Lembaga Lingkungan Hidup dan Penanggulangan Bencana Pimpinan Wilayah Aisyiyah (PWA) Jawa Tengah bekerjasama dengan Lembaga Kebudayaan PWA Jateng menyelenggarakan Rakerwil bertema “Membangun Pendidikan Karakter bagi Anak yang Terdampak Bencana”, Ahad (8/03/2020) bertempat di lantai 7 Gedung Siti Walidah Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS).
Kegiatan ini dalam rangka evaluasi sekaligus merencanakan program yang akan dibawa pada Muktamar ke 48 Aisyiyah mendatang. “Potensi bencana di negara kita khususnya di daerah Jawa Tengah cukup besar, dan ketika terjadi bencana maka anak-anak yang berdampak pada bencana itu pasti diperlukan pemberian penguatan mental,”ungkap Ketua PWA Jawa Tengah, Ummu Baroroh.
Termasuk mengembalikan karakter mereka. “Pasalnya mungkin akan terjadi perubahan karakter sebelum dan sesudah terjadi bencana, ketika terdampak bencana maka anak-anak akan pesimis, depresi, putus asa, tidak optimis lagi, cita-cita hilang. Karena itulah perlu ada pelatihan pendidikan karakter bagi anak terdampak bencana supaya mereka ceria kembali, punya cita-cita tinggi, bagaimana meneruskan kehidupan selanjutnya. Meskipun mereka sudah terdampak bencana,” imbuh Ummu Baroroh.
Kegiatan ini juga didukung sepenuhnya oleh Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS). Ummu berharap kerjasama seperti ini mestinya juga dilakukan dengan lembaga yang lain atau majelis yang lain supaya lebih banyak lagi manfaatnya, misal dengan Kesejahteraan Sosial. Bagaimana pendampingan psikososialnya, kemudian bagaimana ekonomi bagi masyarakat yang terdampak bencana dan sebagainya. “Rakerwil dua lembaga yaitu lembaga kebudayaan dan lembaga lingkungan hidup dan penanggulangan bencana pimpinan wilayah Jawa Tengah, ini luar biasa,” ungkap Ummu Baroroh.
Sementara itu Rektor UMS, Prof Dr Sofyan Anif M.Si saat menyampaikan materi mengapresiasi antusiasme ibu-ibu anggota lembaga penanggulangan bencana di seluruh PDA se Jawa Tengah. Dia yakin raker akan membawa satu keputusan program untuk mengembangkan dan sekaligus membawa lembaga penanggulangan bencana ini menjadi sebuah lembaga yang akan diperhatikan oleh masyarakat luas. “Ini menjadi satu lembaga yang bergengsi dan lembaga yang senantiasa menjadi solusi terhadap berbagai bencana yang ada di negara kita ini,”ungkap Sofyan Anif.
Ditambakan Sofyan Anif, tujuan akhir dari lembaga penanggulangan bencana ini adalah memberikan kontribusi secara riil kepada masyarakat korban bencana apapun bencananya, yang akan mengembalikan mereka menjadi satu komunitas masyarakat yang normal lagi dari suatu komunitas masyarakat yang kembali aktif bekerja bercita-cita memiliki harapan hidup. “Memiliki semangat, memiliki motivasi yang tinggi untuk meraih kehidupan yang baik, di dunia maupun di akhirat yang memang menjadi misi Muhammadiyah terutama lewat lembaga penanggulangan bencananya,”tambah Sofyan Anif.
Dalam kesempatan, Sofyan Anif menyampaikan materi mengenai “Karaker Pendidikan Anak dalam Situasi Darurat Bencana”. Menurutnya, karakter merupakan aktualisasi potensi diri dan internalisasi nilai-nilai moral dari luar yang akan menjadi bagian kepribadiannya. Contoh kasus dari gempa Lombok yang lalu, beberapa anak mengalami berbagai perubahan karakter pascagempa, seperti tidak percaya diri, cemas, putus asa, tidak ada motivasi atau instinsik, tidak peduli, tidak tertarik dengan apapun, jengkel, sering marah, dan lainnya.
“Begitu penting sekali untuk menanamkan pendidikan karakter terhadap anak tersebut. Dengan mengenali karakter barunya, kemudian kita bisa mengembalikan anak tersebut dengan karakter lamanya. Dari situlah kita bisa membangun karakter barunya dengan menanamkan pendidikan karakter yang baik untuk anak tersebut,” terang Sofyan Anif.
Dilihat dari laporan World Bank UNESCO tahun 2010 nilai-nilai pendidikan karakter yang perlu ditanamkan yaitu seperti kejujuran, kedisiplinan, kemandirian, kerja keras, kerja sama, empati, menolong, dan tanggung jawab.
Ditambahkannya, terdapat 5 pendekatan pendidikan karakter yaitu yang pertama pendekatan penanaman nilai (nilai sosial), melakukan pendekatan ini bisa dilakukan dengan cara mengembangkan keteladanan, ketegasan, simulasi, permainan, dan lain-lain. Kemudian ada pendekatan perkembangan moral kognitif, pendekatan analisis nilai , pendekatan klarifikasi nilai, dan pendekatan pembelajaran berbuat. “Fokus dalam melakukan pendekatannya yaitu dari individu anak tersebut, dengan begitu kita bisa mengetahui kapasitas diri, lingkungan sosial, budaya dan sistem nilai daripada anak tersebut” ujar Rektor UMS.(Aufia/Humas)