You are currently viewing Masjid Gedhe Kauman dan Alumni Shabran

Masjid Gedhe Kauman dan Alumni Shabran

Oleh: Mahli Zainuddin Tago

Jogja, Jumat sore 8 September 2023. Sebuah berita duka viral di berbagai grup alumni Shabran. Mei Khayati Ulfah, alumni Shabran utusan Jogja wafat. Ulfah, begitu kami biasa memanggilnya, adalah mahasiswa Shabran angkatan 1987 utusan Kota Yogyakarta. Dari 25 mahasiswa Sabran utusan DIY enam utusan Kota: Mas Waharjani (1982), Mas R. Effendi Rimawan (1985), Mahli Zainuddin (1986), Ausat Asfiyanto (1987), Mei Khayati Ulfah (1987), dan Ajib Hanafi (1988). Kami kini sudah tersebar di berbagai profesi dana tempat pengabdian. Sebagian kami sudah mulai memasuki masa pensiun. Bahkan empat di antaranya sudah mendahului kami: Kang Musthofa-Bantul, Sumarno-Gunung Kidul, Puji Karyawati-Kulon Progo, dan Ponirah-Bantul. Hari ini kami kembali kehilangan satu sahabat, Mei Khayati.

Maka Sabtu esok harinya menjelang zuhur aku sudah memasuki kompleks Masjid Gedhe Kauman. Kauman adalah kampung asal Ulfah dan Masjid Gehde menjadi tempat upacara pelepasan almarhumah. Ini menjadi kunjunganku kesekian kalinya ke masjid bersejarah ini. Masjid ini menegaskan keberadaan Yogyakarta sebagai kerajaan Islam. Didirikan pada 1773 atas prakarsa Sri Sultan Hamengku Buwono I. Bagiku masjid ini juga penuh sejarah. Dimulai pada masa 1984-1985 ketika aku menjadi anak kos di utara masjid ini. Saat aku kelas tiga SMA Muhammadiyah 1 (Muhi). Sehingga setiap kehadiranku kesini selalu bertemu banyak sahabat rasa kerabat. Apalagi kali ini dalam suasana takziyah. Aku kembalai terhubungkan dengan mereka. Sebagai sesama orang yang pernah tinggal di Kauman, sesama aktivis Persyariikatan, dan atau sesama alumni Shabran.

Ketika masuk serambi Masjid Gedhe aku disambut senyum ramah Prayudi. Putra Kauman ini temanku se angkatan di Muhi. Dulu kami sering beriringan naik sepeda menuju Muhi di Ketanggungan. Setamat dari Muhi Prayudi kuliah di UNS. Sedangkan aku harus survival untuk memelihara harapan bisa kuliah sambil bekerja tahun berikutnya. Selama lima tahun aku kuliah di Shabran/FIAI UMS-Solo. Maka aku jarang bertemu Prayudi. Setelah kembali ke Jogja aku kembali bertemu Prayudi. Khususnya saat reuni Muhi atau ketika Pengajian Malam Selasa (PMS). Aku salah satu pengurus pengajian rintisan Kyai Dahlan ini. Prayudi santrinya. Sehari-hari Prayudi kini menjadi guru privat siswa sekolah menengah. Khususnya untuk mapel IPA. Setiap shalat Jumat di Masjid Gedhe aku sering bertemu Prayudi. Beliau membaktikan diri sebagai aktivis Masjid Gedhe ini. Dalam suasana takziyah kali ini aku kembali bertemu sahabat yang saleh.

Selesai shalat tahiyatul masjid ternyata di depanku ada Kang Isnawan. Kang Isnawan kakak kelas jauh di atasku di Muhi. Tetapi kami sering bertemu di acara-acara IPM di Muhi. Aku menjadi anggota dan Mas Is menjadi pembicara. Ketika aku kos di Kauman kami bertetangga dekat. Rumah beliau persis di utara pagar masjid. Tempat kosku rumah Pak Juzan tiga rumah dari pagar masjid. Sekembali ke Jogja pada 1991 aku kembali sering bertemu Mas Is. Antara lain di PMS dan di Pemuda Muhammadiyah (PM). Mas Is sekrataris PW PM DIY. Aku masuk gerbong di tengah jalan, menjadi anggota departemen. Kami juga bertemu dalam SIP Melati paguyuban alumni IPM, PM dan NA. Mas Is lama berkarir di RS PKU Muhammadiyah. Tiga periode menjadi direktur. Beliau tipikal orang Kauman yang ekspresif. Suaranya lantang. Ketika memanggilku tanpa basa basi. Langsung menyebut nama “Li… ” Aku suka. Ini mencerminkan kedekatan. Serasa kakak memanggil adiknya sendiri.

Bakda jamaah zuhur aku merapat untuk shalat jenazah. Di sampingku berdiri Mas Budi Setiawan. Mas Budi juga orang asli Kauman. Ketika kos di Kauman aku belum kenal beliau. Aku hanya tahu beliau orang Kauman. Demikian juga ketika aku di UMS-Solo. Beliau sesekali hadir sebagai pelatih drum band di Griya Mahasiswa, markas kami para aktivis mahasiswa UMS. Aku mulai dekat dengan Mas Budi setelah bergabung di PW PM DIY. Disini beliau senior sebagaimana Mas Isnawan. Belakangan kami makin sering bertemu di PP Muhammadiyah. Mas Budi tiga periode memimpin MDMC dan aku pernah menjadi Ketua Lazismu. Dalam kebencanaan program kami seiring sejalan. Lazismu menggalang dana dan MDMC menerapkan di lapangan. Maka kami sering bertemu di berbagai lokasi bencana. Kali ini aku bertemu beliau di Masjid Gedhe. Beliau ketua takmir. Sedangkan aku mantan anak kos Kauman yang sedang melayat sahabat yang adalah warga Kauman.

Di dekat Mas Budi nampak berdiri Kang Wakidi. Beliau staf di kantor PP Muhammadiyah. Setiap ke kantor PPM aku sering bertemu dengannya. Tutur katanya lembut. Aku terkejut ketika tahu pada flyer pengumuman meninggalnya Ulfah tercantum nama Kang Wakidi. Beliau ternyata suami Siti Marhamah. Aku sudah lama penasaran dengan Siti Marhamah ini. Sebelumnya aku sesekali bertemu dia sebagai staf MDMC yang dipimpin Mas Budi. Rasanya aku familiar dengan wajahnya. Tetapi aku tidak tahu dimana dan sejak kapan mengenalnya. Hari ini menjadi terang bagiku. Ternyata Marhamah adik dari almarhum Ulfah adik kelasku di Shabran. Wajah mereka sebagai kakak beradik memang sangat mirip. Keranda jenazah Ulfah kemudian diangkut bersama menuju serambi Masjid Gedhe. Salah seorang yang terlbiat dan nampak bersemangat mengangkat adalah Kang Wakidi sebagai adik ipar almarhum.

Seiring dengan pemindahan keranda aku bertemu Mas Rim. Nama lengkapnya Drs. R. Effendie Rimawan, MSI. Mas Rim putra Kauman kakak kelasku di Shabran. Pada masa kos di Kauman aku belum kenal beliau. Mungkin kami bertemu sebagai sesama jamaah Masjid Gedhe. Tetapi belum saling mengenal. Di Shabran kami sangat dekat. Kami sesama utusan Jogja. Kami juga sesama mahasiswa aktivis. Mas Rim aktif di Tapak Suci dan di IMM. Beliau pernah menjadi katua IMM Cabang Sukoharjo. Meski beda angkatan kami wisuda bersamaan. Lalu kami kembali ke Jogja. Mas Rim kemudian menjadi guru di SMEA Muhammadiyah. Belia juga menjadi staf di kantor PWM DIY. Dalam berbagai aktivitas, misalnya di PMS di Kauman, kami sering bertemu. Apalagi ketika reuni Shabran. Kali ini kami kembali bertemu di Masjid Gedhe Kauman sebagai sesama pelayat almarhum Mei Khayati Ulfah sang orang Kauman.

Selanjutnya keranda jenazah ditempatkan di tengah serambi Masjid Gedhe. Para hadirin mencari tempat duduk masing-masing. Awalnya aku duduk di sebelah Mas Budi. Ternyata di depanku ada Kang Bustani. Maka aku segera mendekat dan menyalami beliau. Kang Bustani juga seniorku di Muhi. Nampaknya beliau se angkatan Mas Isnawan. Sedangkan Wafa’ adik kandung Kang Bustani adalah adik kelasku di Muhi. Kami bahkan satu kolter ketika berangkat haji pada 2014. Aku sering bertemu Kang Bustani juga karena beliau pembina Pramuka di Muhi. Belakangan kami sering bertemu ketika anak Kang Bustani disekolahkan di PAUD NUR’AINI. Lembaga ini milik Aisyiyah Ranting Ngampilan dan istriku menjadi pengelolanya. Setelah sang anak tamat aku menjadi jarang bertemu Kang Bustani. Arena takziyah almarhum Ulfah kali ini memepertemukan kami kembali. Kang Bustani adalah saudara almarhum dan rumah mereka bertetangga dekat di Kauman.

Di belakang Kang Bustani duduk Mas Azman. Lengkapnya Ir. H. Azman Latief. Beliau se angkatan dengan Mas Isnawan di Muhi. Beliau juga sahabat sepermainan Mas Isnawan dan bahkan menikah dengan Mbak Ndari adik Kandung Mas Isnawan. Mbak Ndari juga alumni Muhi. Beliau kelas tiga ketika aku masuk kelas satu Muhi. Mas Azman adalah ketua PW PM DIY dan Mas Isnawan adalah sekretarisnya ketika pada 1992 aku masuk di tengah periode sebagai anggota departemen. Mas Azman alumni Fakultas Pertanian UGM dan belum lama purna tugas dari Dinas Pertanian di Pemkab Gunung Kidul. Uniknya, Azka anak Mas Azman, Aufa anak Mas Isnawan, dan Zaki anak Mas Budi, adalah teman sekalas Dilla anakku ketika belajar di TK ABA Kauman. Sungguh sebuah pertalian persahabatan yang menarik dan berhimpit-himpit.

Upacara pemberangkatan almarhum berlangsung singkat. Sambutan tunggal disampaikan Mas Budi, ketua Takmir sekaligus tokoh masyarakat Kauman. Segera setelah jenazah diangkat menuju ambulan, aku mencari Bu Istiqomah ibunda almarhum Ulfah. Ada amanat dari Alumni Shabran yang harus aku sampaikan. Dalam proses ini aku bertemu beberapa sosok alumni Shabran. Pertama, Jazuli Shabran 87. Jadi teman se angkatan almarhum. Aku bertanya apakah beliau melihat “Bu Is.” Kang Jazuli mengajak aku ke arah dimana istrinya berada. Rupanya Kang Jazuli mengira aku mencari Isminah istrinya. Isminah juga Shabran 87. Jadi juga teman sekelas almarhum Ulfah. Setelah sadar salah arah aku kembali mencari Bu Istiqamah. Di tengah perjalanan aku bertemu dengan Sarjinah. Juga Shabran 87. Jadi juga teman se angkatan almarhum Ulfah. Momentum takziyah kali ini mempertemukan kami sesama alumni Shabran utusan DIY di Masjid Gedhe Kauman ini.

Hanya beberapa langkah sebelum bertemu Bu Is, langkahku kembali terhenti. Di depanku ada tiga sosok penting. Bu Atun, Mbak Bayyin, dan Bu Jamil. Bu Atun adalah kolegaku di UMY. Beliau purna tugas sebagai tenaga kependidikan. Mbak Bayyin, lengkapnya Dr. Salmah Orbayyinah, M.Sc., Apt. adalah Ketua Umum PP Aisyiyah kini. Kami kolega di UMY. Suami tercinta Mbak Bayyin, Dr. Ir., Indardi, M.P., belum lama wafat. Sang suami adalah sahabatku sebagai teman se angkatan saat menjadi dosen baru UMY pada 1992. Anak semata wayang mereka adalah sahabat anakku. Sejak SMP sampai kuliah di FK UMY. Sedangkan Bu Jamil, lengkapnya Bu Jamilah Syukri, adalah kolega istriku di Majelis Dikdasmen PWA DIY. Pak Syukri suami Bu Jamil adalah guruku di Muhi. Sedangkan kakak kandung Bu Jamil almarhum Pak Adabi adalah seniorku di Majelis Pustaka pada era 1990-an. Baik Bu Atun, Bu Jamil maupun Mbak Bayyin adalah keluarga dekat almarhum Ulfah.

Lalu aku sekilas bertemu dan bersalaman dengan Afnan. Lengkapnya Drs. H. Muhammad Afnan Hadikusumo. Afnan adalah anak Kauman adik kelas pas di bawahku di Muhi. Beliau teman se angkatan dengan Wafa’ adik kang Bustani. Ketika kuliah Afnan menjadi aktiuvis IMM di UGM kampusnya. Di PW PM DIY kami sempat bertemu. Beliau mengawali karir sebagai Eksekutif Majelis Dikti Litbang PP Muhammadiyah. Afnan kemudian terjun ke dunia politik praktis. Selama dua periode Afnan menjadi anggota DPRD DIY Fraksi PAN. Kini beliau sedang menjalankan amanat untuk periode kedua sebagai senator menjadi anggota DPD RI perwakikan DIY. Afnan adalah cucu pahlawan Nasional Ki Bagus Hadikusumo. Afnan juga adalah pendekar sabuk hitam dan kini menjadi Ketua Umum PP Tapak Suci Putera Muhammadiyah. Di tengah kesibukannya sebagai tokoh nasional aku beruntung bertemu beliau di arena takziyah di Masjid Gedhe Kauman kali ini.

Segera setelah bertemu aku menyalami Bu Istiqomah. Selanjutnya aku menyampaikan beberapa kalimat duka dan sejumlah dana tali kasih. Dana dikumpulkan dari alumni Shabran di berbagai penjuru tanah air segera setelah informasi wafatnya Ulfah beredar. Aku sudah lama mengenal Bu Is dan sering bertemu beliau. Pertemuan kami selalu hangat. Seperti bertemu ibu sendiri. Nasihat-nasihat lembut beliau selalu aku harapkan. Tetapi kali ini Bu Is nampak lemah, memorinya banyak berkurang, dan komunikasinya tidak lancar. Untungnya di samping ada anak-anak beliau yang membantu menyampaikan pesan-pesanku untuk beliau. Masjid Gedhe Kauman kembali mempertemukan kami. Para sahabat rasa kerabat. Baik alumni Shabran teman almarhum maupun para para kerabat almarhum sesama orang Kauman. Kami berdoa untukmu Ulfah. “Yarhamhallaahu Azza wa jalla..”

Kampus Terpadu UMY, Gedung F6-FAI, 12 September 2023

Sumber : https://www.suaramuhammadiyah.id/read/masjid-gedhe-kauman-dan-alumni-shabran