You are currently viewing Nyai Ahmad Dahlan, Sosok Pahlawan Perempuan

Nyai Ahmad Dahlan, Sosok Pahlawan Perempuan

  • Post author:
  • Post category:Berita

Diputar serentak di bioskop Indonesia pada 24 Agustus 2017, film ‘Nyai Ahmad Dahlan’ mendapat respon positif dari berbagai elemen Muhammadiyah. Film yang disutradarai oleh Ola Atta Adonara ini merupakan film drama-biopik yang menceritakan tentang sosok Siti Walidah atau yang lebih dikenal sebagai Nyai Ahmad Dahalan, istri dari KH. Ahmad Dahlan pendiri organisasi Muhammadiyah.

Berbagai respon positif yang ditunjukan antaralain nonton bareng yang digelar diberbagai daerah. Begitu juga dengan Universitas Muhammadiyah Surakarta yang mengadakan nobar di salah satu bioskop di kota Surakarta. Acara yang dibuka oleh Wakil Rektor 4 Dr. M. Abdul Fattah Santosa, M.Ag. ini juga dihadiri langsung oleh Ketua PP Muhammadiyah Drs. H.A. Dahlan Rais, M.Hum. dan Produser film ‘Nyai Ahmad Dahlan’ Dyah Kalsitorini Widyastuti.

Disampaikan oleh Dr. M. Abdul Fattah Santosa, M.Ag, film ‘Nyai Ahmad Dahlan’ merupakan karya yang penuh akan nilai nilai teladan. Dalam sambutanya menjelaskan Nyai adalah sosok perempuan yang memeperjuangkan hak hak kaum perempuan sekaligus pengagas pengajian ‘Sopo Tresno’ yang kemudian menjadi organisasi ‘Aisyiyah’.

lebih lanjut, film yang ditulis oleh Dyah Kalsitorini Widyastuti menceritakan peran dan sepak terjang Nyai. Diceritakan sosok Nyai turut memperjuangkan hak-hak perempuan secara tepat yang bisa menempatkan peran perempuan tetap sejalan dengan kaum laki laki. Hal inilah yang sebenarnya dikehendaki dalam Islam. Perempuan adalah partner laki laki, bukan bawahan, tapi juga bukan lawan. Maka sebagai istri, Nyai selalu mendukung dan mendorong perjuangan suaminya. Nyai juga tetap patuh kepada suami sebagai pemimpin keluarga.

Sepenggal kalimat yang sudah tidak asing terdengar ‘Hidup hidupilah Muhammadiyah, jangan mencari hidup di Muhammadiyah’ yang disampaikan KH.Ahmad Dahlan menjelang wafat menjadi dongkrak semangat bagi generasi penerusnya. Hal tersebut tercermin dari kisah Nyai usai ditinggal wafat suami justru semakin bersemangat untuk meneruskan cita-cita perjuangan suaminya tersebut. Beliau selalu aktif mendorong generasi yang lebih muda untuk terus menghidupkan dan membesarkan Muhammadiyah dan Aisyiyah.

Selain menceritakan perjalanan hidup Nyai, film ini juga menceritakan kisah cinta antara Kyai dan Nyai. Jika dicermati kekuatan film ini justru terletak pada kisah kehidupan Kyai dan Nyai yang didasari cinta hakiki. Memang tidak ada adegan percintaan sebagaimana film-film cinta pada umumnya, tapi adegan demi adegan yang disuguhkan memuat sebuah kisah romantis Kyai dan Nyai dalam mengarungi kehidupan yang penuh dengan perjuangan dan pengorbanan.

Sebelum film ini resmi diputar sempat beredar isu dimana film ‘Nyai Ahmad Dahlan’ akan mengandung unsur poligami, namum hal ini terbantahkan dengan alur cerita yang menceritakan kisah cinta dan perjuangan Nyai dalam menghidupkan Muhammadiyah dan Aisyiyah. “Sebelum film ini diputar di bioskop, saya mendapat banyak sms yang menanyakan tentang cerita poligami di film ini. Film ini tidak membahas poligami” jelas Wiwid sapaan produser film ‘Nyai Ahmad Dahlan’.

Widyastuti mengatakan, Nyai merupakan sosok pahlawan perempuan yang jarang disebutkan dalam sejarah di negeri ini. Padahal peranannya sangat besar dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. “Apalagi Nyai Ahmad Dahlan ini merupakan sosok perempuan yang sudah lebih maju pada jamannya. Di saat perempuan waktu itu belum bisa membaca, Nyai Ahmad Dahlan sudah mengajarkan baca tulis di rumahnya,” lanjutnya.

Diharapkan dengan pemutaran film ‘Nyai Ahmad Dahlan’ sosok Nyai dapat lebih dikenal oleh masyarakat luas, selain itu perempuan Indonesia khususnya perempuan warga Muhammadiyah mampu meneladani sifat sifat Nyai yang telah mewariskan Muhammadiyah dan Aisyiyah dengan segala manfaatnya hingga sekarang. (Ahmad)