You are currently viewing Kemlayan Kembangkan Situs Sejarah dan Rawat yang Sudah Ada

Kemlayan Kembangkan Situs Sejarah dan Rawat yang Sudah Ada

Solopos.com, SOLO–Kampung wisata Kemlayan, Kecamatan Serengan tengah menguatkan kembali signifikansi situs budaya yang ada di daerah tersebut.

Ketua Kelompok Sadar Wisata ( Pokdarwis) Kemlayan, Mulyati, mengatakan Kemlayan akan membentuk pengelola Kampung wisata yang mengelola beberapa situs tertentu di Kemlayan.

“Saya bekerja sama untuk mengadakan pelatihan paket pemandu wisata. Banyak situs sejarah di sini kami rawat dan beri kode pindai berisi paparan sejarahnya, tujuannya biar pengunjung tahu nilai sejarah yang ada di situ,” tutur Mulyati saat ditemui media di rumahnya, Selasa (5/12/2023).

Mulyati mengaku Tim Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan sudah bekerja sama dengan Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) untuk pengembangan teknologi tersebut.

Saat ini baru ada 4 lokasi sejarah yang memiliki kode pindai. Mulyati mengatakan lokasi-lokasi lain akan bertambah. Mulyati menegaskan wisata Kemlayan terbantu setelah koridor Gatsu digunakan sebagai lokasi ruang publik dan juga dengan keberlangsungan komunitas Solo is Solo.

Kini setelah Kemlayan mendapatkan SK Wali Kota Solo menjadi Kampung Wisata, Kemlayan bersiap untuk mengembangkannya. Dosen Institut Seni Indonesia (ISI) Solo sekaligus suami Mulyati, Takari, mengatakan bahwa Kemlayan telah lama dikenal menjadi tempat tinggal para maestro.

“Kemlayan awalnya menjadi tempat tinggal para Abdi dalem Keraton Solo yang mahir karawitan. Selanjutnya Pakubuwono IV belajar karawitan di sini dan situs-situs yang sekarang ada adalah tiles tempat tempat yang beliau gunakan” ujar Takari.

Salah satu situs tersebut adalah sumur yang dibangun oleh PB IV sebagai sumber mata air baginya ketika hendak wudu dan menunaikan ibadah salat. Sumur dan langgar tempatnya salat dijaga oleh dua patung kera bernama Sugriwa dan Subali.

Kedua patung tersebut kini dijaga oleh Takari dan istrinya karena konon masih ditunggui oleh roh penunggunya.

Takari khawatir jika pemikiran atas klenik dan mistis terhadap suatu situs dapat membuat situs tersebut tidak dirawat, padahal hanya warga Kemlayan yang merawatnya.

Saat ini, sudah ada beberapa situs sejarah di Kemlayan berstatus cagar budaya justru hilang dan tidak dirawat. Bantuan pemeliharaan dari Pemerintah Kota juga masih minim.

Sumber: https://soloraya.solopos.com/kemlayan-kembangkan-situs-sejarah-dan-rawat-yang-sudah-ada-1813656?_gl=1*1f7zngx*_ga*MTQxMTM4MTk1OC4xNzA1NDc1NjIw*_ga_N48JD3Q0D2*MTcwNjg1MzQxOS42LjEuMTcwNjg1MzYyOC4wLjAuMTMxODk1NjI3MQ..#sp-sharing