You are currently viewing Hari Lupus Sedunia, Dekan FK UMS Berikan Edukasi Pencegahan Penyakit Lupus

Hari Lupus Sedunia, Dekan FK UMS Berikan Edukasi Pencegahan Penyakit Lupus

ums.ac.id, PABELAN – Dalam memperingati Hari Lupus Sedunia, Dekan Fakultas Kedokteran UMS Dr. dr. Flora Ramona Sigit Prakoeswa, M.Kes, Sp.DVE, Dipl.STD-HIV/AIDS, FINSDV, FAADV., membahas penyebab, gejala, diagnosis, dan pengobatan Cutaneous Lupus untuk memberikan pemahaman yang lebih baik kepada masyarakat.

Dokter Flora menjelaskan bahwa penyakit Lupus adalah kondisi inflamasi kronis yang disebabkan oleh sistem imun tubuh yang bekerja dengan keliru, menyerang jaringan dan organ tubuh sendiri. Lupus adalah penyakit autoimun yang dapat mempengaruhi berbagai sistem tubuh, termasuk sendi, kulit, ginjal, sel darah, otak, jantung, dan paru-paru.

“Cutaneous Lupus, atau Lupus Eritematosus Kutaneus, adalah salah satu manifestasi dari penyakit Lupus yang secara khusus mempengaruhi kulit. Penyakit ini merupakan bagian dari keluarga besar penyakit autoimun, di mana sistem kekebalan tubuh secara keliru menyerang jaringan sehat dalam tubuh, termasuk kulit,” terang Dekan FK UMS Jumat, (10/5).

Dia menerangkan penyebab pasti dari Cutaneous Lupus ini belum sepenuhnya dipahami, namun dipercaya bahwa kombinasi faktor genetik, lingkungan, dan hormonal berperan dalam perkembangannya. Kemudian paparan sinar matahari, infeksi, stres, dan penggunaan obat-obatan tertentu dapat memicu atau memperburuk gejala.

Ciri-ciri penyakit Lupus bervariasi, tetapi terdapat beberapa gejala umum meliputi:
– Nyeri dan pembengkakan pada sendi.
– Demam tinggi di atas 37℃.
– Ruam kulit, khususnya ruam berbentuk kupu-kupu yang menutupi pipi dan batang hidung.
– Kelelahan.
– Sensitivitas terhadap sinar matahari.
– Rambut rontok.
– Sariawan.
– Nyeri dada saat bernapas.

Diagnosis Cutaneous Lupus ini, lanjutnya, biasanya melibatkan pemeriksaan fisik, riwayat medis pasien, dan serangkaian tes laboratorium. Biopsi kulit sering kali diperlukan untuk mengonfirmasi diagnosis. Tes tambahan, seperti tes darah, mungkin juga dilakukan untuk mengevaluasi adanya tanda-tanda penyakit sistemik.

“Penyakit Lupus tidak bisa disembuhkan, tetapi ada langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk mengendalikan gejalanya dan mencegah kekambuhan. Pengobatan meliputi penggunaan obat antiinflamasi, kortikosteroid, obat antimalaria seperti hydroxychloroquine, dan imunosupresan,” terang dr. Flora.

Pencegahan penyakit tersebut, tambahnya, meliputi menghindari pemicu seperti sinar matahari berlebih, stres, dan merokok. Meskipun tidak ada cara pasti untuk mencegah penyakit ini, menjaga gaya hidup sehat dan melakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin dapat membantu mengurangi risiko dan memperbaiki manajemen penyakit.

Untuk menjaga kesehatan, terutama bagi penderita Lupus atau mereka yang berisiko, berikut beberapa tips yang dapat diikuti adalah:
– Mengelola stres secara efektif.
– Rutin berolahraga dengan aktivitas fisik yang sesuai, seperti berenang atau jalan kaki, yang tidak terlalu membebani sendi.
– Mengadopsi pola makan sehat yang kaya akan buah-buahan, sayuran, dan nutrisi penting lainnya.
– Memastikan tidur yang cukup dan berkualitas.
– Menghindari rokok dan alkohol.
– Menggunakan tabir surya untuk melindungi kulit dari paparan sinar UV yang berlebihan.

Pengobatan Cutaneous Lupus bertujuan untuk mengurangi gejala, mencegah pembentukan lesi kulit baru, dan meminimalkan risiko komplikasi. Opsi pengobatan meliputi:
– Penggunaan krim atau salep kortikosteroid untuk mengurangi peradangan dan gatal.
– Obat antimalaria, seperti hydroxychloroquine, yang efektif dalam mengelola gejala pada beberapa pasien.
– Penghindaran paparan sinar matahari dan penggunaan tabir surya dengan SPF tinggi untuk melindungi kulit dari UV.
– Terapi imunosupresan pada kasus yang lebih parah atau bila pengobatan lain tidak efektif.

“Penting bagi pasien untuk melakukan pemeriksaan dan konsultasi rutin dengan dokter, mengingat Cutaneous Lupus dapat berkembang menjadi bentuk penyakit yang lebih serius dan mempengaruhi organ lain. Dengan manajemen yang tepat, banyak pasien dapat menjalani kehidupan yang normal dan produktif,” pungkasnya. (Fika/Humas)