu ketika seseorang mengikuti wawancara mencari kerja di berbagai perusahaan internasional. Atau ketika mengikuti wawancara untuk mendapatkan beasiswa kuliah di luar negeri. Namun faktanya, masih banyak siswa, bahkan mahasiswa kesulitan dalam berbicara bahasa asing, khususnya bahasa Inggris. Meskipun secara formal, siswa telah belajar bahasa Inggris sejak sekolah menengah pertama hingga perguruan tinggi. Penelitian yang dilakukan Muamaroh (2009), menemukan bahwa, salah satu kendala dalam berbicara bahasa Inggris adalah faktor afektif. Seperti rendahnya rasa percaya diri, kecemasan, dan rasa takut. Alasan yang lain adalah, posisi bahasa asing seperti bahasa Inggris di Indonesia, bukan sebagai alat komunikasi, baik di instansi resmi maupun di sekolah-sekolah. Itu menyebabkan Indonesia termasuk salah satu negara “expanding circle”. Di mana bahasa Inggris bukan
sebagai bahasa ibu dan tidak digunakan sebagai alat komu-ikasi, baik di instansi pemerintah maupun di masyarakat (Kachru, 1998). Percaya diri adalah salah satu faktor afektif yang memainkan peran penting dalam penguasaan bahasa asing. “Belief in your own capabilities to successfully perform that activity” (Brown, 2007). Kepercayaan pada diri sendiri merupakan penentu paling penting dalam pembelajaran bahasa asing (ClĂ©ment et al., 1994). Hasil studi yang dilakukan oleh Fennema dan Meyer (dalam Stoel et al., 2001), menunjukkan bahwa kepercayaan diri siswa terkait dengan prestasi siswa, dibandingkan dengan variable fektif lainnya. Menurut Jeffry dan Peterson (dalam Clark, 1989), menyatakan bahwa rasa percaya diri membuat siswa memiliki kemauan untuk berkomunikasi. Rasa percaya diri juga berkaitan dengan rasa cemas (MacIntyre dkk., 2001; 2002).
Pertanyaannya adalah, faktor- faktor apakah yang membuat orang bisa memiliki rasa percaya diri yang kuat saat berkomunikasi menggunakan bahasa asing secara lisan? Muamaroh (2014) menemukan bahwa, teknik mengajar guru atau dosen dengan group work yang terdiri dari tiga atau empat orang, akan menumbuhkan rasa percaya diri bagi pembelajar bahasa asing. Selain itu, rasa percaya diri juga akan naik apabila seseorang menguasai kosakata (vocabulary), menguasai pengucapan kata yang benar (pronounciation), serta struktur tata bahasa dan materi atau topik yang dibiarakan. Dukungan dari lingkungan seperti teman dan guru atau dosen, dan suasana di dalam atau di luar kelas yang menyenangkan, serta terus konsisten menjalankan praktik berkomuikasi dalam bahasa asing yang sedang dipelajari, juga akan meningkatkan rasa percaya diri pembelajar bahasa asing. (Artikel ini telah dipublikasikan di Koran Jawapos, 11 Mei 2022.)
Oleh: Dra. Muamaroh, M.Hum., Ph.D (Dosen Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris dan Direktur Pondok Internasional KH. Mas Mansur)
Editorial: Brondy/Humas