You are currently viewing Safari Ramadan, Rektor UMS: Kita Juga Harus Berkiprah Dalam Membangun Bangsa dan Negara!

Safari Ramadan, Rektor UMS: Kita Juga Harus Berkiprah Dalam Membangun Bangsa dan Negara!

ums.ac.id, SURAKARTA – Masih dalam rangkaian Safari Ramadan, Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) mengajak dosen dan tenaga pendidik (tendik) dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) untuk memberikan kontribusi kepada negara. Safari Ramadan kali ini dilaksanakan pada Sabtu, (30/3) bertempat di Ruang Seminar FEB UMS.

Safari Ramadan ini sudah menjadi yang ke tujuh di tahun ini. Kegiatan ini diisi langsung oleh Rektor UMS, Prof. Dr. Sofyan Anif, M.Si., sebagai upaya berdakwah dan mendengar aspirasi dari dosen serta tendik.

Anif menegaskan di setiap Safari Ramadan bahwa Muhammadiyah, terutama UMS tidak harus menambah jumlah kepala, tetapi menambah isi kepala yang berkualitas dengan mengikuti hasil Muktamar yang mana Muhammadiyah harus memperkuat basis akar rumput, memperkuat ranting, cabang, dan masjid.

“Ada konsistensi itu harus, penting. Kita sebagai bagian dari unsur Muhammadiyah, maka harus ada komitmen menjalankan hasil Muktamar dalam memperkuat pimpinan cabang dan ranting,” ujar Anif.

Rektor UMS menyebutkan bahwa di periode ini, pimpinan Program Studi (Prodi) dan fakultas harus minimal dapat membaca Al-Quran dan dekan harus hafal sekitar 37 surat.

“Kami selaku Rektorat menggangap ini sebagai sebuah kemajuan, dekan harus hafal sekitar 37 surat, di periode ini harus paling tidak dapat membaca Al-Quran,” tekannya.

Anif juga menceritakan terkait perjuangan Kyai Haji Ahmad Dahlan dalam kemerdekaan Indonesia. Perjuangannya bukan hanya pada negaranya, tetapi juga pada Sumber Daya Manusia (SDM) nya.

“Kyai Dahlan mengatakan, untuk menuju merdeka, maka rakyat harus pintar. Beliau mendirikan madrasah di Jogja pada tahun 1911 dan menjadi lembaga yang diresmikan oleh Belanda di tahun 1913,” ungkapnya.

Tidak sampai di situ, pesan KH Ahmad Dahlan yang paling unggul sampai sekarang adalah menyampaikan QS. Al Qasas Ayat 77, berisi ‘dan berbuat lah baik kamu sebagaimana Allah berbuat baik kepada kamu sekalian tanpa memandang perbedaan agama, suku, ras, dan lain-lain.

“Terakhir, analogi Al Qasas Ayat 77 dalam filosofi Jawa itu seperti mangan pecel lawuhe rambak, dunia kecekel akhirat kecandak,” tutupnya. (Najwa/Humas)