ums.ac.id, PABELAN – Keluarga Mahasiswa Teknik Sipil (KMTS), Program Studi Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) menggelar Pengajian Akbar dengan narasumber Ust. Drs. H. Wijayanto, MA., yang dilaksanakan di Masjid Sudalmiah Rais pada Jumat (28/10) malam.
Yoki Fikri Hambali selaku Ketua KMTS UMS dalam sambutannya menyampaikan bahwa acara pengajian akbar ini serangkaian program kerja KMTS.
“Alhamdulillah dapat melaksanakan kegiatan rutinan ini secara offline. Tujuan kami, dalam pengajian ini walaupun di bidang keteknik-sipilan, tapi selaku bagian dari sivitas akademika UMS yang dikenal sebagai kampus islami dan memiliki visi misi wacana keilmuan dan keislaman.”
Menurutnya, sebagai bagian dari UMS menyelenggerakan acara ini, di mana semoga mendukung program-program yang ada di UMS.
Dalam kesempatan yang sama, Alfia Magfirona, ST,MT., selaku Sekertaris Program Studi Teknik Sipil UMS menyampaikan apresiasi sebesar besarnya kepada KMTS yang menginisiasi pengajian akbar.
“KMTS mendedikasikan acara Kajian Akbar bukan hanya khusus teknik sipil, juga untuk masyarakat umum.”
Menurutnya, kegiatan baik seperti ini harap dilanjutkan, dan prodi akan selalu mendukung.
Ust. Drs. H. Wijayanto, MA menyampaikan pemaparan materinya yang mengangkat tema “Remaja Antara Cinta dan Cita”
Dengan bahasa yang gaul dan kekinian sehingga kajian ini mudah diterima masyarakat umum terutama generasi muda, yang kebanyakan mahasiswa.
“Kesulitan remaja masa kini itu kurangnya sinergi atau kekuatan. Kemudian ada perbedaan pandangan antara angkatan muda dan angkatan tua. Remaja yang tidak fokus dan asas keterpangaruhan terhadap lingkungan menjadi penentu dari karakter generasi pemuda masa kini,” papar Ust. Wijayanto.
Kemudian, lanjutnya peserta yang datang ke kajian sekarang hanya mendapat hadiah tetapi tidak dapat hidayah. Sehingga yang susah dari melakukan amal dalam agama itu adalah “hadirnya hati”. Jadi salat itu gampang tapi yang susah itu khusu’ dalam sholat itu.
“Nanti akan ada 3 kesabaran yang diuji yaitu kesabaran dalam ketaatan, untuk tidak maksiat, dan sabar apapun musibahnya,” ujar Ust. Wijayanto.
Dia menyampaikan, lalu bagaimana pengendalian terhadap cinta tersebut. Di mana cinta ada hukumnya bahwa orang kalau sudah cinta pasti akan mengikuti yang dicintainya. Jadi cinta itu butuh pengorbanan, tanda cinta itu adalah pengorbanan.
“Maka perlu membuat habit atau pembiasaan, pembiasaan hal-hal yang baik. Jadi dari kebiasaan itu akan menjadi karakter,” tambahnya.
Menurutnya, orang Islam harus mau membuat perubahan, harus bangkit dari keterpurukan. Jangan pernah lelah menjadi orang baik dan tidak ada kata terlambat untuk melakukan yang baik.
“Harus membuat cinta dan cita, dua-dunya harus ditertibkan atau dirapikan. Kuncinya hanya dua, tulis apa aja yang akan direncakan, dan laksanakan apa yang sudah ditulis, tapi dengan komitmen yang rasional,” ungkapnya.
Ia juga menyampaikan bahwa kita harus membuat resolusi, mencanangkan mimpi. Mimpi adalah kunci. (Fika/Humas)