Dampak dari perpanjangan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) di Jawa Tengah hingga 8 Februari 2021, mengakibatkan batalnya pembelajaran tatap muka, khususnya di wilayah Kota Surakarta dan sekitarnya yang rencananya akan dimulai awal tahun ini.
Imbasnya, sejumlah institusi pendidikan seperti Kampus Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) tidak bisa menjalankan perkuliahan di dalam ruang kelas selama pemberlakuan PPKM. Meskipun dalam menyikapi pandemi Covid-19 , UMS sudah memiliki konsep pembelajaran tatap muka dengan melaksanakan protokol kesehatan sesuai dengan arahan Gugus Tugas Covid-19.
“Selama pandemi Covid-19 semua kegiatan pembelajaran menggunakan sistem daring (Online). Hal mengakibatkan semua kegiatan yang biasanya menggunakan ruang kelas yang nyaman serta interaksi sosial di lingkungan kampus pada saat ini sulit ditemui,” ungkap pakar pendidikan dari Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), Prof. Dr. Sofyan Anif, M.Si, Selasa (27/1/2021).
Sofyan Anif menambahkan, proses belajar mengajar di masa pandemi Covid-19 saat ini harus mempertimbangakan konsep pendidikan yang menarik agar tidak menimbulkan kebosanan di kalangan anak didik.
Guru Besar di bidang Manajemen Pendidikan ini mengungkapkan, pembelajaran di masa pandemi Covid-19 tetap harus memiliki target kompetensi anak didik. “Pendidikan tidak hanya transfer of knowledge saja tetapi juga bisa transfer nilai-nilai agama, bisa dalam bentuk etika, sopan santun, dan ketika proses transformasi nilai tersebut ada aspek keteladanan. Kompetensi anak didik harus tetap diperhatikan,” kata Sofyan Anif.
Selain itu Sofyan Anif juga menyinggung bahwa konsep pendidikan yang baik itu adanya interaksi secara lansung atau yang dikenal sebagai pembelajaran tatap muka.
“Konsep pendidikan itu adalah proses transformasi nilai. Pembelajaran yang baik itu harus luring atau tatap muka, karena para pendidik ini harus memberikan contoh yang baik kepada para muridnya, seperti tampilan, karakter, kedisiplinan, kejujuran, etos kerjasamanya, itu semua membutuhkan proses tatap muka secara langsung,” imbuhnya.
Sofyan Anif juga berharap adanya keseimbangan pada proses pembelajaran di masa pandemi. Walaupun pembelajan masih menggunakan sistem daring akan tetapi capaian kompetensi harus bisa tercapai. Meskipun banyak kekurangannya, pada akhirnya akan dilakukan evaluasi.
“Para pakar pendidikan itu harus mempertimbangkan konsep ini menjadi sebuah sumber nilai, ketika kita melakukan orientasi pengembangan pembelajaran, di saat pandemi seperti ini. Pembelajaran tidak harus dilakukan secara daring, akan tetapi disaat luring (luar jaringan) kita juga jangan sampai ketinggalan teknologi. Keduanya harus seimbang,” pungkasnya. (Asef/Humas)