You are currently viewing Tanggapi Merebaknya Kasus DBD, Ini Saran dari Pakar Epidemiologi UMS

Tanggapi Merebaknya Kasus DBD, Ini Saran dari Pakar Epidemiologi UMS

ums.ac.id, SOLO – Merebaknya kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) akhir-akhir ini menggerakkan Dosen Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) untuk mengedukasi mengenai bagaimana penyebab, dampak, serta penanggulangan secara dini agar sebisa mungkin terhindar dan menghentikan penyebaran kasus tersebut.

Dosen Program Studi Kesehatan Masyarakat (Kesmas) Fakultas Ilmu Kesehatan (FIK) Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), Anisa Catur Wijayanti, S.KM., M.Epid., menyampikan bahwa nyamuk Aedes Aegypti merupakan nyamuk yang cukup spesifik, dimana dia melakukan aktivitasnya justru di pagi dan sore hari.

Dalam wawancara, Anisa menambahkan jika balik ke sejarah DBD, dulunya merupakan penyakit yang munculnya adalah musiman. Musiman yang dimaksud yaitu perubahan dari musim kemarau ke musim penghujan.

“Tetapi karena sekarang, kondisi musim itu kan enggak tentu, yang seharusnya musim panas tiba-tiba sudah hujan, harusnya musim hujan tiba-tiba sudah musim panas. Ini menyebabkan penyakitnya jadi sepanjang tahun, tetapi tetap ada kecenderungan penyebarannya terjadi saat perubahan musim,” tambah Dosen Ahli Epidemiologi UMS itu, Rabu, (8/5).

Guna menanggulangi dan mencegah penyebaran DBD, Anisa mehimbau agar masyarakat lebih sering munguras bak mandi dan membuang genangan air, dikarenakan hidup atau proses bertelur nya dari nyamuk Aedes Aegypti adalah di genangan air, walaupun bersih.

“Tempat perlindungan nyamuk itu adalah di tempat-tempat yang biasa menjadi tempat penampungan air. Berarti ketika di musim-musim saat ini, tempat-tempat penampungan air ini harus segera dibersihkan,” pesannya.

Salah satu upaya masyarakat, imbuhnya, yang dapat dilakukan untuk menghentikan penyebaran nyamuk adalah Jumantik, yaitu Juru Pemantau Jentik. Biasanya dilakukan oleh ibu-ibu Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK), Kader, yang disetiap minggunya ada kegiatan Jumantik keliling di kampung. Kegiatan itu dalam rangka melihat serta membuang benda-benda yang berada di lingkungan sekitar yang dapat menyebabkan genangan air sebagai sarang jentik.

“Contohnya di belakang dispenser, kulkas, di tempat air minum burung peliharaan, pot yang di dalam rumah, juga bak mandi,” kata Anisa.

Itu adalah salah satu upaya, lanjut dia, untuk mencegah terjadinya tempat perlindungan nyamuk atau tempat hidupnya nyamuk. Ketika kita sudah melakukannya, berarti kita juga sudah berupaya dalam mengurangi berkembangnya nyamuk.

Dosen Kesmas UMS itu juga membeberkan karakteristik dari nyamuk Aedes aegypti yang memiliki daya jelajah sejauh 100 meter. Maka dari itu, jika sudah ditemukan penderita DBD di suatu wilayah, pelaksanaan pemantauan atau upaya pencegahan penyakit berada di diameter 100 meter dari tempat kejadian.

“Nyamuk tidak ada batasan wilayah. Oleh karena itu, upaya pemantauannya itu spesifik harus sesuai 100 meter. Dalam diameter 100 meter dari tempat kejadian itu harus secara intensif dilakukan pemantauan,” jelas Pakar Epidemiologi UMS.

Upaya pencegahan juga dilakukan oleh mahasiswa UMS sebagai bentuk kepedulian terhadap lingkungan sekaligus mempraktekkan apa yang sudah dipelajari di dalam kelas. Pada mata kuliah tertentu, mahasiswa melakukan praktek di wilayah sekitar kampus, dari mulai Jumantik sampai dengan Fogging.

“Untuk mempraktekkan ilmu yang sudah dipelajari di kelas sekaligus memberikan edukasi ke masyarakat,” tambahnya.

Karena, lanjut dia, penyakit ini adalah penyebab dari tidak melakukan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Walaupun dalam satu kampung hanya dua orang yang tidak menerapkan PHBS, dampaknya juga akan dirasakan oleh seluruh warga.

Tak lupa, Anisa menitipkan pesan kepada warga agar tidak hanya mengandalkan fogging. Karena, fogging hanya membunuh nyamuk dewasa tidak dengan jentik-jentiknya.

“Sedangkan cara paling efektif untuk menekan jumlah persebaran nyamuk dengan membunuh jentik-jentiknya, dengan cara menguras bak mandi dan membuang genangan air,” pesannya.

Permasalahan kasus kesehatan seperti DBD juga masuk kedalam mata kuliah yang di UMS berada pada Fakultas Ilmu Kesehatan Prodi Kesehatan Masyarakat di Peminatan Epidemiologi.

Anisa menjelaskan, Epidemiologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang penyakit dan upaya apa saja yang bisa dilakukan untuk melakukan upaya untuk mencegah dan mengendalikan. Berbicara tentang persebaran, masalah kesehatan, dan upaya yang bisa dilakukan dari berbagai macam penyakit, baik penyakit menular, penyakit tidak menolar, serta perilaku yang berpengaruh terhadap adanya masalah kesehatan.

“Selain mempelajari materi sesuai dengan kurikulum, kita juga mempelajari berbagai macam jenis penyakit yang sesuai dengan kondisi yang terjadi pada masyarakat,” lanjut dia.

Salah satu contohnya, tambahnya, sekarang sedang merebak kasus DBD, berarti ya kita berbicara DBD. Kemarin saat sedang merebak kasus Covid-19, kita juga tentang Covid. Kita juga membahas mengenai masalah sosial atau faktor perilaku kesehatan yang dapat menyebabkan masalah kesehatan.

Bagi yang tertarik belajar mengenai masalah sosial, terutamanya di masalah kesehatan, upaya apa saja yang dapat dilakukan, serta mengetahui kondisi masalah kesehatan yang benar-benar terjadi di masyarakat, mari daftar di Prodi Kesehatan Masyarakat FIK UMS dan jadi mahasiswa yang unggul dan berkemajuan.

Saat ini, jadwal pelaksanaan SBMPTMu 2024 Gelombang 1 akan segera ditutup pada tanggal 17 Mei 2024. Masih ada kesempatan untuk mendaftar melalui Penerimaan Mahasiswa Baru UMS di laman https://pmb.ums.ac.id/. Informasi lebih lanjut silahkan kunjungi laman https://ums.ac.id. Ayo kuliah di UMS dan jadilah GenMu yang Unggul dan Berkemajuan. (Tio/Yusuf/Humas)