ums.ac.id, SOLO – Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan (HW) Kwartir Wilayah Jawa Tengah mengadakan Rapat Kerja dan Ideopolitor di Gedung Auditorium Mohammad Djazman Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), Minggu (24/3).
Ketua HW Kwartir Wilayah Jateng, Taufiq, menyampaikan bahwa kegiatan ini adalah kegiatan awal setelah HW Kwartir Wilayah Jateng menjalankan kegiatan rapat kerja dan pengukuhan pada tahun 2023. Kegiatan Ideopolitor (Ideologi, Politik, dan Organisasi) ini menjadi sangat penting karena menjadi awal perjalanan periodesasi HW Jateng di periode 2023/2024.
“Kita memiliki potensi sebagai organisasi otonom persyarikatan Muhammadiyah yang jelas di situ menjadikan wadah kaderisasi yang efisien dan efektif. Mengapa efisien dan efektif? Karena kita obyek dakwah kita itu mulai sejak kecil pendidikan anak usia dini hingga dewasa ini semua bisa menjadi lahan dakwah HW,” terang Taufiq.
Ungkapan Taufiq tersebut merujuk pada QS An-Nisa Ayat 9.
Dia meneruskan, dari HW itu lah wajib kita melahirkan kaderisasi di persyarikatan Muhammadiyah. Sehingga pentingnya ideopolitor adalah karena kita semua penggerak organisasi Muhammadiyah.
Melalui ideopolitor ini, diharapkan masing-masing pimpinan dan penggerak di HW itu paling tidak mempunyai landasan yang kuat tentang ideologi Muhammadiyah.
Dia juga berpesan, karena HW juga harus menyesuaikan dengan generasi-generasi sekarang yang itu menjadi tantangan tersendiri bagi HW karena prinsip kegiatan HW adalah di alam terbuka.
Selain itu, HW memiliki PR besar untuk melahirkan jenderal-jenderal baru seperti Jenderal Soedirman.
Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jateng Prof. Dr. Zakiyuddin Baidhawy, MA dalam kesempatan tersebut mewakili Ketua PWM Jateng menyebutkan bahwa konsolidasi ideologi ini menjadi keniscayaan agar organisasi tidak mudah tergerus. Ideologi itu adalah identitas khas dan unik dari sebuah organisasi.
“Jadi kegiatan ideopolitor itu sesungguhnya adalah bagian dari upaya kita untuk melakukan konsolidasi ideologis. Ini penting, karena bagaimanapun ideologi itu menjadi bagian yang tak terpisahkan dari berdirinya Muhammadiyah,” jelasnya.
Wakil Ketua PWM Jateng itu juga menerangkan bahwa Muhammadiyah menjadi salah satu organisasi yang modern, cirinya yaitu sistematis. Sehingga program-program dari persyarikatan ataupun HW harus disusun sistematis, karena itu adalah ciri dari organisasi modern.
Muhammadiyah itu merupakan kekuatan moral Indonesia, sehingga tidak boleh terkendalikan oleh arus, melainkan seharusnya mengendalikan arus.
Ketika membicarakan mengenai ideologi organisasi di mana tidak hanya Muhammadiyah yang memiliki ideologi untuk kembali pada Al Quran dan As Sunnah, tetap terdapat perbedaan dalam menafsirkan itu.
“Jadi kembali kepada Al Quran dan As Sunnah dalam berpolitik itu bukan kemudian kita meniru plek sistem negara dan pemerintahan di zaman Rasul,” katanya.
Dalam QS Ali-Imran Ayat 104 ditafsirkan bahwa berorganisasi atau berjamiah itu merupakan perintah bagian dari perintah agama.
“Maka menurut saya dalam berorganisasi, di dalam jamiah ini kita harus melakukan apa yang disebut kolaborasi dan sinergi. Memang ada kompetisi dalam kehidupan bersama berjamiah, tapi yang lebih penting dari kompetisi adalah kolaborasi dan sinergi,” paparnya.
Dalam kehidupan berorganisasi kelebihan-kelebihan dapat saling menyempurnakan.
Untuk memperkuat ideopolitor HW, diberikan beberapa materi yaitu Ideologi Muhammadiyah dan Politik Kebangsaan oleh Zakiyuddin Baidhawy, Risalah Islam Berkemajuan yang dipaparkan oleh Prof. Dr. Sofyan Anif, M.Si, dan Revitalisasi Pendidikan Muhammadiyah Dr. Iwan Junaedi, S.Si., M.Pd.
Setelah pemaparan materi pada kegiatan ideopolitor, dilanjutkan dengan agenda Rapat Kerja. (Maysali/Humas)