You are currently viewing Tak Sebatas Penuhi Tugas Akhir, Pementasan Drama Prodi Pendidikan Bahasa Indonesia Sajikan Pertunjukan Berkualitas

Tak Sebatas Penuhi Tugas Akhir, Pementasan Drama Prodi Pendidikan Bahasa Indonesia Sajikan Pertunjukan Berkualitas

  • Post author:
  • Post category:Berita

Awali tahun 2018, Program Studi (Prodi) Pendidikan Bahasa Indonesia Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) menggelar pementasan drama (teater). Kegiatan tersebut merupakan sebuah tradisi dari mahasiswa semester 5 dalam rangka memenuhi tugas akhir mata kuliah pengkajian drama yang dilaksanakan setiap tahunnya.

Pementasan yang digelar di Taman Budaya Jawa Tengah (TBJT), Surakarta ini dimeriahkan oleh 5 penampilan teater, diantaranya Teater Jenggirat, Teater Wisanggeni, Teater Kawah, Teater Cengkir, dan Teater Dimar. Dengan mengusung tema yang berbeda, kelima penampilan dari masing-masing teater tersebut ditampilkan selama 5 hari berturut-turut, Rabu-Minggu (03-07/01/2018).

Gandung Roso Pambudi selaku ketua panitia pementasan drama ini menjelaskan bahwa selain untuk memenuhi tugas mata kuliah pengkajian drama, pementasan ini juga berusaha untuk menyajikan sebuah pertunjukkan yang berkualitas dan mengapresiasi karya sastra drama.

“Tujuan yang lain dari pementasan ini kami ingin menyajikan sebuah hiburan yang berkualitas, serta sebagai bentuk apresiasi terhadap karya sastra yang terbentuk melalui pementasan drama,” ungkapnya ketika ditemui di lokasi pementasan.

Dari kelima drama yang ditampilkan tersebut, tidak semuanya murni buatan dari mahasiswa saja. Namun adapula pementasan yang mengadopsi karya dari dramawan Yunani Kuno, Aristophanes. Drama tersebut berjudul Suara Perempuan yang ditampilkan pada Jumat (05/01/2018).

Gandung juga mengungkapkan bahwa persiapan dalam pementasan ini sudah dilakukan sejak sekitar 3 bulan yang lalu. Persiapan tersebut meliputi pencarian pelatih, musik, busana, hingga latihan rutinnya.

“Kalau saya kalkulasi persiapan kami sudah sekitar 3 bulan yang lalu, dari mulai pencarian pelatih, musik, dan busana. Setelah itu terus kami latihan setiap 2 kali seminggu dan terus bertambah bahkan bisa sampai 8 kali, tergantung kemauan dari pelatih,” ungkapnya.

Kelima drama yang ditampilkan secara umum menceritakan mengenai kehidupan dari perempuan. Riyanti Wahyunengrum, salah satu anggota tim dari Teater Cengkir berharap agar melalui drama yang dipentaskan, penonton dapat mengambil hikmah serta lebih menghargai perempuan. “Semoga penonton dapat mengambil hikmah dari drama tersebut dan lebih bisa menghargai perempuan,” harapnya. (Khairul)