You are currently viewing PSBPS UMS Gelar Webinar bertajuk Pancasila Lahir Batin. Masih banyak Masyarakat Tidak Menerapkan Nilai Pancasila

PSBPS UMS Gelar Webinar bertajuk Pancasila Lahir Batin. Masih banyak Masyarakat Tidak Menerapkan Nilai Pancasila

  • Post author:
  • Post category:Berita

Pusat Studi Budaya dan Perubahan Sosial (PSBPS) Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) menggelar Webinar bertajuk Pancasila Lahir Batin, Selasa (25/8/2020). Webinar seri ke-3 ini merupakan pembukaan dari rangkaian kegiatan Pelatihan dengan tema yang sama.

Rangkaian kegiatan ini didorong karena nilai-nilai Pancasila belum menjadi kebiasaan sehari-hari bagi masyarakat di Indonesia. Kebiasaan mengamalkan nilai-nilai Pancasila belum tertanam kokoh dalam pelembagaan di bidang politik, hukum, ekonomi, dan budaya, termasuk lembaga-lembaga pendidikan. Hal ini tercermin dari rapuhnya jalinan harmoni sosial saat muncul tantangan-tantangan baru terhadap kerukunan sosial kehidupan bermasyarakat dan berbangsa, seiring dengan maraknya populisme, seperti yang terjadi saat ini.

Tujuan kegiatan ini antara lain (1) menguatkan pemahaman nilai-nilai Pancasila di kalangan aktivis penggerak komunitas atau organisasi mahasiswa; (2) memperdalam pemahaman peserta tentang bagaimana membumikan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, khususnya bagi generasi muda; (3) menemukan metode kampanye nilai-nilai pancasila dengan tingkat keberterimaan yang tinggi di tengah generasi muda; (4) membentuk peserta sebagai prime mover untuk menghadirkan peace campaigner yang mampu memberikan pengaruh positif dalam pengamalan nilai-nilai Pancasila.

Webinar tersebut menghadirkan beberapa narasumber seperti Hasan Al Banna (Wakil Dewan Pembina Pondok Pesantren Manba’ul Ulum Cirebon serta alumni FAI UMS), Sakdiyah Ma’ruf (Komika, dan aktivis perdamaian), serta Umelto Labetubun (Senior Technical Advisor MSI International).

Pada kesempatan tersebut, Hasan Al Banna yang juga pernah mewakili Indonesia dalam forum Peace Messenger di Eropa berbagi kisah tentang wajah Islam di dunia luar. Ia juga menekankan pentingnya generasi muda menjadi corong dalam mengkampanyekan nilai-nilai Islam yang rahmatan lil ‘alamin di dunia, selain juga nilai-nilai Pancasila yang sudah final.

Selanjutnya, Sakdiyah Ma’ruf yang juga merupakan penerima pengharaan Valclav Havel Prize for Creative Dissent serta BBC 100 Women award menekankan pentingnya berpikir kritis untuk perubahan sebagai upaya menilai konstruksi sosial yang menyebabkan ketidaksetaraan. “Hal ini dapat digali dengan mengenali dan mempertanyakan asumsi, menyadari tempat dan waktu dalam budaya, mencari cara berpikir alternative, serta mengembangkan cara berpikir reflektif,” ujar Sakdiyah Ma’ruf.

Narasumber terakhir, Umelto Labetubun atau akrab disapa Alto berbagi pengalamannya saat berada di daerah konflik sepeti Afganistan, Iraq, Yemen, dan Sudan Selatan. Ia menegaskan bahwa tidak ada konflik yang hitam-putih, tidak ada perang agama dalam konflik di Timur Tengah, dan selalu ada orang yang ingin agar konflik selesai.

Webinar dibuka oleh Direktur Eksekutif PSBPS, Yayah Khisbiyah, yang menekankan pada kegiatan ini meskipun peserta datang dari latar belakang yang berbeda, namun kita tetap satu dalam landasan NKRI. Rangkaian kegiatan RIPP-PT melahirkan luaran pengaplikasian Pendidikan Pancasila dengan pendekatan yang telah direvitalisasi.

Sementara itu, Kepala PSBPS UMS, Abdul Fattah Santoso, dalam sambutannya, menyampaikan apresiasi atas dukungan universitas dalam terselenggaranya seluruh rangkaian kegiatan ini. Ia menyatakan bahwa dalam Pendidikan ada dua orientasi terkait dengan harkat Pendidikan. “apakah Pendidikan itu terkait dengan pengembangan pribadi atau kejiawaannya secara utuh serta Pendidikan dimaknai sebagai reproduksi nilai,” jelas Fattah Santoso.

Kegiatan ini diikuti oleh generasi muda sebanyak lebih dari 200 peserta. Mereka datang dari latar belakang lintas iman, budaya dan geografis yang beragam. Mereka akan mengikuti rangkaian kegiatan pelatihan ini selama 4 hari berturut-turut secara daring. (Risqi/Humas)